NovelToon NovelToon
Bahu Bakoh

Bahu Bakoh

Status: tamat
Genre:Duda / Mengubah Takdir / Keluarga / Romansa / Penyelamat / Tamat
Popularitas:4.3M
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Sebuah cerita perjuangan hidup seorang ayah yang tinggal berdua dengan putrinya. Meski datang berbagai cobaan, selalu kekurangan, dan keadaan ekonomi yang jauh dari kata cukup, tapi keduanya saling menguatkan.

Mereka berusaha bangkit dari keadaan yang tidak baik-baik saja. Ejekan dan gunjingan kerap kali mereka dapatkan.

Apakah mereka bisa bertahan dengan semua ujian? Atau menyerah adalah kata terakhir yang akan diucapkan?
Temukan jawabannya di sini.

❤️ POKOKNYA JANGAN PLAGIAT GAESS, DOSA! MEMBAJAK KARYA ORANG LAIN ITU KRIMINAL LHO! SESUATU YANG DICIPTAKAN SENDIRI DAN DISUKAI ORANG MESKI BEBERAPA BIJI KEDELAI YANG MEMFAVORITKAN, ITU JAUH LEBIH BAIK DARI PADA KARYA JUTAAN FOLLOWER TAPI HASIL JIPLAKAN!❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Berkabung

Pagi itu terasa berbeda. Terutama untuk keluarga Dinda. Papanya berpulang setelah dua minggu dirawat di rumah sakit. Kesedihan tampak nyata menyelimuti keluarga Dinda. Terlebih Dinda, bocah itu bahkan tak henti menangis memanggil papanya agar mau bangun kembali.

Sebagai tetangga yang baik, Teguh tentu ikut takziyah menyampaikan rasa bela sungkawa atas kepergian almarhum menghadap sang Khalik. Tadinya Teguh berpikir akan ada penolakan hebat dari Vera saat dia ikut duduk diantara warga di depan rumahnya. Tapi, saat mata Vera bertemu dengan Teguh tak ada kejadian seperti yang dia khawatirkan. Teguh bahkan sempat menyalami Vera sebagai rasa berduka cita.

"Bakal ada hot kapel ya di desa kita. Yang satu duda meski miskin tapi mayan ganteng, satunya janda.. Udah kaya, cantik. Dua-duanya punya anak cewek. Wah bisa jadi mereka jodoh ini." Celetuk salah seorang warga yang ikut takziyah.

"Jangan gitu, itu jenazah pak Cokro aja belum dikebumikan malah kamu ngomongin istrinya. Kualat diajak masuk liang lahat kapok kamu!" Seru yang lain menimpali.

"Alaaah.. Enggak apa-apa. Toh nyatanya dulu Teguh sama Vera juga pernah dekat kan. Ingat enggak sih kelian? Aku sih ingat.. Kayaknya memang mereka jodoh. Kan lebih baik telat bersatunya daripada enggak bisa bersatu sama sekali. Mungkin diantara mereka masih nyimpen rasa, namanya juga hati.. Kita enggak tahu. Pura-pura saling benci buat nutupin kalau mereka masih ada rasa suka. Kayak di pilem-pilem gitu lho, apa namanya ya.. Nah.. Iya CLBK." Ucap salah seorang tetangga makin asal.

"Permisi ya ibu-ibu, bisa enggak ghibahnya di tempat lain saja atau semestinya jangan ngomongin orang lain biar tidak timbul fitnah nantinya. Terasa tak pantas ngomong begituan di sini, di mana keluarga almarhum sedang berkabung." Pemuka agama di sana membuka suara membuat beberapa warga yang tadi asyik dengan asumsi masing-masing langsung diam seketika. Main lirik lempar kesalahan.

"Dinda.. Sabar ya Din, sekarang papahnya Dinda pasti ketemu sama ibu Ayu. Mereka udah tenang di sana Din." Ucap Ayu yang ikut takziyah bersama bapaknya. Dia mencoba menghibur Dinda yang masih berlinang air mata.

Dinda tak menjawab. Dia masih menangis. Bagi seorang anak perempuan, sosok ayah adalah cinta pertama mereka. Itulah mengapa Dinda merasa amat kehilangan, sadar jika tak akan pernah lagi bertemu dan tak bisa lagi bermanja pada sosok hero baginya.

Setelah pemakaman selesai dilakukan, Teguh membantu warga membereskan kursi di depan rumah Vera. Dia sudah ijin tak berangkat bekerja hari ini. Beberapa warga juga masih ada di rumah Vera untuk menghibur Vera juga Dinda.

"Mbak Vera kita pulang dulu ya. Nanti sore Ke sini lagi." Pamit tetangga Vera bergantian. Melihat keadaan sudah mulai sepi, hanya ada keluarga inti Vera dan pak Cokro di rumah itu.. Teguh ikut pamit pulang juga. Tadinya Teguh hanya berpamitan kepada ibunya Vera, nenek Dinda. Tapi, saat melihat Vera yang berdiri di ambang pintu, Teguh akhirnya berpamitan juga dengan Vera.

"Aku sama Ayu pulang dulu ya. Yang sabar. Assalamu'alaikum." Tangan itu terulur.

"Wa'alaikumsalam.. mas.." Deg. Teguh berpaling menatap Vera, tapi Vera langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.

Mas.. Teguh dengan jelas mendengar kata itu meluncur dari mulut Vera tadi. Bukankah selama ini Vera begitu membencinya? jangankan memanggilnya mas, untuk berbicara layaknya tetangga normal pada umumnya saja tak pernah Vera lakukan. Tak mau ambil pusing, Teguh langsung saja mengajak Ayu pulang.

"Pak.. Dinda kesihan ya pak.. Udah enggak punya ayah lagi." Ucap Ayu melepas kerudung hitam yang tadi dia pakai.

Teguh yang berniat menuju kamar mandi sederhana di rumahnya untuk membersihkan diri seusai ikut ke pemakaman pak Cokro tadi, langkahnya terhenti mendengar ucapan Ayu.

"Ayu sedih ya? Inget ibu pasti..." Teguh duduk di sebelah Ayu. Ayu mengangguk membenarkan.

"Yu.. Semua yang hidup pasti akan kembali kepada Allah, pemilik sejati kita. Kamu pernah denger itu? Sedih boleh, menangis juga tidak dilarang tapi jangan berlebihan.. Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Ayu ngerti yang bapak jelasin ini?"

Ayu dengan mata membola hanya mengangguk. Entah paham atau tidak. Bocah itu hanya tahu, sekarang ini dia rindu ibunya.

"Pak.. Kalau Ayu pengen ke tempat ibu boleh enggak?" Teguh yang tadi sudah berdiri kembali duduk.

"Boleh. Bapak tidak pernah melarang kamu berkunjung ke makam ibu. Ibu juga pasti senang karena anaknya yang cantik ini datang mengunjunginya. Bapak mandi dulu ya Yu, kamu makan dulu. Tadi subuh bapak sudah masak oseng kangkung sama tempe goreng." Teguh mengusap pelan pucuk kepala Ayu.

"Bapak masak enggak dikasih garem? Kan garemnya abis kemarin pak.." Ayu kembali ceria. Dia terlihat cekikikan sekarang.

"Hahaha.. Kamu inget aja. Tapi, tetep enak kok. Coba aja dulu."

Teguh melangkah menuju kamar mandi. Terasa lelah di tubuhnya luruh oleh siraman air dingin itu.

____

"Teguh enggak masuk lagi?" Budhe Efa melepas kacamata tebalnya.

"Enggak budhe. Tadi ijin, katanya tetangga depan rumahnya ada yang meninggal." Ucap kasir yang ada di belakang etalase.

"Itu orang kerja baru sebulan udah tiga kali ijin, yang anaknya sakit lah, ambil raport anaknya lah, tetangganya meninggal lah, Nanti sapinya lahiran juga dia ijin enggak masuk kerja lagi!" Kasir itu hanya menunjukkan deretan giginya mendengar keluhan budhe Efa tentang kinerja Teguh.

Budhe Efa melihat ke arah Ervin yang sedang sibuk dengan telponnya.

"Vin sini!" Ervin diam. Bukan cuek tapi memang tidak mendengar panggilan budhe Efa padanya.

"Erviiiiiiiiiiiiiin!!! Sini!" Kaget. Ponsel di tangannya jatuh. Ervin bergegas mengambil ponselnya dengan wajah cemberut menghampiri baginda ratu.

"Budhe ini apa lho, bisa enggak sehariiii aja jangan teriak-teriak.. Ini lihat hpku aja kaget denger suara budhe. Kalau hpku nyampe kena serangan jantung gimana cuba?" Menimang-nimang satu-satunya ponsel yang dia punya.

"Mau belajar gila hah? Nih.. Tejo enggak masuk. Kamu gantiin dia ngider!" Budhe Efa menyerahkan list panjang pesanan yang harusnya tugas Teguh.

"Tejo siapa lagi budhe?" Ervin sebenarnya malas bertanya pada sesepuh satu ini. Makin sering nanya makin panjang pula durasi bersama perempuan yang menganggap dirinya paling benar itu.

"Halah.. Teguh itu lho Teguuuh, mau aku panggil dia Tejo atau Bejo atau siapapun ya terserah aku lah! Apa kamu melotot gitu! Mau kurang ajar sama orang tua hah?! Udah sana kerja. Enggak betah aku sama bau parfummu. Pakai minyak goreng pasti kamu ya, makin lama makin eneg baunya." Budhe Efa mengibas-ngibaskan tangannya di dekat hidung.

"Terseraaaaah budhe terseraaaaah.. Makanya udah tahu aku pake minyak goreng buat parfum mok ya gaji orang pinggiran ini dinaikin biar bisa beli parfum beneran. Biar budhe betah deket-deket sama aku." Ervin melirik tak suka. Apalagi budhe Efa, makin Ervin menjawab perkataannya akan jadi cerita yang tak akan ada tamatnya.

"Kamu bisa diem enggak! Bantah mulu kalau aku ngomong!!" mata itu melotot sempurna.

"Ati-ati.. Lepas nanti matanya." Ervin mengambil list itu dan berlalu pergi.

"Erviiiiiiiiiin!!!!" Berteriak lagi.

"Iya iya ilipiyu tuuuu" Sambil melambaikan tangan kanannya terus menjauh dari sang baginda ratu.

1
Imas Tuti
Theko pak buka Teko nama Mas nya 🤣🤣
Imas Tuti
Hayu bangun Sak....kesian Mamah mu....
Imas Tuti
main main cenah....... tolol siah 🤬🤬
Imas Tuti
Halah....gak akan mungkin menyesal orang kaya gitu mah, malah mungkin mereka ga tau ada kata menyesal di dunia ini.....bukan kenakalan remaja lagi itu mah namanya udah biadab...klo bisa mah langsung matiin wae lah orang orang kaya gitu mah buat apa ada di dunia juga merugikan 🤬🤬
Imas Tuti
setiap orang tuh beda nasib nya mbak shopiah walaupun sama sama udah kerja keras udah berusaha......
Imas Tuti
Sakti 🥺🥺
Imas Tuti
ada kok di dunia nyata juga yg kaya gini.....emang dia punya niatan buat jadiin anak kecil kacung nya....ntah di sengaja atau tidak niat di hati nya emang mau merusak generasi anak kecil....miris emang 🥺🥺
Imas Tuti
udah mah ribut gelo deuih eta c Mbah untung teu sedeng ge 😂😂
Imas Tuti
kok mbak Sopiah gitu.....katanya udah berdamai sama keadaan.....
Imas Tuti
ya Alloh....... tiap ada part sakti pokonya nyesek Weh 🥺🥺
Imas Tuti
padahal kisah nya sakti baru berapa bab yah....tapi kok udah nyesek aja.....lagi makan lho ini aku......malah mewek 😭😭😭😂😂
Imas Tuti
Alhamdulillah mbak Sopiah kamu hebat....
Imas Tuti
jangan menyalahkan Mas Teguh mbak Sopiah.,.....karna Mas Wibi meninggal sudah ada dalam sekenario nya Kaka author....jadi klo kamu mau menyalah kan,salahkan aja Kaka author nya 😁✌️
Imas Tuti
Mas Wibi 🥺🥺
Imas Tuti
bener banget..... sekarang mah hidup jangan banyak di pikirin tapi di jalani saja.....cape klo di pikirin terus mah....
Imas Tuti
teu dimana mana Aya Weh nya jelema nu kieu 😂😂😂
Imas Tuti
langsung ke dia aku pun bayangannya 😂😂
Imas Tuti
Vino 😍😍
Imas Tuti
aku bantu jawab yah Ver biar kamu gak penasaran terus.....jawaban bapak teguh " Alhamdulillah sudah "
Imas Tuti
sayang budhe Efa banyak banyak 😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!