Aku Bukan Simpanan, Tapi Istri Yang Disembunyikan

Hari terus berganti hari, lalu minggu dan tak terasa bulan pun telah tiga kali purnama. Daisy sudah menjalani perawatan pasca operasi wajah yang sangat menyakitkan. Dan kini hasil akhir akan benar-benar akan dia perlihatkan di depan Agastya si pemaksa.

"Setelah operasi wajah, apalagi Tuan?" Tanya Daisy tanpa memandang Agastya.

"Kita pulang, tapi sebelumnya kita harus akad nikah." Jawab Agastya.

"Anda serius ingin menikah denganku? Seorang janda tanpa akta cerai? Bagaimana dengan keluargamu, anak-anakmu? Apa mereka mau menerimaku sebagai bagian dari keluarga?" Tanya Daisy.

"Hmmm... Itu akan aku urus, untuk sementara kita sembunyikan dulu status pernikahan ini." Ucap Agastya.

"Apa aku tak layak bahagia? Kenapa terus menjadi Istri yang disembunyikan." Air mata Daisy menetes, membuat hati Agastya terasa nyeri. Tapi tetap berusaha berwajah datar, seolah dia tidak mau peduli.

"Sudahlah, itu langkah yang terbaik. Kamu tetap Istri Agastya Wijaya, tapi kamu bisa menjalani hidup tanpa musuh." Ucap Agastya dingin.

"Dan ingat, namamu sekarang bukan Daisy Elmira tapi Dania Eleanor. Jangan salah sebut, atau nyawamu bisa terancam karena orang tua Adnan masih memburu keberadaanmu." Lanjutnya.

"Sepertinya mereka menaruh dendam yang begitu dalam padamu, memangnya kamu punya masalah apa terhadap mereka selain menjadi menantu?" Tanya Agastya.

"Tidak tahu." Jawab Dania cuek.

"Dania, apa aku tidak menarik? Kenapa kamu tidak terlihat suka menatap wajahku yang tanpan ini." Ucap Agastya menatap Dania kesal.

"Karena aku memang tidak tertarik, dengan seorang pria yang otoriter. Pemaksa dan membuat alur hidupku terasa aneh, tapi aku tak punya kemampuan untuk menolak selain hanya bisa pasrah mengikuti keinginanmu."

"Kenapa? Apa kamu masih memikirkan pria brengsek itu? Kamu masih mengharapkan kembali menjadi Istri Adnan? Kamu masih mencintainya?" Cecar Agastya. Terlihat jelas jika dia cemburu, tapi wajah masih tetap datar.

"Kenapa malah bawa-bawa Adnan..."

Hmmmppp...

Agastya membungkam bibir Dania dengan bibirnya, sambil menahan tengkuk Dania supaya ciuman semakin dalam.

Dania memukul dada bidang Agastya, tapi pria itu tidak menghiraukannya. Agastya baru tahu, jika bibir Dania terasa lembut dan manis. Setelah melihat Dania hampir kehabisan nafas, baru Agastya melepas ciumannya.

Kedua bibir Dania terlihat bengkak, tapi justru terlihat sexy di matanya. Agastya menarik pinggang Dania lalu berbisik di depan wajahnya.

"Kamu milikku sekarang dan selamanya, Dania ingat lupakan masa lalumu. Lupakan Adnan dan semua yang pernah menyakiti hati dan perasaanmu. Karena kita akan memulai hidup dengan lembaran baru." Ucap Agastya.

"Apa Tuan..."

"Ssttt... Jangan panggil aku Tuan. Aku suamimu Sayang." Pertama kalinya Agastya bicara lembut, membuat pipi Dania bersemu merah.

"Jangan bicara formal lagi denganku, panggil aku Hubby karena kita memang suami istri meskipun masih di atas kertas." Ucap Agastya.

"Tapi, saat kita sampai Jakarta. Asistenku sudah menyiapkan seorang penghulu. Aku akan menikahimu di hadapan Tuhan, karena masa iddahmu selesai. Dan setelah itu, kamu adalah Istriku yang SAH Dania." Lanjutnya.

"Istri tanpa cinta, apa artinya?" Gumam Dania tanpa tahu jika Agastya tersenyum tipis, sangat tipis saking tipisnya gak seperti tersenyum.

"Cinta tidak hanya sekedar kata-kata kan Dania?" Tanya Agastya.

"Tapi setidaknya dengan kata Cinta, akan merubah pandanganku padamu Mas." Ucap Dania yang tidak sadar sudah mengubah panggilannya terhadap Agastya.

"Kamu panggil aku apa, Dania?" Tanya Agastya yang wajahnya sudah tidak sedatar biasanya saat bicara.

"Apa tidak suka panggilannya? Kalau gitu aku panggil Om saja deh." Ucap Dania menjawab asal.

"Astaga, Om? Aku tidak setua itu Dania?" Ucap Agastya kesal.

"Tapi umur kita memang selisih 8 tahun." Jawab Dania cuek.

"Sudahlah, terserah kamu." Sahut Agastya. Ngomongnya terserah, tapi wajahnya semakin datar dan dingin membuat Dania merasa lucu dengan sikap Agastya.

"Aku mau siap-siap Hubby, jangan karena marah jadi lupa jika jam 1 siang kita akan pulang kembali ke Jakarta." Ucap Dania pura-pura cuek, padahal jantungnya berdebar lebih kencang.

Sepanjang perjalanan dari Korea hingga Jakarta, tidak ada tegur sapa. Agastya dan Dania sama-sama diam dalam bahasa, tapi jantung keduanya bersaing siapa yang berdetak lebih kencang dengan mata yang saling melirik hanya karena gengsi. Apalagi Agastya yang benar-benar ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak terpengaruh apa pun sikap Dania.

Setibanya di Jakarta, Agastya langsung membawa Dania ke Masjid yang sudah ditunggu oleh Penghulu dan para saksi yang dipersiapkan oleh asisten Agastya yang benama Daniel.

Penghulu yang bernama Rizal Pratama itulah yang sekarang akan menikahkan Agastya Wijaya dengan Dania Eleanor.

SAH

SAH

SAH

Suara bergema, mengawali perjalanan rumah tangga mereka.

Buku nikah dengan foto terbaru sudah ditanda tangani oleh keduanya. Memperkuat status pernikahan Dania yang selama ini tidak pernah dirasakannya.

"Kamu sekarang sudah menjadi Istriku, Dania Eleanor Wijaya." Ucap Agastya.

"Terima kasih sudah memberikan aku status yang pernikahan yang jelas. Kuat di mata hukum dan agama membuatku nyaman." Ucap Dania.

"Baiklah, sekarang aku antar kamu pulang ke rumah baru kita. Apartemen lama sudah aku jual, aku ganti satu unit rumah. Tinggallah di sana bersama dengan pembantu yang juga sudah tersedia. Perabot dan apa pun kebutuhanmu sudah lengkap semua." Ucap Agastya.

"Maksudnya Hubby tidak ikut bersamaku? Kita tidak tinggal satu rumah?"

"Belum, karena aku masih harus memberi tahu keluargaku lebih dulu. Tapi percayalah, aku menikahimu dengan kesungguhanku bukan untuk main-main. Namun, kamu harus bersabar dahulu karena aku tidak akan setiap hari datang menemuimu di rumah. Meskipun begitu, kita akan setiap hari bertemu karena mulai besok kamu akan bekerja di Perusahaanku."

"Kamu akan menjadi Sekretaris Pribadiku, tapi untuk sementara rahasiakan status pernikahan kita dari semua orang. Aku harus memastikan, keluargaku terutama anak-anak bisa menerima kehadiranmu. Aku akan memperkenalkanmu sebagai kekasihku sekaligus orang kepercayaanku di Kantor. Supaya perlahan orang bisa menatapmu dengan segan tanpa harus tahu apa jabatanmu di dalam hatiku."

Sementara itu di kediaman Abigail tengah diadakan acara 7 bulanan kehamilan Sasha dengan sangat mewah. Adnan, suami Sasha itu sudah 3 bulan merealisasikan semua perkataannya. Tidak menyentuh Sasha bahkan tinggal terpisah bukan sekedar pisah kamar. Adnan merasa curiga, saat tidak sengaja melihat Sasha bersama Managernya pergi ke sebuah Apartemen mewah.

Acara yang dihadiri para artis itu terlihat mewah dan meriah. Tapi kebahagiaan tidak nampak dari wajah mantan suami siri Daisy.

Hingga sesuatu secara tidak terduga di hadapan para tamu undangan.

"Aduh... Kenapa perutku sakit sekali." Teriak Sasha terduduk di lantai.

Sherly maju, lalu memeriksa perutnya.

"Kenapa perutmu semakin keras, Sasha...?"