orang gadis yang berusia 20 tahun harus terpaksa menikah dengan seorang CEO muda yang berusia 26 tahun.
Natasha bukannya bahagia dengan pernikahannya. tapi nyatanya malah selalu disiksa secara fisik serta batin oleh sang CEO karena dia merasa gadis itu adalah penghancur masa depannya dengan hubungan asmara pacarnya.
apakah Natasha bisa bertahan dengan sikap kasar CEO atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi Nila purwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ana bahagia bertemu kakak
Hari ini tepat 3 bulan pernikahan Alvaro dan Anna . Hubungan mereka pun mulai membaik.
Sebenarnya mereka tidak ada perubahan, hanya saja mereka sudah tidak saling diam sebelumnya.
"Ingat kata-kataku! jangan berduaan dengan pria lain di kampus!", ucap Ana
" Hm"
"Ana!"
"Ish...iya", kesal Ana
Dia sudah jengah mendengar kalimat yang sama dari mulut Alvaro.
"Akan ku antar", kata Alvaro
" Tidak perlu, aku bisa berangkat sendiri", jawab Ana
"Aku tidak menawarimu, tapi aku memberitahumu jika aku akan mengantarmu", Alvaro langsung berdiri sambil menarik tangan Ana untuk keluar dari rumah menuju kampus.
Setelah beberapa menit mereka sampai di kampus Ana. Ana akan membukakan pintu mobilnya tapi Alvaro mengatakan.
"Ingat perkataanku jangan dekat-dekat dengan pria."
Ana kesal mendengar Alvaro yang berulang kali berkata itu.
" Iya, iya Pak bos!", ucap Ana dengan nada kesal.
Lalu Ana turun dan menutup pintu mobil lalu dia berjalan menuju kelasnya.
.
.
.
"Apa maksud kalian? Ana sudah menikah!", teriak seorang pria yang saking terkejutnya.
Kedua orang tuanya yang duduk di hadapannya hanya mengangguk menjawab pertanyaan putranya.
" Ba-bagaimana bisa ?", tanya seorang pria yang lemas.
Rasanya sangat tidak rela ketika mendengar gadis kesayangannya itu sudah menikah.
Sepasang suami istri yang ada di hadapannya ceritakan segalanya kepada putranya.
"Aku merasa benar-benar tidak berguna..."gumam pria itu lirih
"Dani, maksud Mama bukan seperti itu", kata ibunya.
Namun pria yang dipanggil Dani hanya diam dengan pandangan kosong. Dia bangun dari tempat duduknya, lalu dia berjalan menuju kamarnya.
.
.
.
Mr Alvaro
"pulanglah dengan taksi aku masih banyak pekerjaan", kata Alvaro
"Aku ingin mampir dulu ke cafe", kata Ana
"Bersama siapa?"
"Aku hanya sendiri"
"Hm"
"kau mengizinkanku kan?
" Iya"
Ana mendung mal kesal ketika suaminya membalas dengan singkat. Tapi dia mengizinkan untuk pergi ke cafe untuk sekedar menikmati minuman di sana.
"Ana!", panggil seorang pria
"Kakak Dani?", ujar Ana tak percaya
Dia segera berlari dan memeluk tubuh pria itu yang sangat dia rindukan.
Mereka saling memeluk yang sangat erat tanpa menghiraukan orang-orang yang menatap mereka aneh karena mereka berpelukan di tengah trotoar.
"Ana ,aku benar-benar merindukanmu!", lirih Dani
"Aku juga hiks...hiks Aku sangat merindukanmu kakak...", balas Ana yang mulai terisak
" Sstt... jangan menangis, jika kau menangis aku jadi ingin ikut menangis", kata Dani Sambil tertawa.
Ana kembali memeluk Dani telah pria itu melepaskan pelukannya sebentar
"Sebaiknya kita masuk saja ke dalam, orang-orang mulai melihat kita", kata dani
Ana mengangguk lalu melepaskan pelukannya dan masuk ke dalam cafe bersama dengan Dani.
Mereka duduk di sofa yang panjang karena Ana terus saja memeluk Dani.
"Dasar Ana kecil", ejek Dani sambil mencubit hidung Ana gemas karena terus saja memeluknya.
Ana cemberut mendengarnya langsung melepaskan pelukannya dan bersedekap dada.
Dani tersenyum kecil melihat tingkah Ana yang masih tetap menggemaskan di matanya sejak kecil.
"Sudahlah, apakah adik kecilku, ini tidak merindukan kakaknya,hm ?", kata dani sambil memeluk
Iya Dani adalah kakak Ana . Anna melirik ke arah Dani sebentar ,lalu secara tiba-tiba langsung memeluknya dengan sangat erat.
"Aku sangat merindukanmu kakak!"kesal Ana
Dani mengecup dahi Ana dengan sayang.
"Aku juga sangat merindukanmu, my little Anna"
"Apakah benar kau sudah menikah", tanya Dani kepada Ana dengan jawaban mengangguk kepalanya.
Dani menghela nafas kasar
"karena pengobatan papa?"
lagi lagi Ana menganggukkan kepalanya.
"Kenapa kau tidak menelepon kakak, Aku pasti Bisa mengirimkan, uang untuk pengobatan papa jika aku tahu"
"Maaf tapi saat itu aku terlalu panik dan sebelumnya ada yang menawariku menikah dengan putranya dan akhirnya aku menikah dengan putranya", anak yang menundukkan kepalanya.
Dani kembali memeluk Ana.
"Aku benar-benar merasa tidak berguna ,ana!"
Ana akan mengatakan tapi dia tidak sempat karena kakaknya yang langsung mengucapkan.
"Tidak ini semua kesalahanku kakak, seharusnya aku tidak perlu pergi ke luar negeri", Dani membungkam perkataan Ana yang sepertinya akan mengucapkan.
"Sungguh Ana. aku benar-benar tidak lera kau menikah. seharusnya tidak secepat ini kau menikah, kakak ingin menikmati waktu bersamamu adik kecilku", lirih Dani
Ana meneteskan air matanya, dia sebenarnya juga masih ingin menikmati kebersamaannya bersama dengan kakaknya. takdir berkata bukan membawanya sampai sejauh ini.
"Apa kau bahagia dengan pernikahanmu?", tanya Dani
"Emm... ya,aku bahagia", jawab Ana yang sedikit ragu
Dani memegang dagu Ana mendongkkannya agar menatap wajah kakaknya.
"Sejak kapan kau belajar berbohong pada kakakmu?", tanya Dani
Ana menggelengkan kepalanya sambil meneteskan air matanya.
Dani yang merasa tidak tega langsung memeluknya.
