"Saingan? Lawanku Janda aja, aku udah MENANG!"
.
.
.
Gladys, merutuk habis kekasihnya yang ketahuan sedang berselingkuh di sebuah kamar hotel dengan seorang Janda beranak tiga.
Hati wanita mana yang tak sakit, terlebih ia sudah menerima pria itu sepaket dengan putrinya yang selama dua tahun ini selalau berusaha agar bisa diterima dengan baik sebagai ibu sambung.
.
.
.
"Dasar DUDA gak tahu diri. Lihat saja, akan ku pastikan penggantimu adalah BERONDONG TAJIR"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Kepulangan Kai dari rumah orang tuanya sedikit membuat Erica merasa lega, namun ia tak membalas saat pemuda tampan itu melambaikan tangan sebelum masuk ke dalam mobil mewahnya. Dan, lamunan wanita itu buyar saat namanya di panggil oleh Mama yang ternyata menyusul dengan kursi rodanya.
"Mah--, kenapa?" tanya Erica yang langsung bersimpuh di hadapan malaikat tak bersayap nya itu.
"Kenapa belum masuk? kan pemuda itu sudah pulang?" tanya balik Mama.
"Ini juga baru mau masuk kok, Mah. Ayo, Er dorong ke dalam ya," ucapnya sembari bangun lalu membalikan kursi roda untuk masuk ke dalam.
Di ruang tengah, Erica duduk di sofa sedangkan Mama tetap di kursi rodanya, wanita paruh baya itu tersenyum kemudian mengusap punggung tangan Erica yang berada di atas pangkuan.
"Motormu bagaiamana?" tanya Mama mengawali obrolan.
"Di urus sama Kai, Mah. Nanti aku minta langsung di antar aja kalau sudah selesai di Service. Aku aja gak ngerti kenapa bisa mendadak mati gitu ya," jawabnya bingung sambil menghela napas panjang.
"Ya sudah, yang penting beres saja dulu. Benar, dia anak Bosnya Cita?" tanya Mama lagi.
"Iya, Mah, Bos besarnya loh. Ya ampun, aku gak nyangka, Mah," Erica yang mulai tertarik dengan bahan obrolan kali ini nampak cukup terlihat antusias.
"Gak nyangka ketemu Kai?"
Erica langsung mengernyitkan dahinya, lalu ia menggeleng kan kepala dengan cepat, " Sama Papihnya loh. Bosnya kak Cita. Ngapain juga sama anaknya!" sahut Erica ketus.
Mama pun tertawa, entah kenapa ia justru malah menggoda anak tengahnya. Tak seperti sebelum sebelumya selama kurang lebih dua tahun ini yang justru sering menasehati dan juga menyadarkan Erica, hingga kadang keduanya justru jadi saling bersitegang.
"Memang kenapa kalau sama anaknya? Pemuda itu sangat tampan, baik, sopan dan ramah, Er," puji Mama.
Erica sedikit mencebik, tentu saja yang di katakan Mama tak sesuai dengan kenyataan yang di alami oleh Erica, hanya satu yang benar seratus persen yaitu ketampanan. Erica tak menampik jika Kaivandra memang memilih wajah yang sangat tampan dan senyum yang menawan, tapi di balik itu semua justru ada hal yang membuat ia kesal.
"Iya, Mah, Er tahu."
"Jangan bilang--, kamu masih mengingat Duda beranak satu itu, Er, iya kah?" selidik Mama yang ekpresi wajahnya kembali ke stelan awal saat men
Erica menggelengkan kepalanya dengan cepat, bagai si buah simalakama, jujur salah tak di jujur pun salah, diam juga akan jadi masalah.
Tapi, satu hal yang baru ia sadar jika beberapa hari ini ia justru sudah lupa dengan pria itu, terbiasa tanpa komunikasi adalah salah satu level tertinggi tahap ia melupakan si Duda Mokondo.
"Mama tenang aja, Er gak akan balik lagi kok," ucapnya meyakinkan.
"Buka hatimu seluas luasnya, Nak."
"Iya, Mah. Tapi sebisa mungkin Er ingin sembuh tanpa adanya orang baru," jawabnya lagi.
Dengan sangat sengaja Erica memang memilih menyibukkan dirinya dengan hal hal positif di luar rumah meski bukan dengan bekerja di suatu tempat atau perusahaan. Ia belum berminat untuk melakukan rutinitas yang sama setiap hari dari pagi hingga sore di tengah perasaan hatinya yang belum sepenuhnya baik.
"Obat tak selalu berbentuk Pil atau Kapsul, Er."
"Er tahu, Mah, tapi gimana kalau yang datang setelah Badai hebat kemarin justru bukan pelangi? melainkan Tsunami?" tanya Er penuh penekanan.
"Kamu salah kalau berpikir seperti itu, Nak. Harusnya kamu bisa meyakinkan dirimu sendiri jika--," balas Mama, ia menghentikan ucapannya lalu meraih tangan Erica untuk di genggam.
"Jika apa, Mah? Er janji untuk tidak menoleh lagi ke masa lalu. Tolong beri Er waktu ya," mohonnya yang mau tak mau di iya kan oleh sang Mama.
Awalnya, Erica memang cukup berkecil hati saat memilih mengakhiri hubungannya dengan si Duda ( Poho euy ngarana saha nyah) mengingat usianya yang tak lagi muda, sebab bebeberapa hari ke depan ada angka dua puluh delapan tahun tersemat dalam dirinya, dimana teman seusianya ke banyakan sudah menikah dan memiliki buah hati setidaknya satu anak.
Tapi tidak dengannya, ketika ia sudah mantap melabuhkan hati dan cintanya, hingga ingin menjadikan si Duda pasangan terakhir menuju pelaminan demi sebuah ikatan sakral, ia justru di kejutkan dengan drama perselingkuhan yang terjadi di luar batas, dimana sang calon suami malah asik berburu napsu di sebuah kamar hotel dengan wanita berstatus kan seorang Janda.
"Jangan terlalu lama menyendiri, Nak," pesan Mama.
Erica hanya bisa tersenyum kecil, untuk kedepannya tentu ia akan jauh berhati-hati saat memulai hubungan baru, sebab ia baru sadar jika restu orang tua adalah yang paling utama termasuk Feeling seorang Ibu yang ternyata tak pernah salah.
Andai saja dulu ia lebih peka, dan cintanya bukan cinta buta hingga telinganya seolah tuli mendengar semua nasihat sang Mama, mungkin ia tak akan merasakan sakit se luar biasa seperti ini. Karna nyatanya, melihat pasangan terkasih tengah bercumbu di depan mata adalah hal paling menyakitkan seumur hidup. Seolah selamat dari sebuah kecelakaan, sembuh tapi CACAT...
tp terlihat sangat wlo pun masih kecil semngat nya membara☺️
yg pasti yg bikin gak haus dech KAI dengerin gombalan mu bikin mbak Er kelaparan 😜
semngat Mak author 🤗