Brian Kurnia adalah laki laki dari keluarga miskin yang sedang mengambil kuliah disalah satu universitas kedokteran di kota jasin. Karena kebutuhan mendesak untuk membayar pengobatan ibunya, dia nekat melakukan rekaya kecelakaan dijalan raya. Namun naasnya dia bertemu pengendara yang salah, alih alih menginjak rem pengendara itu malah menginjak gas dalam dalam sambil menutup mata dengan kedua tangannya. dengan perasaan menyesal Brian tertabrak mobil tersebut dengan kencang. Setelah Brian ditabrak, dia tidak sadarkan diri dan dalam alam bawah sadarnya dia mendapatkan sebuah warisan jurus medis kuno. Setelah mendapatkan warisan itu dia mengetahui segala hal mengenai semua jenis ilmu pengobatan dan jurus bela diri yang luar biasa dan berhasil membuat banyak wanita suka kepada nya. Dalam perjalanannya Brian berhasil membuat namanya menjadi dikenal diseluruh dunia dengan kemampuan pengobatan dan ilmu beladirinya yang hebat. sampai suatu ketika terjadi invasi dari alam lain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Ingin Lihat Siapa Yang Berani Menyentuhnya
Saat dia berbicara, dia mengulurkan satu kakinya, dan meludahi sepatu kulit hitam besar dan berkata, “Sepatuku buatan tangan dari penjahit Italia yang terkenal. Harganya empat puluh juta lebih. Hati hati, kalau kamu merusaknya, kamu tidak akan sanggup membayarnya.”
Meskipun pria ini menghabiskan sepanjang hari untuk minum arak dan memainkan Wanita yang tidak terhitung, ketika dia mendengar bahwa ini adalah mantan pacar wanitanya, dia tiba tiba merasa tidak senang.
Selain itu, dia juga memandang rendah pemuda miskin yang ada di depannya, jadi dia ingin menekan Brian dan memamerkan keunggulannya.
Wajah Brian menjadi dingin dalam sekejap, “Keluar dari sini!”
“Apa maksudmu? Apa salah kalau aku menyuruhmu menyemir sepatu?” Lancy berseru dengan percaya diri, “Kamu adalah pelayan di sini dan Pak Wendy adalah tamu terhormat di sini, bukankah kamu seharusnya menyemir sepatu untuk tamu terhormat?”
Wendy berkata dengan bangga, “Aku melihatmu bahkan belum mengenakan seragam pelayan, kamu pasti baru saja tiba, betul?”
“Aku sangat akrab dengan Pak Thiery di sini, selama kamu melayaniku dengan baik, aku bisa menaikkan jabatanmu dengan satu kata, bahkan menjadi mandor pun tidak masalah.”
Lancy sambung berkata, “Apakah kamu mendengarnya? inilah kesenjangan antara orang orang.”
“Tempatkan dirimu pada posisi yang tepat, kamu adalah orang yang miskin, bahkan kamu harus ikut tes untuk menjadi pelayan di sini, sedangkan Pak Wendy bisa menentukan nasibmu kapan saja dia mau.”
Melihat sikap Lancy, Brian merasakan jijik yang luar biasa di hatinya. Wanita ini telah menyembunyikan sifatnya terlalu dalam sebelumnya, dia tidak menyangkan bahwa Lancy adalah orang yang seperti itu.
Pada saat yang sama, Brian juga merasa senang di dalam hati bahwa dia sudah putus dengannya.
Memikirkan hal ini, dia melambaikan tangannya dan berkata, “Sudahlah, kalian keluar saja, aku tidak ingin peduli dengan kalian.”
“Tidak peduli dengan kami?”
Barusan saja Wendy sepertinya mendengar lelucon paling lucu di dunia. Dia tertawa, lalu ekspresinya berubah menjadi masam. Dia menuding Brian dan berkata, “Aku sudah berubah pikiran sekarang, segera jilat sepatuku hingga bersih.”
“Kalau tidak, saat aku memanggil manajer, kamu akan segera dipecat dari sini, dan kamu bahkan tidak akan bisa menjadi pelayan magang lagi.”
Lancy berkata, “Kamu dengar? Menjadi pelayan di sini akan menghasilkan enam hingga sepuluh juta dalam satu bulan, itu cukup untuk biaya kuliahmu semester berikutnya. Cepat lakukan apa yang dikatakan oleh Pak Wendy atau kamu akan menyesalinya.”
Brian benar benar kesal dengan dua orang bodoh ini, dia langsung meraih kerah Wendy dan melemparnya keluar dari ruang VIP, lalu menunjuk Lancy dan berkata, “Aku tidak memukul Wanita, menyingkirlah dari sini sendiri.!”
“Brian, kamu sudah hebat? Beraninya kamu mengusir Pak Wendy!”
Lancy bergegas keluar dan membantu Wendy untuk berdiri dari lantai.
“Hei, beraninya kamu memukulku!”
Wendy hampir gila. Dian ingin menghajar Brian sekarang, tapi dia tidak berani melakukannya. Dia ragu ragu sejenak dan berteriak, “Di mana manajernya, bagaimana kalian mengelola restoran ini? Pelayan bahkan berani memukul tamu!”
Lancy juga berteriak pada saat yang sama, “Tolong, pelayannya memukuli tamu!”
Mendengar teriakan mereka, manajer restoran, Daniel Chandra, bergegas mendekat dan berkata dengan menyanjung, “Pak Wendy kapan Anda datang?”
Wendy adalah playboy. Dia makan, minum dan bersenang senang sepanjang hari. Daniel telah berada di industri catering selama bertahun tahun, jadi Daniel telah lama mengenalnya, mengetahui bahwa ini adalah putra sulung keluarga Martono, seorang pria yang sangat kaya.
Melihat bahwa dia bertemu dengan seorang kenalan lama, Wendy menjadi lebih sombong, dia menunjuk Brian dan berteriak, “Pak Daniel, masih ingin membuka restoran tidak? Pelayan di sini bahkan berani memuluki tamu!”
Daniel melihat kea rah jarinya dan berkata, “Pak Wendy, Anda salah paham, dia bukan pelayan kami.”
Wendy berseru, “ini benar benar tidak mungkin! Aku baru saja melihatnya membersihkan meja, bagaimana mungkin dia bukan pelayan kalian?”
Lancy melanjutkan, “Betul, kalau dia bukan pelayan, memang dia itu tamu? Orang miskin yang sakunya kosong ini bagaimana bisa punya uang untuk makan di sini?”
Brian tidak berbicara. Sekarang restoran ini adalah miliknya sendiri. Dia ingin melihat bagaimana manajer restoran ini menangani masalah ini, apakah dia layak untuk dipekerjakan di masa depan atau tidak.
Daniel berkata dengan menyanjung, Pak Wendy, Anda benar benar salah paham. Pelayan kami di sini semuanya mengenakan seragam dan aku pertama kali melihat orang ini.”
“Bukan pelayan?” Wendy berkata dengan cemberut, “Kenapa dia datang ke sini kalau bukan pelayan? Ruangan ini ruang VIP yang kami pesan, kenapa dia bisa datang ke sini?”
“Bagaimana manajemen restoran kalian? Cepat panggil satpam untuk mengusirnya!”
“Pak Wendy, mohon tunggu sebentar, aku akan segera menanganinya.”
Daniel melihat ke belakang dan menatap Brian, melihat bahwa Brian mengenakan kaos jalanan, yang harganya tidak lewat dari dua ratus ribu rupiah, dinilai dari penampilannya sama sekali tidak mirip dengan orang yang akan menghabiskan uang di restoran kalangan atas ini, apalagi ruang VIP No. 1.
Dia bertanya dengan wajah cemberut, “Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di hotel kami?”
Brian berkata, “Tentu saja aku datang ke sini untuk makan. Ini adalah ruang VIP yang kami pesan.”
“Brian, sejak kapan kamu pandai berpura pura seperti ini?” Lancy segera memanggil, “Manajer, jangan dengarkan dia, diahanya orang yang miskin, bagaimana dia bisa punya uang untuk makan di sini.”
Brian sangat kecewa dengan Wanita ini, dia berkata, “Kamu benar benar bodoh, tidak boleh menggertak pria yang miskin, kamu tidak mengerti?”
“Kamu berani mengatakan itu?” Lancy menunjuk Brian dan berkata, “Aku membeli sepatu ini ini bersamamu di kios, lima puluh ribu sepasang, enam puluh ribu untuk celana, dan dua puluh ribu untuk kaos.”
“Selama aku bersamamu lebih dari satu tahun, kamu paling banyak memiliki uang dua ratus ribu di sakumu. Sebagai orang miskin sepertimu, kamu berani berbicara tentang makan di ruang VIP No. 1? Apakah kamu anggap kami semua ini bodoh?”
Wendy berkata kepada Daniel dengan arogan, “Dengar tidak? Dia menyelinap masuk, segera panggil satpam untuk mengusirnya.”
Yang satu adalah anak kaya dan yang satu lainnya adalah anak miskin, Daniel memilih untuk mempercayai Wendy tanpa ragu ragu.
Dia berkata kepada Brian, “Tempat kami adalah konsumsi kelas atas, tidak semua orang bisa datang ke sini, segera keluar.”
Brian berkata, “Aku akan mengatakannya untuk terakhir kalinya, ini adalah ruang VIP yang aku pesan. Kalau tidak percaya kamu bisa memeriksa catatan reservasi kamar.”
“Tidak perlu, Pak Wendy sudah bilang ini kamar yang dia pesan, kamu cepat keluar dari sini atau aku akan memanggil satpam untuk mengusirmu!”
Daniel juga telah bekerja di insdustri katering selama sepuluh tahun. Dia sangat percaya diri dengan kemampuannya untuk menilai orang. Tidak peduli bagaimana dia memandang pemuda di depannya, tidak mungkin pemuda ini bisa menjadi tamu di Ruang VIP No. 1. Ketahuilah bahwa konsumsi minimum di sini adalah dua puluh juta rupiah.
Brian berkata dengan wajah cemberut, “Sebagai manajer restoran, beginikah caramu memperlakukan pelanggan?”
Wendy berkata dengan jijik, “Kamu adalah orang miskin yang bahkan tidak mampu makan di sini,pelanggan apa kamu?”
Dia berbalik dan berkata kepada Daniel, “Kalau orang seperti ini bisa menjadi pelanggan Restoran Jasin, maka aku pasti tidak akan datang lagi di masa depan, makan dengan orang seperti ini akan menurunkan identitasku.”
“Sepertinya aku harus memberi tahu Pak Thiery kalau manajemen di sini terlalu bermasalah.”
“Pak Wendy, jangan khawatir, aku akan menyuruhnya pergi.”
Daniel buru buru mengambil walkie talkie di tangannya dan berseru, “Satpam, datang ke ruang VIP No. 1, ada pengacau di sini.”
Setelah mendengar perintahnya, empat satpam yang tinggi segera bergegas kemari.
Daniel menunjuk ke arah Brian, “Lempar dia keluar dari sini!”
Keempat satpam itu bergegas untuk menyerbu tanpa basa basi. Pada saat ini, raungan terdengar datang dari belakang. “Aku ingin lihat siapa yang berani menyentuhnya, hentikan semua!”
