Rabella membenci Alvaro, adik angkatnya!
Semua orang tau itu, tapi apa jadinya kalau Rabella malah jadi istri kedua Alvaro karena kecerobohannya sendiri? Setelahnya, Rabella harus menanggung nasib paling buruk yang tak pernah dia impikan!
Apa yang terjadi sebenarnya?
Yuk simak cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alnayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bantuan Lyan?
Rabella sudah kembali bekerja di perusahaan keluarga Wilson kembali.
Tentu, kedatangannya menarik perhatian banyak karyawan di sana.
Setelah beberapa minggu anak dari pemilik perusahaan hilang dengan kabar bahwa sudah diberhentikan oleh Felix Wilson langsung. Kemudian kembali lagi dengan posisi yang cukup menarik perhatian, sebagai sekretaris Direktur Utama.
Ya, setidaknya Rabella pikir posisi ini lebih tinggi daripada posisi Alvaro di kantor ini.
Pak Cakra, pria itu adalah Direktur Utama di perusahaan ini.
Rabella penuh percaya diri menyapa pria yang sudah menyandang status papa muda itu.
Cakra juga tersenyum tipis, menyambut kedatangan Rabella.
Persis seperti yang Felix ucapkan, bahwa Rabella akan menjadi sekretaris Direktur Utama.
"Kamu sudah tahu semua tugasnya kan, Rabella?" tanya Cakra, dia memang lebih tua lima tahun dari Rabella. Mereka memang sudah cukup akrab, jadi Cakra sudah terbiasa memanggil Rabella dengan namanya. Tanpa embel-embel nona atau apapun itu.
Rabella sendiri tak masalah, toh mereka memang sedang berada di perusahaan. Jadi harus profesional.
Tidak peduli bagaimana identitas seorang Rabella Wilson.
"Iya, sudah Pak. Saya bakal usaha yang terbaik supaya Pak Cakra gak kecewa sama kinerja saya."
Cakra tersenyum. "Selamat atas promosinya ya, semoga kamu betah jadi sekretaris Direktur Utama!"
Rabella mengangguk penuh semangat, langsung duduk di meja kerja barunya.
Tempatnya berada di depan ruangan Direktur Utama.
Rabella tak peduli dengan gosip yang beredar di kantor ini, tentang dirinya yang jadi istri kedua Alvaro. Atau gosip kalau dirinya sengaja merusak pernikahan Alvaro, tapi gagal.
Apapun itu, Rabella abaikan. Dia malas memikirkan Alvaro.
Sekarang, saatnya Rabella bersinar karena tak ada Alvaro di sini.
Fokus dengan pekerjaan masing-masing, tak terkecuali dengan Rabella yang fokus pada layar monitornya.
"Ekhem, rupanya kamu di sini." Kening Rabella berkerut, dia sangat kenal dengan suara ini. Tapi, Rabella ragu untuk mendongak.
Entah kenapa, hatinya jadi tidak nyaman.
Jantungnya berdegup kencang.
Suara pria yang selalu Rabella rindukan. Bukan suara papanya.
Tapi, suara Lyan. Kakaknya Mika, sekaligus pria yang Rabella cintai.
"K-kak L-lyan?" Rabella akhirnya mendongak, dia menatap langsung ke arah pria tampan yang berdiri tepat di depan mejanya.
Tapi, pria itu menampilkan raut tak senang.
Seolah melihat Rabella adalah hal buruk yang pernah dilakukan.
Ekspresi wajah yang bahkan tak pernah ada di wajah Lyan. Kini, Rabella yang diperlihatkan wajah penuh kekecewaan itu.
"Jangan panggil saya seperti itu lagi, saya tidak merasa dekat dengan wanita yang sudah merusak pernikahan Mika. Katakan, apakah Cakra ada di ruangannya atau tidak?"
Suaranya juga sama dengan ekspresi wajahnya, sejenak Rabella meremas kertas yang ada di mejanya.
Lyan menganggapnya sebagai wanita perusak pernikahan adiknya, Mika.
Padahal, pria itu tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Rabella.
Rabella menunduk. Kesal, tentu dia kesal pada Alvaro. Ide gila siapa juga yang menyuruh dirinya menikah dengan anak itu?
Bahkan, pria yang dicintainya juga ikut membencinya sekarang?
"Itu gak seperti yang Kak Lyan tahu, aku juga gak mau nikah sama Alvaro."
"Tapi kenapa kalian tetap menikah? Memalukan sekali, bagaimana bisa seorang kakak menikahi adik angkatnya! Bahkan, rela jadi istri kedua? Apa kamu berniat balas dendam pada saya, karena perjodohan kita dibatalkan dan Alvaro lah yang menikah dengan Mika, begitu?" tukas Lyan, ekspresinya masih sama.
Tadinya, pria itu hendak menemui Cakra untuk membahas proyek yang sudah setengah jalan, dimana perusahaan Wilson dan Keluarga Wisma bekerja sama dalam proyek tersebut.
Tapi, dirinya malah dipertemukan dengan Rabella. Wanita yang sudah merusak pernikahan adiknya, emosinya mendadak meluap. Kesal dengan tingkah kekanak-kanakan Rabella yang bahkan sampai melibatkan kebahagiaan orang lain.
Rabella menggeleng ribut. Dia bahkan sampai keluar dari mejanya, mendekati Lyan.
Ingin sekali, Rabella menceritakan semua yang terjadi sebenarnya. Menjelaskan, bahwa dirinya bukan pelakor atau perusak kebahagiaan orang lain.
Dirinya memang membenci Alvaro, tapi Rabella tak membenci Mika.
Rabella tak masalah jika dirinya digosipkan oleh orang-orang kantor, tapi mendengar tuduhan langsung dari pria yang dicintainya, entah kenapa harga diri Rabella terasa hancur berkeping-keping.
"Aku bisa jelasin semuanya, Kak. Aku sama sekali gak cinta sama Alvaro, aku juga ga berniat bikin Mika sedih karena harus nerima aku jadi istri keduanya Alvaro. Aku.. Aku..."
"Ada apa ini?" Cakra tiba-tiba keluar dari ruangannya, menatap Rabella dan Lyan bergantian.
"Tidak ada apa-apa! Ternyata kamu ada di sini, ayo kita bicara di dalam saja. Sekretaris baru mu ternyata sangat tidak profesional," ucap Lyan, langsung masuk ke dalam ruangan Cakra.
Dua pria itu akhirnya masuk, meninggalkan Rabella sendirian di tempat.
"Sialan! Kenapa gue harus ketemu Kak Lyan dalam kondisi kayak gini? Dia pasti kecewa banget sama gue, kan? Semuanya gara-gara Alvaro!" geram Rabella, moodnya mendadak buruk karena kembali mengingat statusnya sebagai istri kedua Alvaro.
Lalu, sekarang sepertinya dia sudah sangat dibenci Lyan!
Apakah ini akhir dari kisah percintaannya? Rabella kembali duduk di kursi, semangatnya mendadak hilang.
Hanya lemas yang tersisa.
Waktu berlalu cukup lama, akhirnya pintu ruangan Cakra kembali terbuka.
Lyan keluar dari sana.
Masih dengan wajah datar yang tak pernah Rabella lihat.
"Jika memang kamu tidak mencintai Alvaro, segera bercerai dari dia. Jangan merusak rumah tangga orang lain."
Rabella jadi gelagapan sendiri. Langsung berdiri, begitu mendengar ucapan Lyan.
Walau wajahnya masih datar, tapi suaranya lebih lembut kali ini.
"Ak-aku juga berencana untuk cerai dari Alvaro secepatnya, Kak Lyan. A-aku juga gak mau merusak rumah tangga Mika, tapi papa agak sulit diajak kerja sama."
Rabella menelan ludahnya kasar. Dia benar-benar takut dibenci Lyan, baginya Lyan adalah matahari yang selalu menghangatkan hari-harinya..
Mereka sudah dekat sejak kecil, begitu juga dengan Mika dan Alvaro.
Tentu, semua itu karena hubungan keluarga mereka dan rencana perjodohan yang sudah diatur entah sejak kapan.
Tapi, semuanya hancur begitu saja sejak Rabella jadi istri kedua Alvaro.
Lyan menoleh sekilas pada Rabella.
"Saya akan bantu kamu untuk segera cerai dari Alvaro, pastikan kamu tidak sampai hamil dari anak itu."
Dada Rabella bergemuruh. Lyan membantunya? Apakah ini nyata? Rabella kira, hubungannya dengan Lyan akan berakhir begitu saja.
Tapi, sekarang?
Dengan niat baik pria itu, apakah ini pertanda bahwa mereka memiliki perasaan yang sama?