Jangan lupa untuk follow Ig: naendia9
Karina Zanetta, gadis remaja yang cantik namun sayangnya terkenal dengan sikap dingin dan cueknya bahkan dia dapat julukan Ice cube di sekolahan. Tapi suatu momen Karina di tembak oleh Davino Abimanyu, pria tampan yang kebetulan sangat populer di sekolahan.
"Elo mau gak jadi pacar gue?!" ucap Davin.
Dan saat itu juga seisi sekolahan dibuat heboh oleh tingkah Davin yang menyatakan rasa suka pada Karina. Namun sayangnya Karina belum menjawab iya ataupun menolak perasaan cinta Davin, karena Karina menyukai pria lain dan berharap yang menyatakan cinta itu pria itu bukan Davin.
Dan disisi lain Davin sudah dijodohkan sama kedua orang tuanya dengan Jovita, bahkan mereka setelah lulus akan segera dinikahkan.
Bagaimana kelanjutan kisah cinta Karina? Apakah Karina akan bisa mencintai Davin dengan tulus hati atau Karina masih berharap dengan Crush-nya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naendia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebahagiaan Vs Kesedihan
"Dia mantan gue!"
"Apa!!" Davin sampai tak percaya apa yang di dengarkannya. Selama ini Binta terkenal dengan susah nya di dekati beberapa wanita yang ada di sekolahan Bintang.
Bahakan banyak dari siwi disini sempat menyatakan cinta ke Binta. Namun, Binta selalu menolaknya. Sampai akhirnya Davin berfikir kalau Binta mungkin tak pernah berpacaran sebelum nya.
Namun, apa yamg di pikirkan Davin selama ini seketika terbuyarkan akan pengakuan Binta.
"Elo! Elo pernah pacaran!" tutur Davin ia masih syok dan masih gak percaya apa yang di katakan Binta barusan.
"Elo masih gak percaya juga sama gue?" tutur Binta lagi.
Davin menggeleng pasrah, "terserah mau elo percaya apa gak cuman gue mau mintol ke elo kalau selama gue gak ada gue harap elo masih mau nolong in gue."
Binta kemudian mengambil tas nya dan pergi dari ruangan pertemuan itu.
Sementara itu, Karina yang hendak masuk hanya terdiam dan melihat Binta keluar ruangan.
"Eh, Karina!" pangil Davin, Davin juga berusaha berdiri untuk meraih tangan Karina langkah Karina terhenti sesaat meluhat tangan Davin sudah melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Elo mau ngapain?" tanya Karina pelan.
"Eh, maksud gue Kak Davin. Elo mau ngapain?" tutur Karina lagi.
"Pangil aja Davin gak usah makek Kak! Kaya elo mangil ke Binta." Davin tersenyum dan masih memegang tangan Karina.
Saat melihat pandangan Karina, Davin segera melepaskan genggaman tangan nya.
"Gue harap elo bisa yah dateng ke acara itu."
"Maksudnya pramuka ini? Gue bisa kok dateng." Kali ini Karina merasa dirinya sangat canggung. Ia merasa malu dan merasa gugup ingin rasa nya bisa mendapat kan ilmu menghilang dari pandangan orang yang mengenalinya.
"Gak! Bukan itu, tapi acara double date."
"Gue-"
"Gue bakalan usahain Binta dateng, lagian itu anak juga pasti dateng kok." Karina hanya bisa terdiam ia tak tau harus meresponnya bagaimana.
"Elo tau nomer gue dari mana? Apa Binta yang kasih?" tanya Karina penuh heran.
"Gue minta nomer elo dari Binta, terus Binta kasih ke gue deh. Apa elo keberatan?" Davin masih menatap Karina yang berdiri di depannya.
"Gak. Kalau gitu gue mau balik ke kelas." Karina dengan segera berjalan cepat dan Davin hanya melihat Karina yang pergi menjauh dari pandangannya.
Karina mencari Binta kesana kemari ia cuman ingin tau kenapa Binta lakuin itu semua.
Ia berjalan menyusuri sekolah lapangan basket, bahkan ruang osis dan kantin.
"Apa mungkin Binta di BK?" gumam Karina sembari berjalan menuju ruangan BK.
Karina kemudian berjaoan di depan ruangan BK, di dalam rungan hanya terlihat pak Indra dan Kak Irene yang menjaga UKS.
"Apa mungkin Binta di kelas nya?" Karina hanya bisa bergumam sendiri sambil berjalan menujuk ke anak tangga.
Tapi, seketika.
"Binta?" Tangan Binta sudah menarik tangan kanan Karina seketika Karina hanya bisa memangil nama lelaki tersebut.
"E- elo, elo dari mana?"
"Gue liatin elo dari ke jahuan, cuman jalan mondar mandir. Elo cari siapa?" tanya Binta sembari masi memegang tangan Karina.
Karina perlahan melepas tangannya dari genggaman Binta, "Gu- gue, gue mau masuk ke kelas!" seru Karina.
Binta hanya tersenyum mendengar penjelasan Karina barusan, "Ngapain elo ketawa? Emang ada yang lucu."
Binta menggelengkan kepala kemudian berkata, "Gak kok. Gak ada yang lucu. Yaudah elo masuk gih!" pinta Binta.
'Gue itu nyari elo! Tapi, masa iya gue jujur dan bilang gitu ke elo! Tensin lah gue! Ngeselin!!' Karina hanya bisa meronta - ronta dalam hati nya saja.
"Yaudah, kalau gitu gue ke kelas." Karina kemudian berbalik dan berjalan ke kelasnya.
"Kaki elo udah gak sakit lagi kan?" tutur Binta saat dia berdiri di ambang pintu gerbang yang akan menuju ke kelas.
Karina yang sudah menaiki beberapa anak tangga lantas menoleh dan bilang, "Udah mendingan kok. Thak's ya."
Binta hanya mengangguk dan tersenyum. Karina kemudian berbalik dan melanjutkan jalan nya lagi menuju kelas.
Dalam hatinya sungguh merasakan gejolak, dimana ia ingin teriak bahagia. Namun, Karina lebih memilih untuk menyembunyikan ekspresi itu.
Karena ia takut, kalau dia terlalu bahagia pasti akan ada sesuatu yang hilang dari hidupnya.
Rumus itu selalu bekerja di kehidupan Karina, bahkan Karina merasa ia memang tak berhak untuk merasakan kebahagiaan.
Oleh karena itu, Karina takut jika terlalu bahagia dan mengekspresikannya ia akan kehilangan yang berharga baginya. Entah apapun itu.
'Gue seharusnya gak boleh terlalu bersemangat begini, apalagi gue tadi lupa, seharusnya gue gak boleh terlalu bahagia. Gue takut kalau kebahagiaan ini membawa kesedihan secara bersamaan dalam hidup gue,' batin Karina sembari berdiri dibalkon depan kelasnya.
Karina menatap kosong pandangan apa yang di liat nya dari balkon tersebut.
Hanya angin alami yang menghembus ke tubuh Karina dengan begitu kencangnya.
'Gue udah terbiasa dengan kesendirian dan kesedihan. Tapi, gue gak terbiasa akan kebahagiaan yang gue rasain barusan. Gue takut, kalau ada suatu hal terjadi,' guman Karina dalam batin nya lagi.
Dirinya hanya bisa menatap lesu dan tertunduk, sementara Binta melihat semua itu saat dia hendak ingin masuk ke kelasnya bersama kedua temannya.
Binta hanya melihat Karina yang sedang murung. Tapi, kedua teman Binta membuat Binta membuyarkan pandangannya dari Karina, sembari berjalan ke kelas nya.
Karina lantas ingin membuka ponsel nya untuk menghubungi Pak Eko selaku sopir priadi Karina. Alih - alih ingin menghubungi pak Eko, Karina jauh lebih dulu melihat isi pesan dari kedua orang tuanya.
"Jadi mereka udah pergi lagi? Tanpa nunggu gue balik sekolah?" keluh Karina.
Karina hanya menghela nafas panjang, kemudian jemarinya langsung menyentuh ponselnya lagi dan memberi pesan ke pak Eko.
Tertulis kalau ia ingin pulang sendiri dan pak Eko tak perlu menjemputnya.
Namun, seketika ponsel Karina bergetar, "Non, kalau saya gak jemput non nanti orang tua non Karina marah ke saya?"
"Engak, pak Eko. Ini Karina yang pinta, pak Eko gak perlu bilang apa - apa sama orang tua saya. Udah, tenang aja! Pak Eko gak bakalan di marahin!" tegas Karina.
"Yaudah kalau gitu Karina mau ke kelas. Guru udah masuk," Karina dengan segera mematikan ponsel nya.
"Masalah udah kelar, semoga aja gue bisa ketemu Binta lagi." Karina kemudian berjalan masuk ke dalam kelas nya.
Namun, Karina tak melihat dimana Nessa dengan heran Karina tetap berjalan dan duduk di bangkunya.
"Nessa kemana? Bukannya tadi dia di dalem kelas?" gumam Karina lagi.
"Eh, tunggu." Karina langsung menarik tangan temannya yang sedang berjalan keluar kelas.
"Apa an sih elo! Kenapa elo narik gue!" Temannya hanya bisa berkata dengan ketus dan jutek, sambil menatap Karina yang penuh ketidak sukaannya.
"Elo liat Nessa gak?" tutur Karina.
"Gak! Gue gak liat temen elo! Udah! Lepasin gue!" temannya itu langsung menghempaskan tangan Karina dengan kasar dan pergi keluar begitu saja.
"Apa dia masih di kantin? Tapi," Karina melihat jam dinding sebenernya sudah jam pelajaran lagi. Tapi, entah kenapa giru yang mengajar selanjutnya belum masuk ke dalam kelas.
Karina kemudian berdiri dan berjalan keluar kelas lagi tapi, Nessa sudah jauh lebih dulu berada di pintu kelas.
Tak berselang lama Nessa langsung menampar Karina di hadapan teman sekelasnya.
semoga semangatnya juga terus panjang ya. salam dari Aira dan Zayyan di 'aku akan mencintaimu, suamiku' jgn lupa mampir 😉