"Aku bersumpah akan membalas semua penghinaan dan rasa sakit ini."
Tivany Wismell, seorang penipu ulung dari dunia modern bertransmigrasi ke zaman peradaban China kuno. Mengalami ketidakadilan dan nasib yang tragis, Tivany menolak menyerah dan akan membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kabur
Kereta kuda yang membawa Meyleen, Wei dan Soso sudah melewati batas kota dan siap menempuh jalur laut menuju pedesaan terpencil. Ini baru desa pertama belum desa desa selanjutnya yang belum di ketahui akan sampai mana, Meyleen sudah kehilangan semangat karena terlalu banyak penjaga yang ikut. Dia ini hanya pintar menipu bukan pegulat, dia bukan Sapri yang suka fefek Jule Akkkhhhhhh apa ini.
Klang
Klang
Klang
BRAKKKK
Suara logam yang bertabrakan membuat Meyleen meringis ngilu. Apa yang terjadi sekarang? apa pembunuhan sudah terjadi dengan jarak sedekat ini dari Istana?.
"Sialan mampus lah." Batin Meyleen.
Suara pertempuran dan teriakan banyak penjaga membuat Meyleen merinding, seumur-umur baru pertama kali mendengar yang seperti ini karena di dunia modern tidak ada hal seperti ini.
Meyleen berusaha menenangkan dirinya, tapi dia tidak bisa tenang. Dia tidak mau mati, dia ingin membalas dendam pada mereka yang kini sedang berpesta menikmati hari kematiannya.
"Hiks please jangan mati dulu." Batin Meyleen mulai was-was.
Klak
Drrkkkkk
Kereta kuda bergoyang dan engsel pintu di buka, Meyleen menahan nafasnya karena tegang. Ternyata sudah tiba saatnya ajal menjemput untuk yang kedua kalinya, Meyleen sedikit sedih karena Pria yang dirinya bawa susah payah ternyata tidak berguna.
"Maaf atas keterlambatan kami yang mulia Pangeran." Suara asing terdengar.
Eh?
Meyleen langsung mendongak terkejut, siapa yang datang? apa ini semua anak buah Wei yang akan membawa mereka kabur? atau ini hanya akal-akalan saja? Meyleen masih menunggu Wei bergerak karena dia sedari tadi diam saja seperti patung.
"Buang semua mayat ke danau, pastikan tidak ada saksi mata di sekitar saat ini juga." Wei bersuara dingin.
Meyleen yang mendengar itu tersenyum lega, artinya ajal belum menjemput nya saat ini. Meskipun matanya di tutup dan tangan kakinya terikat, Meyleen merasa sedikit aman setelah Wei bersuara.
"Kenapa kau tidak bilang dari tadi jika kau punya rencana?!." Meyleen kesal.
"Kau tidak bertanya." Jawab Wei santai.
"Kurang ajar, aku sudah ketakutan setengah mati tadi." Meyleen merasa lega tapi juga kesal.
"S-syukurlah nona, sepertinya nona memang sangat beruntung." Soso juga bernafas lega, dia sejak tadi sudah tegang sekali.
"Astaga Soso apa kau baik-baik saja? aku bahkan sampai tidak merasakan ada orang di sebelah ku, apa kau tidak bernafas sejak tadi?." Kaget Meyleen.
"Saya takut suara nafas saya memanggil para penjahat." Lirih Soso.
"Astaga Soso, kita akan baik-baik saja. Kita pasti akan baik-baik saja, tenanglah dan jangan menyerah." Meyleen memberikan dukungan moral.
Saya ini usia Meyleen masih 16 tahun dan Soso 15 tahun. Mereka ini masih dalam masa gampang trauma dan ketakutan, bisa tetap tenang dan waspada di saat seperti ini juga bukan hal mudah. Sepertinya Soso adalah gadis kuat dan pemberani, Meyleen jadi bangga karena sudah membawanya.
srek
srek
Wei bergerak-gerak membuat Meyleen heran, tapi saat Wei mulai memotong tali yang mengikat tangan dan kaki Meyleen, Meyleen merasa senang dan lega sepertinya mereka akan segera kabur dari sini.
Meyleen membantu Soso membuka ikatan tali, setelah mereka terbebas Wei mengintip dari jendela kereta. Dia tidak bisa langsung keluar begitu saja karena pelabuhan ini cukup luas, bisa saja ada yang mengintipnya diam-diam lalu melapor.
"Saking ketatnya aku sampai tidak bisa membawa jepit rambut emas yang aku simpan di tempat dupa, padahal kita sudah susah payah menyimpannya." Gumam Meyleen pada Soso.
"Saya sudah membawanya Nona." Ucap Soso.
"Apa? bagiamana caranya membawanya? memangnya kau tidak di periksa sampai di telanjangi?." Meyleen syok.
"M-maaf karena ini tidak sopan, saya menyimpannya di celana dalam yang sudah saya lumuri darah. Saya mengatakan sedang datang bulan dan mereka tidak membuka celana dalam saya." Ucap Soso dengan polos.
"Astaga Soso, itu ide brilian!! Kau memang jenius, kita tidak akan hidup miskin berkat mu. Tapi apa itu tidak menusukmu?." Meyleen merasa ngilu.
"Tidak, saya menyimpannya di dalam pembaalut jadi tidak langsung berada di dalam celana dalam saya." Ucap Soso.
"Bagus!!! kau memang bisa diandalkan Soso." Meyleen merasa harinya kembali cerah.
Tidak lama kemudian pasukan yang sepertinya anak buah Wei datang membawa tiga orang berpakaian sama dengan Meyleen, Wei dan Soso. Wajah mereka sepertinya sudah hancur karena di bungkus karung, pasukan itu juga memberikan jubah hitam untuk menutupi identitas Wei, Meyleen dan Soso untuk segera keluar bersembunyi.
Wei turun lebih dulu lalu berlari mengendap ke arah yang paling aman di sekitar pelabuhan itu. Meyleen dan Soso mengikutinya dengan pelan, mereka mengintip bagaimana Pasukan menenggelamkan kereta kuda berisi mayat palsu mereka bertiga.
"Cepat pergi." Ucap Wei buru-buru.
Meyleen dan Soso mengejar si beruang dengan kaki mungil mereka. Meskipun kesusahan mereka tetap senang karena kebebasan susah di depan mata, mereka pasti bisa kabur dan hidup dengan baik.
Senyum Meyleen langsung luntur saat Wei masuk ke dalam rumah bordil. Tapi dia mengesampingkan rasa kesalnya, yang pertama harus di lakukan adalah bersembunyi dengan natural. Wei sepertinya sudah mengenal beberapa pelayan di sana, karena mereka langsung di bawa ke sebuah ruangan VVIP lantai atas.
Di ruangan itu sudah ada satu pria bertopeng setengah menunggu mereka. Meyleen merasa berdebar, dia hanya mengikuti Wei seperti anak Ayam.
"Selamat atas keberhasilan anda Pangeran." Ucap si manusia topeng.
"Waktuku tidak banyak." Ucap Wei.
"Saya sudah membawa apa yang anda butuhkan, kereta kuda pemain opera akan pergi sebentar lagi. Anda bisa menyamar sebagai anggota Opera dan melewati tempat ini sampai ke kota lain dengan aman. Di kota itu sudah ada temanku yang menyiapkan kereta kuda untuk kalian, setelah itu pergilah ke tempat aman. Aku hanya bisa membantumu sampai disini saja." Ucap pria bertopeng.
"Itu sangat membantu, terimakasih. Apa kau tau kabar tentang Lin?." Tanya Wei.
"Sejak kudeta 8 tahun yang lalu, semua orang berpencar dan tidak diketahui kabarnya sampai saat ini. Mungkin mereka akan segera menemukan kabar anda yang sudah pergi dan menyusul." Ucap pria bertopeng.
"Terimakasih, aku akan segera pergi." Wei bersiap pergi.
"Pakai pakaian ini dan menyamarlah dengan baik, aku harap kau berumur panjang dan membalas penghinaan yang telah kau rasakan selama 8 tahun." Ucap pria bertopeng.
"Tentu." Wei mengangguk.
Wei, Meyleen dan Soso memakai pakaian Opera China. Mereka memakai Hanfu tebal dan riasan dempul yang sangat tebal, bahkan wajah asli mereka benar-benar tidak bisa dikenali sama sekali. Wei masih terlihat tampan meskipun di rias dempul dan memakai kumis tebal, untuk menutupi gigi taringnya yang mencolok.
Untuk tubuh Wei yang penuh bekas luka bisa tertutup dengan baju kulit yang mirip seperti kulit asli, lalu di gambar pola aneh seperti tatto khas Opera. Mereka juga membawa sedikit perbekalan dan baju ganti di dalam tas kain, siap untuk petualangan selanjutnya kabur dari jeratan kematian.
ayo segera bangkit untuk balas dendam pada semua nya
Btw semangat othor buat menghasilkan karya2 yg luar biasa lainnya😊😊😊😊