NovelToon NovelToon
Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pengantin Pengganti
Popularitas:35.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Arum Mustika Ratu menikah bukan karena cinta, melainkan demi melunasi hutang budi.
Reghan Argantara, pewaris kaya yang dulu sempurna, kini duduk di kursi roda dan dicap impoten setelah kecelakaan. Baginya, Arum hanyalah wanita yang menjual diri demi uang. Bagi Arum, pernikahan ini adalah jalan untuk menebus masa lalu.

Reghan punya masa lalu yang buruk tentang cinta, akankah, dia bisa bertahan bersama Arum untuk menemukan cinta yang baru? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Kembali ke kota yang penuh luka

Mobil hitam mewah milik Gavin berhenti perlahan di depan rumah sakit besar di pusat kota. Sore itu udara masih lembap, sisa hujan di siang hari menempel di kaca mobil, menciptakan bias samar saat Arum menatap keluar dengan wajah cemas.

Revano tertidur di kursi belakang, wajahnya pucat, bibirnya nyaris tanpa warna. Gavin segera turun, lalu membukakan pintu untuk Arum dan menggendong bocah kecil itu dengan hati-hati.

“Cepat ke bagian pendaftaran, aku akan bawa Revan ke ruang IGD anak,” katanya pada Arum. Arum mengangguk cepat, langkahnya terburu menuju meja resepsionis.

“Permisi, anak saya … dia harus segera ditangani. Ini surat rujukannya,” ucap Arum dengan suara bergetar sambil menyerahkan berkas.

Resepsionis menerima dan memanggil perawat untuk segera membantu. Di saat bersamaan, Gavin datang menyusul, napasnya sedikit terengah.

“Tolong arahkan kami ke dokter spesialis anak, saya sudah konfirmasi lewat telepon pagi tadi.”

“Baik, Dokter Gavin. Silakan ke ruang anak di lantai dua. Dokter utama sudah menunggu.” ujar mereka yang memang mengenal Gavin.

Mereka berjalan cepat melewati koridor putih yang berkilau, langkah keduanya tergesa. Arum menatap putranya yang kini dibawa di atas tandu kecil, menahan air mata yang nyaris jatuh.

Di sisi lain, pintu utama rumah sakit terbuka lagi. Seorang pria dengan jas gelap dan tatapan tajam masuk melewati resepsionis, dia Reghan Argantara.

Ia baru saja tiba untuk menjemput Oma Hartati yang pagi itu menjalani pemeriksaan rutin. Namun langkah Reghan tiba-tiba terhenti. Sekilas, dari sudut matanya, ia melihat sosok wanita yang baginya terasa begitu familiar. Rambut panjang terurai lembut, wajah teduh, tubuh ramping dalam balutan blouse krem sederhana.

Jantung Reghan seperti diremas. Napasnya tercekat di tenggorokan. Dia ingin berteriak, ingin memastikan pandangannya tidak salah, tapi lidahnya kelu.

Tubuhnya seolah lumpuh di tempat, hanya matanya yang mengikuti langkah wanita itu sampai menghilang di ujung koridor bersama seorang pria yang tampak memegang tangan seorang bocah. Rasa nyeri menusuk di dada kirinya. Reghan memegangi dadanya sambil menghela napas berat.

“Tuan, Anda baik-baik saja?” suara lembut memecah lamunannya. Ia menoleh Bu Nara, asistennya, menatap dengan cemas.

Reghan menggeleng pelan. “Tidak … hanya sedikit sesak.”

Tatapannya beralih lagi ke arah koridor yang kini sepi. Tidak ada siapa pun di sana, hanya resepsionis yang sibuk menulis data pasien baru.

Reghan menghela napas panjang, mencoba menepis perasaan aneh yang tiba-tiba menghujam.

“Mari, Bu Nara. Kita ke ruang Oma,” katanya akhirnya dengan suara rendah. Ia melangkah pergi, namun langkahnya terasa berat.

Ada sesuatu yang mengguncang batinnya tanpa alasan, seperti firasat, atau mungkin, luka lama yang tiba-tiba kembali berdenyut.

Di ruang pemeriksaan anak, suasananya terasa sunyi meski suara mesin dan alat medis sesekali berbunyi lembut.

Arum duduk di kursi samping ranjang kecil tempat Revano berbaring, tangan mungil bocah itu digenggam erat olehnya. Wajah Arum pucat, matanya sembab, seolah setiap detik yang berlalu terasa seperti ujian panjang tanpa akhir.

Gavin berdiri di sisi lain, menatap layar hasil pemeriksaan dengan ekspresi serius. Dokter spesialis anak di depannya menjelaskan dengan nada lembut namun tegas,

“Anak ini harus segera mendapat perawatan intensif. Kami akan mulai dengan transfusi dan rangkaian tes untuk mencari kecocokan donor sumsum tulang belakang.”

Arum menatap dokter itu tanpa suara. Lidahnya kelu, seolah tak ada kata yang cukup untuk menggambarkan ketakutannya.

“Dok … apakah … apakah dia akan baik-baik saja?” suara Arum nyaris bergetar.

Dokter menatapnya dengan empati. “Kami akan berusaha sebaik mungkin, Bu. Tapi waktu sangat penting di sini.”

Gavin menepuk pelan bahu Arum, mencoba memberi ketenangan.

“Kita sudah di tempat terbaik, Arum. Dokter-dokter di sini luar biasa. Percayalah, Revan akan kuat.”

Arum menatap Gavin dengan mata berkaca-kaca. “Aku takut, Gavin … aku takut kehilangan dia.”

“Tidak akan,” jawab Gavin lembut. “Anakmu itu tangguh, sama seperti ibunya.”

Perawat masuk, meminta izin untuk membawa Revano ke ruang observasi. Arum mencium kening anaknya pelan, “Mama tunggu di luar ya, Nak.”

Bocah itu tersenyum samar, lalu dibawa keluar oleh perawat. Begitu pintu tertutup, Arum menunduk, menggenggam kedua tangannya yang bergetar. Gavin duduk di hadapannya.

“Arum,” katanya lembut, “kita akan cari donor secepatnya. Tapi … kemungkinan terbesar adalah dari keluarga sedarah.”

Arum mendongak pelan, sorot matanya mulai berubah.

“Kau tahu maksudku, kan?” lanjut Gavin hati-hati.

“Tidak…” bisik Arum lirih, mencoba menolak arah pembicaraan itu.

“Arum,” Gavin menatapnya dalam, “aku tahu kau tidak ingin masa lalu itu muncul lagi. Tapi jika itu bisa menyelamatkan Revan, kau harus berani menghadapi mereka. Hanya itu caranya.” Air mata Arum jatuh tanpa bisa ditahan.

Tiga tahun ia mengubur nama Argantara, tiga tahun ia menutup rapat luka dan penghinaan itu. Dan kini, Tuhan seakan memaksanya kembali menatap masa lalu yang paling ia benci, demi anak yang lahir dari rahimnya sendiri.

Gavin menggenggam tangan Arum.

“Aku janji, aku akan tetap di sampingmu. Apa pun yang terjadi nanti, kau tidak sendiri.”

Arum mengangguk pelan, berusaha menenangkan diri, namun jauh di dalam hatinya, bayangan Reghan, pria yang dulu ia cintai, sekaligus yang pertama membuatnya hancur, mulai muncul kembali, samar tapi menyakitkan.

1
siti maesaroh
pokoknya jgn mau klo.diajak belikan ya rum, km udah trlalu hancur untuk kmbli ke reghan, setan itu reghan ksih keputusan untuk hukum kn waktu itu😢
siti maesaroh
smoga dpt donor tp bukn dr klurga nya
siti maesaroh
ingin ku 6unuh itu reghan mnjgkelkn
siti maesaroh
baguslah prgi dr km ,bebas dr siksaan yg kau putuskan untuk mncambuknya ,dasar tolol km han tolol tolol tolol
siti maesaroh
persetan dg km han, g membiarkan arum pergi tp mlh menyiksa arum apa itu namanya, dasar tolol blo on ya km han
siti maesaroh
dasar pembodohan aturan.ini sbgai suami juga bodoh dn tolol.reghan, arum jg ngapain mau kmbli lg sm deg gan udah bner dia pergi, dadar munafik km reghan ktanya mau mencintai arum tp mudanya hnya msa lalu km sj yg kau pikirkn, banci km reghan
siti maesaroh
knp km mlh bohong rum bilang ja emng km ktemu sm elion waktu ambil.air minum gitu , suka bngt deh bohong bohong heran
siti maesaroh
jgan kasih cinta ke reghsn arum biarkan dia berjuang dulu enak ja lngsg dimaafkan
Asyatun 1
lanjut
siti maesaroh
pinter km tu udah g usah mbghdpi reghan lg rum, biar kn reghsn ,sibuk dg mslhnya
siti maesaroh
udahlh arum km pergi jauh aja, aku nyesek lihat nasibmu disitu 😢😢
siti maesaroh
dasar brngs3k itu reghan , udah tau beristri ngapain nolongin alena yg g tau diri itu
Aisyah Alfatih: sabar kak ayo sarapan dulu, marah2 juga butuh tenaga 🙈🤭
total 1 replies
ken darsihk
Ya ampyun apa yng harus di lakukan untuk menyelamatkan Revano
siti maesaroh
semoga deg kan benar" mncintai arum ya selepas dari semua ini
ken darsihk
Semua untuk kesembuhan nya Revan dan para orang tua harus menahan ego masing-masing
siti maesaroh
kek nya reghsn mulsi suka tp kyak gengsi apa blm menyadarinya gitu ya
ken darsihk
Lo nanyeaaa Reghan apa yng sdh di lalui Arum selama ini 😂😂😂
Jawab nya penderitaan dan semua itu karena lo plinplan jadi suami , lo nggak becusss jadi suami 😠😠😠
siti maesaroh
ibu tiri deg gan bner" jhat bngt, yaallah semoga arum kuat mnjlaninya dan oma selalu di dekat arum
siti maesaroh
udah tahu dikhianati ngapain masih mikirin alana deg kan bner" aneh km jgn bod0h km han, alena itu g tulus sm km
juwita
ujung "nya reghan kembali sm arum ngapain lari jauh thor klo ujung" nya.mrk di satukan lg. lgian knpa malah yg sakit anak arum bkn anak si alena.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!