Aziya terbangun di tubuh gadis cupu setelah di khianati kekasihnya.
Untuk kembali ke raganya. Aziya mempunyai misi menyelesaikan dendam tubuh yang di tempatinya.
Aziya pikir tidak akan sulit, ternyata banyak rahasia yang selama ini tidak di ketahuinya terkuak.
Mampukah Aziya membalaskan dendam tubuh ini dan kembali ke raga aslinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lailararista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keterkejutan
"Ngapain sih?!"Aziya mengernyit heran saat Gabriel mendusel-dusel hidungnya ke pipi Aziya. Saat ini mereka tengah duduk di kantin sekolah. Pertama kali Gabriel menghampiri Aziya saat anak murid tidak mengetahui hubungan mereka.
Dulu Gabriel mengikuti keinginan Azira untuk tidak mengumbar hubungan mereka karena takut Azira semakin dibully. Ia tau saat itu Gabriel bodoh dan jahat tidak bisa membantu Azira. Tapi ia juga tidak mau kehilangan Azira kalau tidak menuruti keinginannya.
"Aku merindukan mu."Aziya hanya memutar bola matanya malas dan kembali melanjutkan acara makannya yang tertunda.
"Itu seriusan?"
"Gabriel kenapa kayak bayik gitu sih, lucuu!"
"Itu gak mungkin! Mata gue budek kali nih."
"Omo! Gabriel? Meluk Azira? Demi apa woi!"
"Itu si Azira kok jadi gatel gitu sih. Mentang-mentang udah glowing."
"Gue masih gak percaya, selama ini mereka kan gak Deket!"
Aziya mengusap kasar telinga nya saat mendengar bisik-bisik siswa-siswi yang bodohnya terdengar jelas ditelinga Aziya. Ia hanya mengabaikan dan kembali melanjutkan makannya, membiarkan Gabriel yang memeluk pinggang nya dengan wajah yang diletakkan di pundak Aziya.
Aziya sedikit tersentak saat merasakan Gabriel yang tertarik. Ia menatap Gabriel setelah itu beralih menatap orang yang menarik kasar Gabriel hingga berdiri.
"Lo apa-apaan!"Gabriel menaikkan sebelah alisnya."Sejak kapan lo Deket sama dia?" Gabriel menatap remeh orang yang ada dihadapannya.
"Lo mau tau?"pemuda itu menarik kasar Krah baju Gabriel. Aziya yang melihat itu berdiri dan menghempas kasar tangan pemuda itu yang berani mengganggu kekasihnya.
"Lo ada masalah sama gue kan? Gak usah bawa-bawa cowok gue."pemuda itu terdiam kaku. Ia beralih menatap Gabriel yang terlihat menatap Aziya dengan senyuman yang tidak bisa mereka artikan.
"El, lo jadian sama dia?"Gabriel hanya mengangguk singkat.
"Sejak kapan bro! Kenapa gak kasih tau kita."Gabriel menatap Roy sekilas dan setelah itu beralih menatap Evan.
"Sekarang gue akan bilang disini, biar semua orang tau. Azira pacar gue, hubungan gue sama dia hampir 2 tahun."ucapan terakhir Gabriel membuat semua yang ada disana terkejut, termasuk Evan dan teman-temannya."dulu kita backstreet, tapi sekarang berhubung cewek gue udah berubah gue bisa bilang semuanya. Kalau sejak awal gue bilang, gue takut dia tambah disakitin sama orang-orang tidak tau diri kayak lo."Evan yang ditunjuk mengepalkan tangannya erat.
"Maksud lo apa bangsat!"Evan hendak memukuli Gabriel, tapi Aziya lebih dulu menahan tangannya.
"Cukup gue aja yang ngerasain tangan kotor lo itu. Jangan lo jadiin tangan lo tu buat mukul cowok gue juga."Aziya menghempas kasar tangan Evan hingga membuatnya mundur beberapa langkah.
"Zira, kamu sekarang kok kasar."Aziya menatap Azura yang ternyata juga ada disana. Ia berdiri tempat disebelah Roy.
"Dulu gue lembut kalian tindas, jangan salahin gue kalau sekarang jahat."Aziya menatap Azura tersenyum miring.
"Orang jahat itu berasal dari orang baik yang tersakiti. Setiap orang punya batas kesabaran nya sendiri. Dan maaf, kesabaran gue udah habis."Aziya menarik lembut tangan Gabriel agar lebih dekat dengannya.
"Jadi, tunggu balasan buat kalian."ujar Aziya sembari menarik Gabriel pergi dari kerumunan.
...••••...
Aziya dan Gabriel duduk di rooftop dengan Aziya yang menyender dipundak Gabriel. Aziya menegakkan tubuhnya menatap Gabriel yang juga mengalihkan wajahnya menatap Aziya.
"El."Gabriel menaikkan kedua alisnya sembari mengelus kepala Aziya."Lo sayang sama gue."Gabriel mengerinyit bingung.
"Kenapa nanya gitu."Aziya menggeleng.
"Kalau misalnya gue pergi lo gak keberatan kan?"Gabriel menggeleng.
"Gak papa, nanti tinggal aku susul."Aziya menegakkan tubuhnya menatap Gabriel sepenuhnya.
"Kalau gue pergi untuk selama-lamanya, misalnya ke dunia lain."Gabriel tersenyum lembut, ia memegang bagian rambut Aziya.
"Aku juga susul, mudah kok."Aziya menatap Gabriel Lamat. Melihat Gabriel begitu tulus ia tidak yakin bisa meninggalkan nya dengan tenang suatu saat nanti.
"Gak semudah yang lo omongin El, kalau gue mati terus lo mau mati juga gitu?"Gabriel mengangguk. Ia mendekat dan memeluk Aziya, membuat Aziya melebarkan bola matanya kaget.
"Separuh hidup aku ada sama kamu, kalau kamu mati, hati aku pasti ikut mati, sekalian aja aku susul kamu biar kita terus berdua selamanya." Aziya membalas pelukan Gabriel, matanya berkaca-kaca seakan hendak mengeluarkan air mata. Baru kali ini ia merasakan ketulusan seseorang, baru kali ini ia merasakan cinta tanpa ada alasan. Begitu beruntung Azira menemukan laki-laki seperti Gabriel. Namun, dengan bodohnya ia meninggalkan orang yang jelas sangat membutuhkan kehadirannya.
Gabriel menatap Aziya Lamat, dia tersenyum singkat. "Dimana ada Azira, disitu ada Gabriel. Sampai kapan pun, mereka gak akan bisa dipisahkan."ujar Gabriel yang membuat Aziya mengerutkan dahinya bingung.
"Lo secinta itu sama Azira?"Gabriel tersenyum singkat.
"Suatu saat kamu akan mengerti." Aziya melebarkan bola matanya. Dia tertegun sejenak.
"Lo... Tau semuanya?"Gabriel tersenyum penuh arti.
"Tidak tau semuanya, hanya beberapa."ujarnya tersenyum misterius.
Aziya diam, siapa Gabriel sebenarnya, kenapa dia terlihat aneh sekarang?
...•••...
"Ngapain lo ngajak gue ketemuan di sini."Azura tersenyum menatap pemuda disebelahnya.
"Gue kangen, cuma lo yang bisa menuhin keinginan gue."pemuda itu jelas tau apa yang di maksud Azura. Pemuda itu tersenyum miring. Ia membelai wajah Azura.
Azura membuka sabuk pengamannya, Azura yang memang mengendarai mobil. Azura memeluk pemuda itu, ia menatap wajahnya dengan gairah.
"Mau dimana?"tanya pemuda itu dengan menatap minat Azura.
Azura berpindah duduk ke pangkuan pemuda itu, ia mengelus lembut rambut indah miliknya."Lo gak cuma ganteng, tapi jago."pemuda itu tersenyum kecil.
"Lo mau lagi."Azura mengangguk. Pemuda itu memegang lembut pinggang Azura."tapi kali ini lo harus teriakin nama gue."
Azura mengangguk semangat."apa pun buat lo agung."
Agung terkekeh, ia mengecup sekilas bibir Azura. Setelah itu meluruhkan semua pakaian Azura. Hal yang sama seperti di hotel waktu itu kembali terjadi, kali ini bukan suruhan siapa pun. Tapi Azura sendiri yang menginginkan nya sekali lagi.