Kembali Hidup Untuknya

 #Flashback#

Pesta perjamuan CEO baru "RYDER ALEXANDER"

Nama itu terukir begitu indah di sebuah papan merah dengan ukiran nama berwarna emas. Menonjolkan kemegahan yang tidak bisa dibantah oleh siapa saja yang melihatnya.

"Rye..."

Pria tampan dengan setelan jas lengkap itu berbalik, memunggungi papan bertuliskan namanya saat mendengar namanya dipanggil, tersenyum kala menemukan sosok wanita yang menjadi kekasihnya melangkah mendekat dengan penampilan anggun yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

"Apakah kamu gugup?" dia bertanya.

"Aku sudah menantikan ini sejak lama, Ariana," jawab Ryder tersenyum lebar.

"Dan malam ini, apa yang kamu nantikan akan terwujud. Lihat ini!" ucap Ariana sembari memberikan sebuah berkas.

"Apa ini?" tanya Ryder.

"Buka saja," sahut Ariana.

Dahi Ryder berkerut tipis, ikut tersenyum kala melihat senyum misterius di bibir kekasihnya, dan segera melebarkan kedua matanya begitu ia membuka berkas serta membaca apa isi di dalamnya.

Surat peralihan saham yang menyebutkan Ryder memiliki tujuh puluh lima persen saham keluarga Aurelia.

"Sayang... Ini..."

"Sekarang kamu bukan hanya CEO Aurelia Corp. Tapi, sebagian besar prusahaan keluargaku menjadi milikmu. Sedangkan sisanya aku masih membutuhkannya untuk menggaji para pelayan serta pengawal kediaman Aurelia," jawab Ariana.

"Kamu juga bisa mendirikan kantormu sendiri," Ariana menambahkan.

"Kamu yakin memberikan ini?" tanya Ryder.

"Mengapa tidak? Bukankah kita akan segera menikah?" sambut Ariana.

"Kamu benar," jawab Ryder.

Ryder berpaling sejenak, memberikan berkas itu pada orang kepercayaannya yang berada dalam jarak beberapa langkah dari mereka untuk menyimpan berkas itu, lalu kembali mengunci pandangan pada Ariana.

Ariana tersenyum, melangkah maju seraya mengulurkan tangan untuk merapikan dasi yang Ryder kenakan. Dalam gerakan yang sama, Ryder menarik pinggang Ariana mendekat, mengunci pergerakan Ariana saat tubuh mereka saling menempel.

"Kamu sangat cantik malam ini, sayang," puji Ryder.

"Terima kasih atas semua yang kamu berikan padaku. Aku mncintaimu,"

Ryder mengikis jarak, mendaratkan kecupan lembut di dahi Ariana ketika melihat wanita itu kembali menghindar saat ia ingin mengecup bibir sang kekasih yang tidak pernah bisa lakukan selama mereka menjalin hubungan.

Apa yang tengah dilakukan Ryder tak lepas dari perhatian seseorang yang kini berdiri dalam jarak beberapa meter dari mereka berdua. Pria itu berdiri bersandar pada dinding dengan segelas minuman di tangan, tanpa kata, tanpa ekspresi, menatap wajah Ariana selama beberapa saat, lalu tersenyum getir.

'Semoga kamu bahagia, Lyra. Aku tidak akan memaksamu lagi untuk ikut bersamaku, kuharap Ryder berubah setelah kalian menikah,' batinnya.

Dia membawa langkahnya mendekat pada Ariana, menutupi luka di hatinya dengan senyum mengembang sembari mengulurkan tangan untuk memberikan ucapan selamat, lalu pergi menjauh.

"Tuan Muda..."

Kael Ethan Thomson, yang malam itu hadir hanya untuk melihat Ariana sebelum pergi meninggalkan kota segera menoleh saat merasa dirinya dipanggil.

"Sudah waktunya,"

Kael mengangguk saat pria berjas hitam yang menjadi asistennya berbisik, memberikan anggukan singkat sekaligus meminta sang asisten untuk keluar lebih dulu.

"Selamat tinggal, Lyra,"

Tidak ada seorangpun mendengar satu kalimat yang Kael ucapkan, namun Ariana menoleh ketika Kael sudah berbalik dan hanya menatap punggung pria yang bahkan tidak ia temani malam itu dalam diam.

Waktu terus berjalan. Entah sudah berapa lama Kael duduk tanpa kata di bandara seakan ada yang menahannya untuk pergi.

"Tuan Muda, ini adalah penerbangan terakhir malam ini. Jika Anda menunda lagi, penerbangan lain hanya bisa dilakukan besok pagi,"

Kael mendesah panjang, menatap asistennya yang masih setia berada di sisinya. Dua penerbangan sudah ia lewatkan begitu saja, duduk tanpa kepastian apapun di bandara. Ia tidak tahu mengapa, tapi hatinya terasa berat untuk meninggalkan kota di mana cinta pertamanya bersemi.

"Ayo pergi!" ucap Kael setelah lama terdiam.

Sang asisten mengangguk, mengiringi langkah tuannya menuju Boarding Gate. Akan tetapi, langkahnya segera terhenti saat suara teriakan seseorang memanggil namanya.

"Tuan Muda..."

"Tuan Muda, Ethan...!"

Kael menoleh, menangkap penuh sosok pria paruh baya yang ia kenali sebagai sopir Ariana sekaligus ayah dari Ryder berlari menghampiri dirinya diikuti petugas keamanan yang mengejar di belakang.

"Tuan... Tolong... Jangan pergi..."

"Selamatkan Nona..."

"Apa yang kamu bicarakan, Paman?" sambut Kael.

Pria paruh baya yang biasa Kael sebut dengan panggilan Paman Marius itu membungkuk untuk mengatur napas, menunggu dengan kebingungan yang belum terjawab setelah meminta petugas keamanan untuk pergi.

"Nona Ariana dalam bahaya," ucap Paman Marius.

"Apa maksudmu? Malam ini acara perjamuan putra Paman bukan?" Kael balas bertanya.

"Rye... Berencana untuk membunuh Nona,"

'DEG!'

"Omong kosong apa yang kamu katakan?" sambut Kael.

"Rye..." Paman Marius memulai ceritanya.

Ryder yang menjadi dalang dari keributan di pesta ulang tahun perusahaan dua tahun lalu sampai membuat Tuan Henry mendapatkan luka tusuk dan di rawat, Rye yang melakukan sabotase pada mobil yang Tuan Henry tumpangi hingga membuat mobil itu mengalami kecelakaan pada tahun berikutnya yang mengakibatkan Tuan Henry tewas dalam kecelakaan.

"Dan kali ini, dia berencana untuk menyingkirkan Nona setelah berhasil mendapatkan lebih dari setengah saham perusahaan Nona,"

"Preman... Enam preman yang mambuat keributan saat pesta adalah orang-orang Rye. Dan sekarang enam preman ini sedang mengejar Nona dan Rye. Mereka membuat keributan yang sama hanya untuk membuat Nona dan Rye terpisah dari para pengawal,"

Keseimbangan Kael seakan menghilang, tubuhnya terhuyung ke belakang yang segera di topang oleh asistennya. Detik berikutnya, ia berlari meninggalkan bandara diikuti Paman Marius.

"Kenapa Paman melakukan ini? Dia putramu," tanya Kael.

"Aku melakukan kesalahan dan berakhir menjadi budak putraku sendiri. Aku bersalah karena sudah memanfaatkan Nona di masa lalu, aku sangat menyesal,"

Paman Marius kembali membuka suara di tengah perjalanan, mengemudikan mobilnya secepat yang ia bisa ke arah yang di tuju Ariana. Mengungkapkan alasan mengapa dirinya menemui Kael lebih dulu, bukan menyelamatkan Ariana.

"Jika aku mengejar mereka tanpa mengatakan semua kebenaran ini pada Tuan, Nona-lah yang akan menjadi korban karena mereka juga akan membunuhku tanpa ragu,"

"Aku sudah mengatakan kebenaran ini pada Nona saat Tuan Henry tertusuk, tapi Nona tidak percaya,"

Kedua tangan Kael terkepal, menatap jalanan kosong di depannya yang membuat hatinya tenggelam lebih dalam menyatu dengan kepanikan yang ia rasakan.

"Hanya satu orang yang bisa membuat enam preman itu tertangkap jika seandainya mereka berhasil kabur," ucap Paman Marius tiba-tiba.

"Siapa?"

. . . .

. . . .

To be continued...