NovelToon NovelToon
DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Keluarga / Romansa / Pihak Ketiga / Suami amnesia / Dokter
Popularitas:131.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Abang janji akan kembali ‘kan? Berkumpul lagi bersama kami?” tanya Meutia Siddiq, menatap sendu netra suaminya.

“Iya. Abang janji!” ucapnya yakin, tapi kenyataannya ....

Setelah kabar kematian sang suami, Meutia Siddiq menjadi depresi, hidup dalam kenangan, selalu terbayang sosok yang dia cintai. Terlebih, raga suaminya tidak ditemukan dan dinyatakan hilang, berakhir dianggap sudah meninggal dunia.

Seluruh keluarga, dan para sahabat juga ikut merasakan kehilangan mendalam.

Intan serta Sabiya, putri dari Meutia dan Ikram – kedua gadis kecil itu dipaksa dewasa sebelum waktunya. Bahkan berpura-pura tetap menjalani hari dimana sang ayah masih disisi mereka, agar ibunya tidak terus menerus terpuruk, serta nekat mau bunuh diri, berakhir calon adik mereka pun terancam meninggal dalam kandungan.

Dapatkah Meutia beserta buah hatinya melewati badai kehidupan?
Bagaimana mereka menjalani hari-hari berat itu ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15 ~ Memeluk kenangan

Tubuh Meutia dibaringkan, rasa nyeri mulai tergantikan oleh kebas dan mati rasa pada bagian di atas pusar ke bawah. Degup jantungnya sedikit lebih kencang, ada rasa takut tapi dicoba menepisnya. 'Aku harus kuat, harus bisa melawan hal negatif. Ada Sabiya, Intan, dan mereka menunggu di depan sana!'

Pandangannya tidak lagi fokus, setetes air mata terjatuh melewati pelipis. Dia bersikeras tidak mau didampingi. Disaat-saat menegangkan seperti ini, dirinya ingin merasakan kehadiran suaminya.

Kata orang, entah benar ataupun tidak. Kita dapat merasakan kehadiran orang yang kita sayangi disaat merasa dibatas antara hidup dan mati. Kini Meutia telah dalam keadaan itu, berserah diri kepada Allah, percaya pada tim medis.

Namun, dia tidak dapat merasakan kehadiran suaminya. Pun kala menutup mata, cuma teringat kenangan masa lalu mereka.

Seorang perawat menyuntikkan obat ke dalam cairan infus, untuk menjaga tekanan darah agar tetap stabil.

Meutia mulai pasrah, mungkin sudah saatnya dia menerima takdir dan kehendak Yang Maha Kuasa. Terlebih ada sosok baru yang nantinya membutuhkan perhatian, perawatan ekstra.

Matanya terbuka tapi pikirannya berkelana, menikmati mengenang setiap momen kebersamaan dengan pemilik hatinya, Ikram Rasyid. Memeluk kenangan sebagai pelampiasan rasa rindu butuh pelepasan.

Tiba-tiba dia tersenyum, sedetik kemudian mengedip dikarenakan air mata terjatuh, lalu terdiam dengan pandangan kosong. Alam bawah sadarnya mengambil alih, menayangkan apa saja yang pernah tertangkap oleh indera penglihatan dan pendengaran.

Meutia seperti berada di dunia lain, tenang. Kehilangan rasa takut tergantikan oleh perasaan naik turun. Dari kecewa berubah bersyukur, semula tertawa pelan berganti tangisan lirih. 'Sakit Tuhan, sungguh rasa ini masih tak tertahankan. Kepergiannya layaknya kehilangan separuh jiwa hamba, ya Rabb.’

Tim medis terdiri dari perawat, dokter kandungan, dokter anestesi, masih berusaha membuka lapisan kulit tempat dimana bayi Meutia tumbuh.

Jarum jam berbunyi seirama dengan detak monitor memantau tanda-tanda alat vital Meutia. Ruangan sunyi itu sangat menenangkan bagi pasien tapi tidak dengan tim dokter.

Mereka sangat berhati-hati, terlebih Meutia memiliki riwayat gejala gangguan mental, takut sewaktu-waktu tekanan darahnya meningkat, detak jantung berpacu.

.

.

Di luar kamar operasi, keluarga Siddiq saling menghibur diri. Memberikan perhatian lebih kepada Intan serta Sabiya yang sudah kembali dari mushola.

Si kembar dan lainnya pun memilih diam, tidak berulah, bising seperti biasanya. Mereka benar-benar menaruh semua perhatian kepada sang tante. Berharap semuanya berjalan lancar, dan baik-baik saja.

***

Dari bekas sobekan, keluar sosok mungil bagian bahu kebawah masih terbungkus kantung ketuban yang sudah pecah.

Sang dokter kandungan begitu terampil menarik dan menahan tubuh makhluk kecil itu menggunakan kedua tangan. Kemudian tali pusar dipotong dan plasenta dikeluarkan.

“Alhamdulillah. Seorang putra tampan, semoga akhlaknya setampan rupanya,” doa dan harapan dokter panjatkan.

“Alhamdulillah,” Meutia tergugu kala mendengarkan tangis pertama buah hatinya. Berbisik lirih seperti suara hembusan napas. “Bang … anak kita telah lahir. Dia laki-laki seperti harapan Abang dan doa Meutia.”

Seorang perawat menggendong dengan posisi bayi semi tegak, memberi kesempatan sang ibu melihat sebentar bayinya, setelahnya akan dibawa ke ruang NICU, dimasukkan ke dalam inkubator.

Meutia tidak bisa berlama-lama memandangi bayinya, cuma melihat sekilas jemari kaki mungil bergerak-gerak, mata masih tertutup, dan bentuk wajah belum dapat dipastikan mirip dirinya ataupun suaminya.

‘Bang, apa ini wujud dari keinginanmu yang menginginkan anak laki-laki, supaya bila kau tak ada disisi kami ada yang menjadi pelindung?’ dia teringat suatu malam saat suaminya mengatakan ….

"Apapun jenis kelaminnya, Abang bersyukur sangat-sangat bersyukur, Sayang. Namun bila boleh meminta – Abang berharap kali ini Tia mengandung bayi laki-laki, agar kelak semisal Abang sedang jauh dari kalian, ada yang menjaga para wanita kesayangan Abang."

Kalimat itu terngiang-ngiang dan bergema berulangkali dikepala Meutia. ‘Apakah itu sebuah pertanda, Bang. Hadirnya dia adalah kepergianmu untuk selamanya?’

Dibagian bawah sana, tim medis masih menutup bekas sayatan. Sementara Meutia asik dengan pemikirannya sendiri.

***

Agam Siddiq selaku paman dari bayi mungil tertidur di dalam tabung inkubator, tubuhnya dipasang alat-alat medis – mengangkat kedua telapak tangannya menutup telinga, lalu mulai mengumandangkan adzan dengan suara sangat lirih.

Setelahnya, ia memandang sendu wajah tak berdosa dan masih suci itu. Hatinya menangis pilu, sosok sekecil itu harus dilahirkan lebih cepat dari kelahiran normal.

Tak ingin berlarut dalam kesedihan dan memang dilarang berlama-lama di dalam ruangan NICU – Agam keluar dari sana, lalu melepaskan jubah steril yang dikenakannya.

Kelahiran bayi Meutia disambut bahagia sekaligus kesedihan. Dua rasa itu saling berdampingan – senang memiliki anggota baru, bersyukur bertambahnya kadar bahagia mereka.

Namun di lain sisi, rasa sedih itu masih hinggap dan enggan pergi. Seharusnya Ikram ada disini, menyambut sang jagoan yang dinanti olehnya. Pasti dia senang sekali diberi anugerah bayi laki-laki. Sayangnya sosoknya hingga kini belum ada kabar beritanya, hilang bagai ditelan bumi.

.

.

“Apa Intan dan Sabiya senang memiliki adik laki-laki, Nak?” Meutia bertanya kepada kedua putrinya. Dia sudah kembali ke ruang rawat dan dalam masa pemulihan.

“Alhamdulillah senang sekali, Mak. Andai saja ada Ayah disini, pasti dia juga turut bergembira. Karena memiliki teman, tak lagi menjadi si paling tampan dalam keluarga kita,” ucap Intan lirih, dia tersenyum sendu, sorot matanya penuh kerinduan.

Meutia pun yakin akan hal itu. Dia dan Ikram sepakat tidak ingin memeriksa jenis kelamin bayi mereka ketika masih dalam kandungan melalui USG. Membiarkan semuanya mengalir apa adanya, mensyukuri anugerah terindah pemberian Tuhan.

“Mak, kapan adik bayi boleh dibawa pulang ke kampung Jamur Luobok?” Sabiya memecah suasana sedih.

“Mungkin beberapa Minggu lagi baru bisa pulang. Sebab berat badannya masih belum normal, terus adik bayi juga perlu perawatan intensif dari dokter baik hati. Supaya pertumbuhannya tak terhambat, nanti setelahnya kita yang melanjutkan merawat dirumah. Apa kakak Sabiya sudah siap direpotkan oleh adik bayi?”

Pipi Sabiya memerah kala sang ibu menambah kata 'Kakak' sebelum namanya. “Sudah. Nanti kak Biya bantu siapkan air mandi, kalau air panasnya biar Kak Intan yang menuang dalam bak. Terus mengajaknya mengobrol, mengajari mengenal benda-benda disekitar adik.”

“Masya Allah, pintarnya kak Sabiya. Siapa yang ngajarin, Nak?” Tangannya menarik sayang dagu putri keduanya.

“Ayah Ikram. Katanya Biya pasti bisa pas bilang takut, tapi tetap ingin membantu Mamak. Ayah cakap begini, Mak. ‘Ayah yakin suatu hari nanti Sabiya bisa menjadi kakak panutan bagi adik. Putri Ayah kan penuh kasih, berjiwa welas asih, suka membantu.’ Gitu katanya, Mak.” Wajahnya berseri-seri, tapi sorot matanya sedih. Kemudian tiba-tiba dia menangis keras sampai suaranya tersendat-sendat.

“Sabiya kenapa, Nak?!”

“Biya kenapa, Dek?!”

.

.

Bersambung.

1
Julie Yang
👍👍👍👍👍👍/Angry//Angry//Angry//Angry//Angry/
Julie Yang
👍👍👍👍👍👍
Kaka Shanum
mau bukti??...ayok siapa takut.engga usah kebanyakan minta bukti deh arinta,berani2 nya ngajak debat mencoba mempermalukan meuthia didepan pengujung yang lain.kekayaan orangtua kamu engga ada seujung jempolnya keluarga sidiq.bener2 pengen dibanting sama umi dhien.ikhram coba kepala nya digetok biar engga kelamaan amnesia.awas aja ambu dan bapaknya ikut2an belain arinta.
Wedangan andini Aworkonco
ya Allah Thor....baru baca judulnya langsung berkaca" mataku Thor....😭😭
FiaNasa
hayo.lo.arinta mati kutu kau,,mana bukti klau Yunus suamimu,,kau tak kan bisa merebut ikram lagi,,semua keluarga tak kan membiarkanmu menjerat Yunus alias ikram..Denis bisa merasakan kasih sayang Yunus tp lihatlah anak Meutia,,bahkan gauzhan belum pernah tersentuh ayahnya sendiri,ikram Rasyid alias Yunus ini arinta,,
Sumi yati69
makin seru
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
sereeemmmm ihhhh. pd ngamuk2 ini readersnya. larriii aaahhhhhh 🏃‍♀️🏃‍♀️
Naufal
aduhh kak cublik dag dig dug aq 🤭🤭🤭
Cublik: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
loh mana ini we kelanjutan nya...?? kok ya gantung...???? ke celana dalam si ayek gk kering...
Suanti
semoga setelah ini ingatan nya kembali
Cublik: Aamiin 🥰
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
sumpah ya allah aku degdegan ampe gemeter saking nahan nafas ini sesak we dadaku kencang betul degdegan nya.... wahhhh gelaseaaahhh aka memang terbaeeekkkk sampai aku susah tak bisa bercakap dingin loh we ini tangan sama kaki ku... /Sob//Sob//Sob/
Cublik: Maju Kak, kasih paham si Arinta 🤣
total 1 replies
neni nuraeni
ayo Tia jgn klh SMA si lakor perthnkn suamimu, semoga aja ikram CPT smbuh thor ksian Tia dan bisa berkumpul kmbli, si lakor dan anknya suruh pulang aja thor
Cublik: Rebut lagi si Ikram
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
heiii sundel gw yakin elu liat kan...?? awas aje jlo ampe elu ngehalang"in gw pites elu gw cicang gw kasih makan bdan elu k hiu... biar nyaho.. ayo bang ik inget atuh plissshhh👏👏👏👏
Cublik: Mana kenyang Hiu nya Kak 😁
total 1 replies
cici cici
weeeee....ngaku ngakuuuuuu... ish.. tabok aja lh muncung nya tu mutia ha..geram kali awak
Cublik: Pakek sikat kawat 🤣
total 1 replies
cici cici
Alhamdulillah akhir nya ketemuuu.... weei arinta jgn ngaku2 gitu lah weeeee🤣
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
suami dr Hongkong lho !!!! eh Arinta nyadar diri donk gak usah ngaku" kl Yunus alias Ikram suamimu karna sampai kapan pun Yunus alias Ikram adalah milik Meutia kekasih hatinya 😏😏
stnk
gaaasssss Tia...jangaaaan kendooor...ikram suamimu....
Cublik: Rebut lagi ya Kak
total 1 replies
Larasati
nah loh mau apa lagi kamu arinta bukti nikah gak ada , semoga ikram cepat pulih ingatan nya
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Alhamdulillah akhirnya mereka nemuin Yunus alias Ikram ayo skrng bawa Yunus alias Ikram pergi dr Arinta biar gak di paksa nikahin Arinta sama si Ambu sedeng 💪💪😁
Marlina Prasasty
hahaha mati kutu kau arianta eh siapapun namamu sy g kenal,sok ngaku²,kmi ini saksi kunci bucinnya pak ikram kpd istrinya Meutia yg kau anggap suami itu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!