NovelToon NovelToon
Pesona Kakak Posesif

Pesona Kakak Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:499
Nilai: 5
Nama Author: Dwi Asti A

Jika bukan cinta, lalu apa arti ciuman itu? apakah dirinya hanya sebuah kelinci percobaan?
Pertanyaan itu selalu muncul di benak Hanin setelah kejadian Satya, kakaknya menciumnya tiba-tiba untuk pertama kali.
Sayangnya pertanyaan itu tak pernah terjawab.
Sebuah kebenaran yang terungkap, membuat hubungan persaudaraan mereka yang indah mulai memudar. Satya berubah menjadi sosok kakak yang dingin dan acuh, bahkan memutuskan meninggalkan Hanin demi menghindarinya.
Apakah Hanin akan menyerah dengan cintanya yang tak berbalas dan memilih laki-laki lain?
Ataukah lebih mengalah dengan mempertahankan hubungan persaudaraan mereka selama ini asalkan tetap bersama dengan Satya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi Asti A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masih Trauma

Satya juga pergi ke masjid. Di tempat itu pun sepi tak ada siapa pun di dalamnya maupun di tempat wudu. Satya tidak tahu lagi ke mana harus mencari Hanin. Dia bahkan sampai ketinggalan pelajaran demi mencari Hanin.

“Satya kau tidak masuk kelas?” seorang guru menyapanya saat melihat Satya duduk termenung di teras masjid.

“Tidak, Pak, saya sedang mencari Hani. Sejak istirahat pertama tadi dia sudah tidak terlihat.”

Satya kemudian menjelaskan semuanya bagaimana Hanin menghilang. Guru itu pun berjanji akan membantu mencarinya. Pertama melalui sepiker masjid dia memberikan informasi Hanin yang menghilang dan meminta bantuan semuanya untuk mencarinya.

Akhirnya di jam terakhir semua siswa khusus dikerahkan untuk mencari Hanin, dan sebelum jam pulang harus sudah ditemukan.

Namun, hingga sore hari dan satu persatu kelas telah dipulangkan Hanin masih belum ditemukan juga. Satya mulai putus asa. Dia juga sudah menghubungi orang rumah, tapi Hanin belum pulang.

Dua orang siswi datang, berjalan dengan sikap canggung menuju tempat di mana Satya dan dua temannya tengah duduk di anak tangga. Ada keengganan dalam sikap mereka karena mereka tahu seperti apa Satya dan teman-temannya. Bukan lantaran menakutkan ataupun suka marah-marah. Namun, karena mereka adalah anak-anak senior, dan mereka berpikir sebagai adik kelas seharusnya menghormati mereka.

Rio menoleh sekilas di tengah pembicaraan mereka. Memandang pada dua remaja usia tanggung itu. Melihat keduanya sejenak seperti orang kebingungan, Rio menanyakan maksud kedatangan mereka.

“Ada apa? Kenapa kalian belum pulang?” tanya Rio datar.

Salah satu remaja itu memberanikan maju satu langkah lebih dekat kemudian mulai berbicara.

“Saya ..., cuma mau mengatakan kalau terakhir kali saya melihat Kakak Hanin. Dia berjalan melewati ruang laboratorium. Saya tak begitu memperhatikannya, tapi ketika saya menoleh lagi dia sudah tidak terlihat di koridor itu. Saya pikir dia mungkin berlari,” kata gadis remaja itu.

“Lalu?” Tanya Rio, belum memahami maksud ucapan gadis itu.

“Hanya ingin menyampaikan itu saja, Kak.”

“Ya sudah, terima kasih,” kata Rio. Dua gadis itu berlalu bahkan berlari pergi setelah cukup jauh dari hadapan mereka.

Awalnya penjelasan dua gadis itu tak begitu mereka dengarkan. Berpikir tak memberikan petunjuk apa pun mengenai Hanin. Semua mengabaikannya begitu saja, tapi tidak dengan Dirga. Dia memikirkannya hingga dia menemukan kesimpulan yang mungkin bisa menjadi petunjuk.

“Apa yang dikatakan dua gadis tadi sedikit tidak masuk akal, tiba-tiba Hanin menghilang di depan laboratorium. Meskipun berlari juga membutuhkan waktu untuk tak terlihat di tempat itu, kecuali ...,“ Dirga menjeda kalimatnya.

“Dia masuk ruang laboratorium,” tebak Zaki.

“Tepat! Sekali,” imbuh Dirga.

“Kita sudah tahu siswa kelas 12 baru saja menggunakan tempat itu, mustahil Hanin berada di sana dan mereka tidak ada yang melihatnya,” kata Rio.

“Aku rasa ada tempat yang kita lupakan, ikut aku sekarang!” Dirga beranjak dengan segera mengajak semuanya untuk ikut bersamanya termasuk Satya.

Satya, Rio dan Zaki penasaran, mereka pun tak punya pilihan lain selain mengikuti ke mana langkah Dirga membawa mereka.

Tempat yang Dirga maksud adalah ruang laboratorium. Saat itu ruangan telah sepi tak seorang pun berada di sana, bahkan penjaga sudah mengunci ruangan itu.

“Aku akan mencari Pak Seno,” kata Rio. Tanpa berpikir lama dia langsung pergi mencari pria itu diikuti Zaki.

Dirga dan Satya menunggu di depan ruangan dengan perasaan gelisah dan cemas. Penjelasan Dirga memberikan satu-satunya harapan untuk bisa menemukan Hanin di ruangan itu.

“Jika Hani di dalam seharusnya dia bisa meminta tolong,” ujar Satya.

“Kau senang membaca cerita dan komik, tapi tak terpikirkan apa yang kira-kira membuat Hanin tak bisa melakukan itu, “ balas Dirga.

“Maksudmu ada kemungkinan dia ...,”

“Ini kuncinya.” Rio datang bersama dengan Zaki, penjaga sekolah dan juga Pak Juan. Mendengar cerita Rio saat meminta kunci itu mereka ikut serta untuk mencarinya.

Satya yang terbawa emosi dan gugup membuatnya tak mampu membuka pintu itu. Kunci sampai terjatuh, pada akhirnya Pak Seno yang mengambil alih untuk membukanya. Karena hanya dia yang paling paham kunci di masing-masing ruangan.

Begitu pintu terbuka Satya langsung menerobos masuk menuju tempat yang diceritakan Dirga. Karena hari sudah sore ruangan mulai gelap. Pak Seno kemudian menyalakan lampu hingga ruangan menjadi terang.

Betapa terkejutnya Satya saat mendapati Hanin terikat di kursi dengan mulut ditutup kain. Yang lainnya pun tak percaya ada yang tega melakukan itu di sekolah mereka.

Satya buru-buru melepas lakban dan membuka ikatan di tangan dan kaki Hanin, dibantu Zaki. Satya berusaha membangunkan Hanin yang tampak lemah, nyaris kehabisan nafas. Satya meminta Zaki mengambilkan botol minum di dalam tasnya.

Saat mereka berusaha membuat Hanin tersadar, Juan menghubungi sopir untuk menyiapkan mobil.

“Kita harus membawa Hanin ke rumah sakit, kita perlu tahu apa yang terjadi dan siapa pelakunya,” ujar Juan.

“Sepertinya tidak perlu, tidak ada luka kekerasan,” kata Pak Seno.

Pada saat itu Hanin tersadar dan membuka matanya. Begitu melihat Satya, Hanin langsung memeluknya sambil menangis. Hanin tampak ketakutan dan tangannya gemetar.

“Hani ingin pulang, Kak, Hani tidak mau di sini,” ucap Hanin dengan wajah tegang.

“Baiklah kita pulang sekarang.”

Diangkatnya tubuh Hanin, dan dibawanya berjalan meninggalkan ruangan.

“Siapa pun orangnya aku ingin dia mendapatkan hukuman. Ini sudah tindakan kriminal. Pak Juan tolong bantu selidiki pelakunya,” pinta Satya.

“Baik, Nak Satya.”

Walaupun Satya mengajukan permintaan itu pada Juan. Namun, Satya menginginkan untuk dilakukan secara diam-diam tanpa orang lain ketahui. Dia meminta semua merahasiakan kejadian hari itu sampai menemukan pelakunya.

••

Tiba di rumah, Hanin masih terlihat shock. Dia tidak ingin ditinggal sendirian, bahkan saat Satya ingin mengambilkan dia air minum Hanin melarangnya, terpaksa Satya meminta bantuan Mbok Indung.

Lelah dengan berbagi perasaan hari itu Hanin tertidur di sofa di pangkuan Satya. Belaian lembut tangan Satya di kepalanya seperti Nina bobok yang menidurkannya dengan begitu mudah. Sembari Satya memikirkan siapa orang yang telah berani mengganggu Hanin sampai bertindak sejauh itu.

Nama Awan Seketika muncul dalam pikirannya. Meskipun ada keraguan Awan yang menjadi pelakunya. Awan menyukai Hanin walaupun tulus atau tidak, tapi untuk apa Awan menyembunyikan Hanin dan meninggalkannya sendirian, rasanya Itu tidak mungkin. Satya kemudian mencoret nama Awan sebagai orang yang dia curigai.

Nama berikutnya adalah Geng Rubah, tiga gadis centil yang selalu mengejar-ngejarnya. Jika memang mereka pelakunya, lalu apa motifnya, sakit hati, cemburu, atau iri? Perempuan kalau sudah sakit hati juga bisa berbuat nekat. Kali ini Trio Rubah itu Satya masukkan sebagai daftar yang dia curigai untuk diselidiki lebih jauh.

Dan yang terakhir adalah orang-orang yang pernah menyatakan perasaannya kepada Hanin. Bisa jadi di antara mereka masih ada sakit hati karena cintanya ditolak.

Melihat Hanin tidur begitu pulas, Satya merasa kasihan. Belum sembuh dari trauma akibat kecelakaan motor, sekarang datang lagi kejadian yang menambah traumanya. Satya berjanji di dalam hatinya tidak akan membiarkan Hanin menderita lagi.

“Mbok, tolong katakan saat Hani bangun aku pergi keluar sebentar, “ pesan Satya pada Mbok Indung setelah berhasil menyingkir dari Hanin yang terus memegangi tangannya. Satya berjanji bertemu dengan teman-temannya di luar untuk menyelidiki tiga target yang harus dia selidiki.

1
D Asti
Semoga suka, baca kelanjutannya akan semakin seru loh
María Paula
Gak nyangka endingnya bakal begini keren!! 👍
Majin Boo
Sudut pandang baru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!