"Tubuhmu milikku. Waktumu milikku. Tapi ingat satu aturan mutlak, jangan pernah berharap aku menanam benih di rahimmu."
Bagi dunia, Ryu Dirgantara adalah definisi kesempurnaan. CEO muda yang dingin, tangan besi di dunia bisnis, dan memiliki kekayaan yang tak habis tujuh turunan. Namun, di balik setelan Armani dan tatapan arogannya, ia menyimpan rahasia yang menghancurkan egonya sebagai laki-laki, Ia divonis tidak bisa memberikan keturunan.
Lelah dengan tuntutan keluarga soal ahli waris, ia menutup hati dan memilih jalan pintas. Ia tidak butuh istri. Ia butuh pelarian.
Sedangkan Naomi Darmawan tidak pernah bermimpi menjual kebebasannya. Namun, jeratan hutang peninggalan sang ayah memaksanya menandatangani kontrak itu. Menjadi Sugar Baby bagi bos besar yang tak tersentuh. Tugasnya sederhana, yaitu menjadi boneka cantik yang siap sedia kapan pun sang Tuan membutuhkan kehangatan. Tanpa ikatan, tanpa perasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Malam itu terasa sunyi dan berat di Penthouse B. Ryu sudah kembali ke ruang kerjanya, melanjutkan panggilan konferensi dengan Tokyo. Naomi, ditinggalkan sendiri, tidak bisa mengalihkan pandangannya dari buku harian tua bersampul kulit yang tergeletak di meja.
Ini bukanlah senjata uang, bukan perisai hukum, melainkan kelemahan paling inti dari keluarga yang dibangun di atas kesempurnaan rahasia pribadi.
Naomi membawa buku itu ke kamar tidur. Setelah mengganti pakaiannya dengan piama yang nyaman, ia duduk di sofa dekat jendela, membiarkan cahaya bulan menyinari halaman-halaman yang menguning.
Buku harian itu milik Helena, ditulis dengan tulisan tangan yang elegan namun terburu-buru, sebagian besar dalam bahasa Indonesia klasik dan bahasa Inggris.
Naomi mulai membaca, melompat ke bagian yang tampaknya paling penting, yang ditulis sekitar tiga puluh tahun yang lalu, saat Helena menikah muda dengan Ayah Ryu, Danial Dirgantara.
20 Mei 1995
'''Danial semakin dingin. Perayaan ulang tahun pernikahan kami yang kelima terasa seperti negosiasi bisnis. Dia menghargai loyalitas saya, tetapi dia tidak pernah bisa memberikan apa yang saya inginkan, yaitu hati sepenuhnya. Saya tahu ada orang lain. Saya mencium parfum yang berbeda di kemejanya, tetapi saya tidak boleh mengatakan apa-apa. Sebagai Nyonya Dirgantara, tugas saya adalah menjaga garis keturunan dan citra keluarga. Emosi adalah kemewahan yang tidak mampu saya beli.'''
18 Agustus 1995
'''Dokter Pratiwi menelepon. Setelah bertahun-tahun mencoba, saya tidak bisa hamil lagi. Hanya Ryu, dan itu saja. Danial sangat marah. Dia menginginkan anak kedua, anak ketiga sebagai cadangan. Dia bilang saya telah gagal dalam kewajiban utama saya. Saya merasa hancur. Bukan karena Danial, tetapi karena kegagalan saya sebagai Dirgantara. Saya tahu ini adalah titik lemah saya, dan Danial akan menggunakannya. Dia sudah mulai menghabiskan waktu lebih banyak di luar.'''
2 Maret 1996
'''Semua orang di Jakarta membicarakan dia, Soraya. Dia adalah artis muda yang naif, tetapi sangat subur, katanya. Danial tidak lagi menyembunyikannya. Dia membeli rumah mewah di Menteng untuknya. Saya menguping pembicaraannya dengan pengacara. Dia berencana mengajukan gugatan cerai. Dia ingin membuang saya, mengambil Ryu, dan menjadikan Soraya ibu dari pewaris berikutnya. Saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Saya telah mengorbankan segalanya untuk nama ini.'''
11 April 1996
'''Saya harus bertindak. Saya menemui Soraya. Dia menangis, mengatakan dia mencintai Danial. Saya tidak peduli. Saya menawarkan kesepakatan yang sama kejamnya dengan kesepakatan yang diajukan Danial kepada saya, yaitu uang dan kerahasiaan. Dia hamil, itu yang terburuk. Anak itu adalah ancaman nyata bagi posisi Ryu dan saya. Saya menawarkannya lima puluh miliar, sebuah harga yang gila saat itu, agar dia pergi ke luar negeri, melahirkan anak itu, dan menyerahkannya untuk diadopsi secara rahasia.'''
20 Mei 1996
'''Dia menolak. Dia bilang dia tidak bisa menyerahkan darah dagingnya. Saya harus meningkatkan taruhan. Saya mengancamnya. Saya mengancam akan menghancurkan karir aktingnya, menjebak keluarganya dalam skandal korupsi, dan memastikan dia tidak pernah mendapatkan uang sepeser pun dari Danial. Saya memberikan dokumen adopsi yang sudah disiapkan. Saya tahu saya kejam. Tapi ini adalah perang, dan saya harus memastikan Ryu adalah satu-satunya pewaris yang diakui.'''
15 Juli 1996
'''Soraya setuju. Dia menerima uangnya. Dia pergi ke Swiss. Kami merahasiakan seluruh prosesnya dari Danial. Saya menyusun kebohongan besar bahwa Soraya telah melakukan aborsi setelah Danial meninggalkannya karena malu. Danial sangat marah pada Soraya, dia merasa dikhianati dan kembali kepada saya. Dia tidak pernah tahu tentang anak itu. Anak itu lahir. Saya memastikan proses adopsi berlangsung melalui yayasan yang disamarkan. Saya tidak tahu ke mana anak itu pergi. Tapi dia aman, dan dia tidak akan pernah mengancam garis keturunan Dirgantara.'''
Naomi menutup buku itu, tangannya gemetar. Udara di sekitarnya terasa dingin.
Helena Dirgantara, mertuanya yang disegani, yang menuntut kesempurnaan dan kesetiaan mutlak, adalah seorang wanita yang pernah melakukan pembayaran rahasia sebesar lima puluh miliar dan mengatur adopsi rahasia untuk anak kandung suaminya sendiri, hanya untuk melindungi posisi Ryu.
Ini bukan sekadar intrik rumah tangga, ini adalah operasi skala besar untuk membersihkan garis keturunan.
Dan anak itu, dia aman, dan dia tidak akan pernah mengancam garis keturunan Dirgantara.
Kalimat itu berputar di kepala Naomi. Helena telah melakukan hal yang sama persis yang Naomi takuti akan terjadi padanya. Anaknya dihapus dari pohon keluarga demi mempertahankan kekuasaan.
Naomi menyadari kekuatan buku ini. Ini bukan hanya rahasia, ini adalah cermin. Ini menunjukkan bahwa Helena sendiri pernah berada dalam posisi yang sama dengan Naomi, berjuang untuk legitimasi di hadapan suami yang tidak setia dan dia bertindak dengan kekejaman mutlak.
Jika Ryu tahu tentang adopsi rahasia ini, seluruh pandangannya terhadap ibunya dan legitimasi Dirgantara akan hancur. Danial Dirgantara meninggal beberapa tahun kemudian, dan dia meninggal sambil membenci Soraya karena menggugurkan pewarisnya.
Naomi kembali ke ruang kerja, Ryu sudah menyelesaikan panggilannya. Ia melihat ketegangan di wajah Naomi.
“Kau membacanya,” kata Ryu, bukan pertanyaan.
“Ya. Saya membaca bagian tentang adopsi rahasia,” jawab Naomi, suaranya pelan dan terkontrol. Ia harus berhati-hati.
Ryu mengangguk. “Aku sudah menduga ada yang tidak beres. Ayahku selalu terlihat sedih, dan Ibu selalu tegang setiap kali nama Soraya disebut. Tapi aku tidak pernah tahu detailnya.”
“Apakah Anda akan memberitahu Ibu Anda bahwa Anda tahu?”
“Belum,” jawab Ryu, menyandarkan diri. “Selama dia merasa rahasia itu aman, dia akan selalu berusaha mengendalikan saya. Jika saya menunjukkan bahwa saya tahu, dia akan merasa terancam dan mungkin akan melakukan sesuatu yang drastis, seperti membatalkan perjanjian dengan Vanessa dan menyewa pengacara untuk mencari celah dalam pernikahan kita.”
“Lalu mengapa Anda memberikannya kepada saya?”
Ryu tersenyum tipis, senyum yang tidak pernah mencapai matanya. “Karena aku percaya padamu, Naomi. Kau telah membuktikan loyalitasmu kepadaku, dan yang terpenting, kepada anakku.”
“Bukan hanya itu, Ryu,” kata Naomi, menatapnya tajam. “Anda memberikannya kepada saya karena Anda tahu ini adalah satu-satunya hal yang bisa melindungi saya secara absolut dari Ibu Anda. Anda tahu, ketika anak ini lahir, ada kemungkinan Ibu Anda akan mencoba membuang saya, sama seperti dia mencoba membuang Soraya. Dia akan berpikir saya sudah tidak berguna.”
Ryu tidak menyangkalnya. Ia memandang Naomi dengan tatapan mengakui.
“Mungkin,” kata Ryu. “Tetapi, jika dia tahu bahwa rahasia terbesarnya, kejahatan terbesarnya terhadap Ayahku ada di tanganmu, dia akan berpikir dua kali sebelum menyentuhmu. Kau bukan lagi wanita sewaan yang bisa dibuang. Kau adalah penjaga rahasia keluarga. Itu adalah kekuatan yang lebih besar daripada dua miliar.”
Naomi merasa dingin, tetapi ada kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya. Ia tidak lagi menjadi pion. Ia adalah pemain catur, memegang raja ratu mertuanya di tangan.
“Apa yang Anda harapkan dari saya dengan informasi ini, Ryu?”
“Simpan buku itu. Dan jika, atau lebih tepatnya ketika, Ibu mencoba menguji batasanmu lagi setelah anak ini lahir, gunakan kutipan yang relevan. Jangan pernah mengancam untuk mengungkapkannya. Cukup bisikkan satu kalimat yang membuat dia tahu bahwa Anda sudah melihat ke dalam cermin masa lalunya. Itu akan membuatnya mundur. Dia akan takut kehancuran citranya, lebih dari segalanya,” jelas Ryu.
Naomi mengangguk. “Saya mengerti. Saya akan melindungi anak ini dengan rahasia ini.”
“Bukan hanya anak itu, Naomi. Lindungi dirimu. Kau adalah ibu dari pewaris Dirgantara. Kau harus menjadi yang paling kuat di rumah ini,” kata Ryu, nadanya kini penuh perintah.
Naomi kembali ke kamar, memeluk buku harian itu. Ia tidak lagi takut pada Vanessa atau Anya. Konflik rumah tangganya telah meningkat ke level tertinggi, persaingan dengan mertua yang memiliki sejarah kekejaman yang sama dengannya, tetapi dengan taruhan yang jauh lebih besar.
Ia hanya bisa berdoa, dia tidak perlu menggunakan senjata mematikan ini.