Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.
Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.
Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.
Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.
Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Keesokan harinya Yue Lan terbangun karena Xiaohe mengguncang bahunya dari balik jeruji kayu dengan panik.
"Nyonya... bangun, Nyonya..."
Kelopak matanya terasa berat. Kepalanya masih pusing, tubuhnya dingin meski udara tidak berubah. Ia sebenarnya ingin sekali teriak atau memaki... mengapa kesialan selalu saja menimpanya... setelah kehidupannya yang tak seberuntung orang lain dan saat itu ia malah terjebak dalam situasi yang ia pun tak paham.
"Ada apa..." suaranya serak.
Xiaohe tidak langsung menjawab. Ia menoleh ke arah pintu masuk, lalu kembali ke Yue Lan.
"Ada orang datang."
Langkah kakinya terdengar semakin mendekat. Dan sepertinya bukan langkah pelayan biasa atau prajurit. Yue memaksakan dirinya duduk. Kepalanya terasa berputar tapi ia berusaha tetap tenang.
Cahaya dari luar menyelinap masuk, menyilaukan mata Yue Lan yang sudah terlalu lama dalam gelap.
Di balik cahaya itu berdiri seorang wanita muda. Gaunnya nampak bersih, rapi, berwarna biru langit seolah mencerminkan aura nya yang lembut. Rambutnya di sanggul sederhana. Tidak ada perhiasan yang mencolok, hanya ada keanggunan namun bagi Yue Lan keanggunan itu nampak di sengaja.
Xiaohe langsung bangkit berdiri dan menunduk memberi hormat. "Nona Meirong."
Nama itu membuat YUe Lan menegang.
Meirong...
Wanita yang di racun itu, kenapa nampak terlihat sangat segar? pikir Yue Lan
Tidak ada tanda-tanda sedikitpun kalau dia telah diracun... pikirnya lagi.
Meirong melangkah mendekat. Matanya menyapu keadaan sel, lalu berhenti pada tubuh Yue Lan yang kurus dan pucat.
"Keadaanmu buruk sekali," katanya lembut. Tidak ada nada ejekan yang terdegar oleh Yue Lan. Bahkan terdengar tulus.
Yue Lan tidak menjawab. Ia hanya memperhatikan Meirong seperti menganalisis.
Meirong mendekat satu langkah lagi. "Aku mendengar kau tidak di beri makan dan minum, itu sungguh sangat kejam." tatapannya penuh iba saat melihat Yue Lan.
Yue Lan masih tak menanggapi, karena ia tahu ada sesuatu yang salah dengan orang di hadapannya itu.
"Aku sampai berlutut di depan Bibi agar kau di lepaskan." kata Meirong
"kenapa kau sampai melakukannya?" tanya Yue LAn dengan sisa tenaganya.
Meirong menatapnya beberapa detik lalu menjawab, "Karena menurutku... hukumannya sudah cukup."
Yue Lan tak membalasnya walaupun dalam hatinya sangat ingin membahas tentang kejaiannya, tapi sisa tenaganya tidak akan cukup jika harus di pakai untuk berdebat.
“Buka jerujinya,” perintah Meirong pada penjaga.
Penjaga itu maju tanpa banyak bicara. Kayu tua bergeser, menghasilkan suara parau yang menggema di sel sempit itu.
Suara yang membuat dada Yue Lan terasa sesak.
Dua hari.
Hanya dua hari berada di dalam tubuh Yan Ruyin, namun rasanya seperti berjalan di batas antara hidup dan mati.
Xiaohe langsung membungkuk dalam-dalam. Matanya basah, air mata menetes tanpa bisa ia tahan.
“Nona… terima kasih. Atas belas kasih Anda.”
“Kau bebas, Yan Ruyin,” ucap Meirong dengan suara lembut.
“Aku sudah memaafkanmu.”
Yue Lan dibantu berdiri oleh Xiaohe. Kakinya hampir tidak mampu menopang tubuhnya sendiri. Setiap gerakan terasa berat, seolah seluruh tenaga telah terkuras habis bersama hari-hari yang ia lewati di balik jeruji.
Namun ia tidak menunduk.
Tidak mengucapkan terima kasih.
Bahkan tidak menatap Meirong.
Bagi Yue Lan yang seumur hidup terbiasa berpikir dengan data, sebab-akibat, dan logika semua ini terasa tidak masuk akal.
Tuduhan meracuni seseorang adalah perkara besar.
Hukuman tanpa makan dan minum adalah hukuman mati yang disamarkan.
Lalu semuanya dibatalkan hanya dengan satu kalimat.
Aku memaafkanmu.
Meirong mengamati wajah Yue Lan beberapa detik lebih lama, seakan menunggu sesuatu permohonan, rasa syukur, atau setidaknya ketakutan. Namun tidak ada.
Xiaohe memapah Yue Lan keluar. Cahaya luar menyilaukan, membuat kepalanya berdenyut.
“Nyonya… kita benar-benar bebas,” bisik Xiaohe, suaranya masih bergetar.
Yue Lan melangkah perlahan, setiap langkah seperti menginjak tanah asing.
“Tidak,” katanya pelan.
Xiaohe menatapnya bingung.
“Kita hanya dipindahkan dari satu kurungan ke kurungan yang lebih luas,” lanjut Yue Lan. “Dan mulai sekarang, semua orang akan mengawasiku.”
Ia mengepalkan tangannya pelan.
Belas kasih itu bukan penyelamatan. Itu adalah tanda bahwa dia lebih berkuasa daripada Yan Ruyin.
semangat thor jangan lupa ngopi☕️