(MUSIM KE 3 PERJALANAN MENJADI DEWA TERKUAT)
Setelah pengorbanan terakhir Tian Feng untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran Alam Dewa, Seluruh sekutunya terlempar ke Alam Semesta Xuanlong sebuah dunia asing dengan hukum alam yang lebih kejam dan sistem kekuatan berbasis "Energi Bintang".
Akibat perjalanan lintas dimensi yang paksa, ingatan dan kultivasi mereka tersegel. Mereka jatuh terpisah ke berbagai planet, kembali menjadi manusia fana yang harus berjuang dari nol.
Ye Chen, yang kini menjadi pemuda tanpa ingatan namun memiliki insting pelindung yang kuat, terdampar di Benua Debu Bintang bersama Long Yin. Hanya berbekal pedang berkarat (Pedang Naga Langit) dan sebuah cincin kusam, Ye Chen harus melindungi Long Yin dari sekte-sekte lokal yang menindas, sementara kekuatan naga di dalam diri Long Yin perlahan mulai bangkit kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 4
Cahaya perak di sekitar tinju Ye Chen memudar, menyerap kembali ke dalam pori-porinya. Ia menghembuskan napas keruh, merasakan aliran energi yang baru dan kuat mengalir di meridiannya yang selama ini tertidur.
Ranah Pembuka Bintang Tahap 3.
Bagi dunia luar, ini adalah pencapaian remeh. Tapi bagi Ye Chen, yang selama enam tahun hidup sebagai "sampah", ini adalah kunci pembuka takdirnya.
"Kakak..." Long Yin mendekat, matanya berbinar takjub. "Cincin itu... barusan bersinar?"
Ye Chen mengangkat tangan kirinya. Cincin perak kusam itu kini kembali terlihat biasa, seolah-olah keajaiban tadi tidak pernah terjadi. Tapi Ye Chen bisa merasakan koneksi hangat yang samar. Cincin ini bukan benda mati ini adalah warisan.
"Ini bukan cincin biasa, Yin'er," kata Ye Chen pelan. "Aku tidak tahu dari mana asalnya, tapi cincin ini... ingin kita hidup."
Ia menatap ke langit malam yang tertutup kabut merah, seolah-olah instingnya merasakan ada mata yang mengawasi dari kejauhan yang tak terbayangkan.
Pusat Alam Semesta Xuanlong
Jauh, sangat jauh dari Benua Debu Bintang. Di luar jangkauan pemahaman kultivator biasa, terdapat sebuah dimensi yang terbuat dari cahaya bintang yang dipadatkan.
Di sini, waktu mengalir seperti sungai yang tenang.
Di atas sebuah takhta yang terbuat dari gugusan galaksi yang diperkecil, sesosok wujud agung sedang duduk bersantai. Ia tidak memiliki bentuk fisik yang tetap terkadang ia tampak seperti pria tua bijaksana, terkadang seperti pemuda, terkadang hanya sekumpulan cahaya.
Ini adalah Penguasa Xuanlong.
Tiba-tiba, ia membuka matanya. Seluruh bintang di dimensi itu berkedip merespons.
"Oh?" gumamnya, suaranya adalah harmoni dari jutaan suara.
Ia merasakan getaran kecil. Sangat kecil, seperti setetes air yang jatuh ke samudra. Getaran itu berasal dari planet pinggiran yang tidak signifikan.
"Segel cincin itu... telah terbuka sedikit," Penguasa Xuanlong tersenyum tipis. "Cincin yang kubantu sembunyikan jejaknya saat mereka jatuh ke sini. Jadi, bocah berambut perak itu akhirnya mulai berjalan."
Enam tahun lalu, ia mengizinkan Tian Feng menyembunyikan keluarganya di sini. Ia melihat potensi takdir yang kacau pada anak-anak itu.
Seorang pelayan energi yang terbuat dari cahaya mendekat. "Tuanku, haruskah kita memberikan bantuan? Jika mereka mulai berkultivasi, musuh lama mereka mungkin akan melacak jejak energi itu."
Penguasa Xuanlong menggelengkan kepalanya perlahan.
"Tidak," katanya tegas. "Kesepakatanku dengan Tian Feng adalah memberi mereka tempat bernaung, bukan menjadi pengasuh mereka. Di Alam Semesta Xuanlong, hukum rimba berlaku. Jika mereka ingin bertahan hidup, mereka harus melakukannya dengan kekuatan mereka sendiri."
"Lagi pula," matanya yang bijaksana berkilat, "takdir mereka terikat dengan Bocah Kehancuran yang sedang mengamuk di sektor selatan. Pertemuan mereka tidak boleh diganggu."
Penguasa Xuanlong kemudian mengalihkan pandangannya dari Benua Debu Bintang. Tatapannya menembus ruang hampa, menuju ke sebuah Celah Dimensi yang terisolasi dan sunyi di pinggiran alam semestanya.
Di sana, melayang sebuah objek raksasa.
Sebuah Kepompong Batu berwarna abu-abu, tampak seperti meteorit mati yang mengambang tanpa tujuan. Tidak ada aura kehidupan, tidak ada fluktuasi energi.
Namun, Penguasa Xuanlong tahu apa yang ada di dalamnya.
Tian Feng. Sang Kaisar Dou dari semesta lain yang menyegel dirinya sendiri setelah mengorbankan segalanya.
"Tidurlah, Naga Asing," bisik Penguasa Xuanlong. "Benih yang kau tanam mulai tumbuh. Tapi apakah mereka akan menjadi pohon pelindung atau api yang membakar semestaku... itu masih harus dilihat."
Ia menutup matanya kembali, membiarkan roda takdir berputar tanpa campur tangannya.
Ye Chen tidak tahu bahwa keberadaannya baru saja diperhatikan oleh penguasa alam semesta. Fokusnya saat ini jauh lebih sederhana Makan.
"Yin'er, tunggu di atas pohon itu," perintah Ye Chen, menunjuk dahan pohon yang kokoh dan tinggi. "Jangan turun apa pun yang terjadi."
"Kenapa?"
"Karena makan malam kita datang."
Dari semak-semak di depan mereka, sepasang mata kuning menyala muncul. Diikuti oleh geraman rendah yang lapar.
Seekor Serigala Merah. Binatang buas tingkat rendah yang kulitnya sekeras baja. Ini adalah jenis monster yang menjadi lambang dan peliharaan Sekte Serigala Besi.
Biasanya, Ye Chen akan lari atau menggunakan jebakan. Tapi malam ini...
Ia mencabut pedang karat dari punggungnya. Kali ini, pedang itu terasa seringan bulu. Aliran Energi Bintang Tahap 3 di tubuhnya mengalir ke lengan, memperkuat ototnya.
"Grrr!" Serigala itu menerkam, taringnya mengarah ke leher Ye Chen.
Ye Chen tidak mundur. Matanya yang merah delima bersinar dingin dalam kegelapan.
"Mati."
Ia mengayunkan pedang karat itu. Bukan sebagai pemukul, tapi sebagai pedang.
SWISH!
Ayunan itu cepat dan stabil.
CRACK!
Pedang karat yang tumpul itu menghantam tengkorak serigala besi. Kekuatan Ranah Pembuka Bintang meledak. Tengkorak keras monster itu retak seketika. Serigala itu jatuh ke tanah, kejang-kejang, lalu mati.
Ye Chen berdiri di atas bangkainya, napasnya teratur. Ia menatap tangannya. Kekuatan ini... ini nyata.
"Turunlah, Yin'er," panggil Ye Chen. "Malam ini kita makan daging."
Long Yin melompat turun, menatap bangkai serigala itu dengan kagum, lalu menatap Ye Chen. "Kakak hebat!"
Ye Chen tersenyum tipis, tetapi matanya tetap waspada menatap kegelapan hutan. Serigala ini hanyalah permulaan. Untuk bertahan dari Li Gang (Ketua Cabang) yang pasti akan datang membalas dendam, ia harus menjadi jauh lebih kuat.
Dan jauh di dalam hutan, sepasang mata lain sedang mengamati mereka. Bukan binatang buas, melainkan mata manusia yang penuh perhitungan. Seseorang dari Sekte Serigala telah menemukan jejak mereka.