NovelToon NovelToon
Kisah Nyata - Harga Sebuah Kesetiaan

Kisah Nyata - Harga Sebuah Kesetiaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Beda Usia / Kontras Takdir / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Sad ending / Janda
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

HARGA SEBUAH KESETIAAN
100% diambil dari kisah nyata
Dewanga hanya ingin diterima. Setelah ditolak berkali-kali karena miskin, ia menikahi Tini—janda delapan tahun lebih tua—dengan harapan menemukan pelabuhan. Yang ia dapat adalah badai tanpa henti. Enam tahun pernikahan menjadi neraka: bentakan setiap hari, hinaan di meja makan, ancaman diusir dari rumah yang bukan miliknya.
Ia terperangkap. Ingin pergi, tapi Aini—putri kecilnya—adalah satu-satunya cahaya dalam kegelapan. Ketika cinta berubah menjadi penjara, dan kesetiaan menjadi racun, Dewanga harus memilih: bertahan hingga hancur, atau berani menyelamatkan dirinya dan anaknya.
Sebuah kisah yang memilukan tentang cinta yang salah, kesetiaan yang keliru, dan keberanian untuk memilih hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Nasihat Ibu

Dewanga pulang pagi-pagi buta dengan tubuh limbung. Kepalanya pusing, perutnya mual, seluruh tubuhnya bau arak.

Ia berjalan gontai melewati gang sempit menuju rumah kontrakannya, tapi langkahnya terhenti ketika melihat sesosok perempuan tua duduk di depan pintu kamarnya.

Rini.

Ibunya.

Dewanga terpaku. Dadanya sesak.

Rini berdiri perlahan. Wajahnya lelah, matanya sembab—jelas ia menangis sepanjang malam.

"Ibu... kenapa Ibu ke sini?" Dewanga berusaha terdengar normal, tapi suaranya bergetar.

Rini tidak menjawab. Ia hanya menatap anaknya—dari ujung rambut yang acak-acakan hingga bau arak yang menyengat.

Lalu ia melangkah maju, memeluk Dewanga erat.

"Dewa... anak Ibu..."

Air mata Rini pecah. Ia menangis tersedu-sedu di pelukan anaknya yang kaku.

Dewanga tidak bisa menahan lagi. Ia ikut menangis—tangis keras, tangis yang keluar dari dasar hatinya yang hancur.

"Maafin Dewa, Bu... maafin Dewa..."

"Ssstt... Ibu gak marah, Nak. Ibu gak marah..."

Mereka berdiri di depan pintu kamar sempit itu, memeluk satu sama lain, menangis bersama.

Di dalam kamar, Rini duduk di kasur tipis. Ia menyeka air matanya, lalu menatap Dewanga yang duduk di lantai dengan kepala tertunduk.

"Dewa, Ibu dengar... kamu ditolak sama keluarga Anis."

Dewanga mengangguk pelan, tidak berani menatap ibunya.

"Ibu juga dengar... kamu udah tiga hari gak kerja. Kamu minum-minum sama Imam."

Dewanga semakin menunduk. Malu. Bersalah.

Rini menarik napas panjang. "Dewa, Ibu tau kamu sakit hati. Ibu tau kamu kecewa. Tapi Nak... alkohol itu bukan jalan keluar."

"Ibu gak ngerti..." Dewanga berbisik parau. "Ibu gak ngerti rasanya dihina kayak gitu... dibilang gak ada masa depan... dibilang gak berguna..."

"Ibu ngerti, Dewa. Lebih dari yang kamu kira."

Dewanga mendongak, menatap ibunya.

Rini tersenyum pahit. "Ibu juga pernah dihina, Nak. Pas Ayah kamu sakit, banyak orang yang bilang Ayah kamu gak berguna. Bilang Ibu harusnya cari suami lain yang lebih kuat. Tapi Ibu tetep bertahan. Tau kenapa?"

Dewanga menggeleng.

"Karena Ibu percaya sama satu hal: rezeki dan jodoh itu udah ada yang ngatur. Bukan manusia yang nentuin. Bukan orang tua Anis yang nentuin. Tapi Allah."

Hening.

Rini melanjutkan dengan suara lembut. "Dewa, mungkin Anis memang bukan jodoh kamu. Mungkin Allah punya rencana yang lebih baik. Tapi kamu gak akan pernah tau rencana itu kalau kamu nyerah sekarang."

"Tapi Bu... cape... Dewa cape..."

"Ibu tau, Nak. Ibu tau kamu cape. Tapi capek itu wajar. Hidup itu emang gak gampang. Tapi bukan berarti kamu harus nyerah."

Rini bangkit, duduk di samping Dewanga, meraih tangan anaknya yang kasar dan penuh kapalan.

"Dewa, kamu masih muda. Kamu masih punya waktu panjang. Jangan sia-siakan hidupmu cuma gara-gara satu penolakan."

"Bukan cuma satu, Bu... Dewa udah ditolak berkali-kali..."

"Ya, berkali-kali. Tapi itu bukan berarti kamu gak berharga. Itu cuma berarti kamu belum ketemu orang yang tepat."

Dewanga menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca. "Ibu yakin ada yang mau nerima Dewa?"

Rini tersenyum—senyum tulus seorang ibu yang percaya pada anaknya.

"Ibu yakin, Nak. Suatu hari nanti, akan ada orang yang nerima kamu apa adanya. Yang cinta sama kamu bukan karena kamu kaya, tapi karena kamu Dewanga—anak yang baik, yang kerja keras, yang sayang keluarga."

Air mata Dewanga kembali mengalir. "Tapi... tapi kalau ternyata gak ada?"

Rini mengusap pipi anaknya dengan lembut. "Kalau ternyata gak ada, setidaknya kamu masih punya Ibu. Masih punya Agung. Masih punya keluarga yang sayang sama kamu."

Dewanga memeluk ibunya erat. Menangis seperti anak kecil yang ketakutan.

"Maafin Dewa, Bu... Dewa janji gak akan minum lagi... Dewa janji akan kerja lagi..."

"Iya, Nak. Ibu percaya sama kamu."

Rini memeluknya lebih erat, mengusap punggung anaknya yang bergetar.

"Sabar ya, Dewa. Allah pasti punya rencana. Kamu cuma perlu sabar."

Dan malam itu, Dewanga tertidur di pelukan ibunya—untuk pertama kalinya sejak berhari-hari, ia bisa tidur dengan tenang.

1
Chanikya Fathima Endrajat
umur adeknya 20, dewa 22, telah bekerja 5 th sejak umur 17. wkt dewa kls 9, adiknya msh SD. setidaknya selisih umur mereka 3 th.
Seroja_layu
Astagfirullah nyebut Bu Nyebut
Dri Andri: nyata nya gitu kak
total 1 replies
Chanikya Fathima Endrajat
umur dewangga membingungkan, ketika ingin melamar anis umurnya br 19th, ketika falshback 10th yll, dewa sdh kls 9 (SMP) tdk mungkin umurnya wkt itu 9th kan thor
Dri Andri: ya saya salah maaf yaa...
karena kisah nya kisah nyata jadi saking takut salah pada alur intinya
alur di minta sama
peran, tempat di minta di random
maaf ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!