NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Perempuan Malang

Terjerat Cinta Perempuan Malang

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fafacho

Zahra, seorang perempuan sederhana yang hidupnya penuh keterbatasan, terpaksa menerima pinangan seorang perwira tentara berpangkat Letnan Satu—Samudera Hasta Alvendra. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena uang. Zahra dibayar untuk menjadi istri Samudera demi menyelamatkan keluarganya dari kehancuran ekonomi akibat kebangkrutan perusahaan orang tuanya.

Namun, tanpa Zahra sadari, pernikahan itu hanyalah awal dari permainan balas dendam yang kelam. Samudera bukan pria biasa—dia adalah mantan kekasih adik Zahra, Zera. Luka masa lalu yang ditinggalkan Zera karena pengkhianatannya, tak hanya melukai hati Samudera, tapi juga menghancurkan keluarga laki-laki itu.

Kini, Samudera ingin menuntut balas. Zahra menjadi pion dalam rencana dendamnya. Tapi di tengah badai kepalsuan dan rasa sakit, benih-benih cinta mulai tumbuh—membingungkan hati keduanya. Mampukah cinta menyembuhkan luka lama, atau justru semakin memperdalam jurang kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafacho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15.

"kenapa buru-buru, kalian baru menikah kemarin tapi sudah mau balik ke Jogja" protes Kharisma pada putranya.

"kan aku waktu itu sudah bilang, aku habis menikah akan langsung ke Jogja" jawab Samudera.

"iya tapi nggak se.. "

belum selesai Kharisma bicara, ucapannya sudah di potong oleh sang suami.

"biarkan saja kalau Samudera mau ke Jogja, itu sudah pekerjaannya. Lagi pula dia disini juga hanya sebagai cadangan," ucap Hendra.

"papa" tegur Kharisma.

Samudera yang mendengar itu hanya diam saja, tapi tatapannya berubah dingin.

Sedangkan Zahra yang berada di situ merasa tak nyaman karena keluarga suaminya seperti nya sama dengan keluarganya tak terlalu harmonis.

"habiskan makananmu, setelah ini kita langsung berangkat" perintah Samudera lirih. Zahra yang tadinya sedikit melamun langsung melihat kearah Samudera.

"I.. iya mas" jawab Zahra. Dia langsung melanjutkan makannya berusaha tak mendengarkan pembicaraan mertuanya.

"kalau mama masih rindu denganku main saja ke Jogja, sekarang aku juga ada yang masakin. Mama tidak usah khawatir" ucap Samudera kemudian.

"Tapi Sam,. "

"nggak ada tapi-tapian ma. Ini keputusan ku dengan Zahra. kita akan berangkat hari ini juga" pungkas Samudera dengan tegas.

"Tapi adikmu baru akan pulang hari ini, kalian nggak bisa ketemu" ucap Kharisma masih belum bisa melepaskan anaknya yang akan pulang ke Jogja.

"siapa yang akan pulang? " tanya Samudera. karena dia memiliki dua adik yang tengah berada di luar negeri menempuh pendidikan. Samudera merupakan anak kedua dari empat Saudara tapi sayang kakak sulungnya sudah tiada dengan cara yang tragis. Dan penyebab itu semua adalah Samudera,

"Hito, adikmu mau pulang. kamu nggak mau ketemu dia" ucap Kharisma.

"mama kalau mau mendrama jangan di meja makan. Kalau keputusan Samudera untuk cepat kembali ke Jogja kenapa kau halang-halangi, kau tidak malu dengan menantumu" pungkas Hendra.

"Papa memang kalau dengan Samudera tidak pernah.. "

"ma, sudahlah apa yang papa katakan memang benar. Aku harus kembali ke Jogja, tugasku sebagai tentara sudah menunggu. Soal perusahaan juga sudah aku selesai kan semua, lagi pula ada Robi" Samudera langsung memotong ucapan mamanya, dia sudah kesal dan ia tidak ingin Zahra tahu semua permasalahan di keluarganya.

perlahan Samudera menaruh sendoknya, moodnya untuk makan sudah hilang. Dia perlahan memundurkan kursinya lalu berdiri dari duduknya saat ini.

"kau selesaikan saja makanmu, aku tunggu di kamar" ucap Samudera pada Zahra.

"Aku sudah selesai, kalian berdua kalau mau berdebat lebih baik sudahi sarapan kalian daripada harus di lihat menantu kalian" ucap Samudera pada kedua orang tuanya. Setelah mengatakan itu Samudera langsung pergi begitu saja meninggalkan meja makan.

Kedua orang tua Bayu yang mendengar itu langsung diam,.

Zahra hanya bisa menunduk. Ia merasa seperti terseret masuk ke dalam ruang yang seharusnya bukan miliknya—masalah keluarga yang rumit dan tegang. Ia pun segera menyelesaikan suapan terakhirnya, tak enak berlama-lama di meja makan itu.

Kharisma masih terlihat kesal. Ia mendesah, lalu meletakkan sendoknya keras di atas piring.

"Memangnya salah ku ingin anakku tinggal lebih lama? Baru juga sehari jadi pengantin!" gumamnya dengan nada tinggi.

Hendra menggeleng pelan. "Itulah Samudera. Anak itu kalau sudah memutuskan sesuatu, tidak akan berubah. Kau tahu itu sejak dulu. Dan kau malah seakan memaksanya. Itulah dirimu selalu menggapnya anak kecil makanya dia selalu merasa ada yang bela setiap membuat salah"

"kenapa kamu jadi ngomong begitu mas" tukas Kharisma tak Terima dengan ucapan suaminya tersebut.

Zahra yang mendengar perdebatan itu semakin tak nyaman, ia lalu bangkit dari kursinya, membungkuk sedikit sebagai tanda pamit.

“Permisi, Ma, Pa. Aku ke atas dulu, bantu mas Samudera siap-siap.”

Kharisma hanya melirik sekilas, lalu mengangguk tanpa banyak bicara. Sementara Hendra mengangguk sopan.

Zahra berjalan pelan menaiki tangga menuju kamar.

.......................

Kharisma bicara berdua dengan suaminya di kamar, dia memarahi suaminya itu yang sudah bicara tidak baik pada Samudera.

"pa, kamu bisa nggak, nggak usah nyalahin Samudera. Bagaimanapun dia juga anak kamu" ucap Kharisma pada Hendra.

Hendra yang duduk di meja kerjanya langsung melihat kearah istrinya.

"siapa juga yang menyalahkan Hasta, dia sendiri kan yang mau balik Jogja" ucap Hendra menyebutkan nama panggilan anaknya saat dirumah.

"Kamulah mas, semenjak Hardin meninggal kamu. selalu keras dengan Samudera. Samudera itu juga sama sedihnya mas, dia ngerasa bersalah atas meninggalnya kakaknya. Tapi kamu juga jangan nyalahin dia" ucap Kharisma, matanya berkaca kaca.

"denger Ma, siapa yang menyalahkan Hasta. aku bersikap begini agar dia lebih baik lagi dan sadar kalau bukan karena keegoisan dia dulu kakaknya tidak mungkin tiada. Sudah berapa kali di bilang perempuan itu menjalani kasih dengan Hardin tapi dia tidak percaya dan terang-terangan bilang tidak perduli "

"pa, berhenti memanggil Samudera Hasta. Dia bilang tidak ingin di panggil dengan nama itu" ucap Kharisma mengingatkan suaminya.

Hendra diam saja, dia lalu sibuk dengan pekerjaan nya mengabaikan istrinya yang terus mengomel.

Kharisma menarik napas dalam, menahan emosi yang mulai menghangat di dadanya. Ia menatap punggung suaminya yang dengan sengaja tak membalas pandangannya. Tatapan yang dulu penuh cinta dan pengertian kini berubah dingin setiap kali menyangkut Samudera—atau Hasta, begitu nama kecil putra keduanya itu yang selalu menjadi pemicu luka lama.

“Mas,” ucap Kharisma lirih, nadanya mulai bergetar, “kamu tahu tidak, sampai hari ini Zahra belum tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Samudera dan Hardin. Tapi kalau kamu terus seperti ini, cepat atau lambat dia akan tahu, dan semua luka itu akan terbuka lagi.”

Hendra mengetuk-ngetukkan ujung pensil ke meja, matanya menatap lembar kerja di depannya tanpa benar-benar membacanya. “Zahra tidak perlu tahu. Dia tidak akan paham. dan urusan keluarga kita tidak ada hubungannya dengan dia”

Kharisma melangkah mendekat, berdiri di samping kursi kerja suaminya. “Kalau kamu terus bersikap seperti ini, kamu hanya akan membuat Samudera makin menjauh. Dia mungkin anakmu, tapi dia tidak akan tinggal diam terus diperlakukan seolah dia beban.”

“Sudah cukup, Ma,” potong Hendra pelan tapi tegas, menoleh sebentar ke arah istrinya. “Aku tahu apa yang aku lakukan. Samudera harus hidup dengan kenyataan, dan kalau aku harus jadi sosok yang keras agar dia tetap waras, aku akan melakukannya.”

“Dengan menekan rasa bersalah anakmu sendiri?” tanya Kharisma tajam. “Apa kamu tidak melihat betapa dinginnya tatapan Samudera tadi? Dia mungkin tidak bicara banyak, tapi dia menyimpan semuanya. Kalau kamu terus begini, dia bisa benar-benar pergi dan tak pernah kembali.”

Hendra menunduk, ekspresinya mengeras. Suara istrinya menggema dalam pikirannya, menyuarakan apa yang sebenarnya telah ia sadari lama: bahwa kehilangan satu anak membuatnya terlalu takut kehilangan yang lain, tapi ia malah melampiaskannya dengan cara yang salah.

Setelah beberapa detik hening, Hendra bersuara lirih, “Aku hanya… tidak tahu caranya berdamai dengan kehilangan, Ma.”

Kharisma akhirnya duduk di ujung ranjang, menunduk sambil menyeka sudut matanya. “Bukan hanya kamu yang kehilangan, Mas. Tapi kita harus sama-sama belajar berdamai… dan memaafkan.”

Suasana kamar itu sunyi. Dua orang tua yang hatinya penuh luka kini duduk dalam diam, tenggelam dalam kenangan.

***

1
Ma Em
Sabar Zahra sebentar lagi Samudra akan bucin sama kamu dan akan takut kehilanganmu pastinya.
Ma Em
Samudra kamu jgn terlalu menekan Zahra kasihan Zahra di keluarga nya dia selalu disisih kan sekarang sama suami selalu di bentak dan disalahkan.
Ma Em
Makanya Samudra kamu jgn terlalu keras dgn Zahra sdh dirumah Zahra tdk pernah merasakan kasih sayang dan sekarang punya suami juga malah yg ada hanya selalu menyalahkan nanti kalau Zahra sdh pergi meninggalkan kamu baru kamu menyesal Samudra
Ma Em
Semoga Samudra bisa segera menerima Zahra sebagai istri yg sesungguhnya.
Ma Em
Zahra kamu yg sabar kalau emang Zahra merasa tdk dianggap dan tdk dihargai sdh jgn memaksakan diri lebih baik menjauh dari Samudra pasti Samudra akan menyesal karena sdh menyia nyiakan istri yg baik seperti Zahra.
Ma Em
Samudra kamu pasti akan menyesal setelah Zahra pergi meninggalkan kamu.
Ma Em
Semoga Samudra baik2 saja sama Zahra jgn sampai menyakitinya dan berubah mencintai Zahra.
SJR
Assalamu'alaikum, mampir thor saling suportnya 🙏
Ma Em
Semoga Samudra segera mencintai Zahra dan jadi bucin tdk mau jauh dari Zahra jgn sampai Zahra disakiti sama Samudra.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!