NovelToon NovelToon
Selena

Selena

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Reinkarnasi / Enemy to Lovers / Mengubah Takdir
Popularitas:892
Nilai: 5
Nama Author: aulia indri yani

Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 26

Makan malam yang sunyi dan tenang menjadi rutinitas keluarga Mahendra. Hanya terdengar suara peralatan yang beradu dengan lembut. Tata Krama dan prilaku keluarga Mahendra begitu terjaga.

Adrian memiringkan kepalanya saat menyaksikan putranya—Arsa tampak hampa dan kosong. "Arsa."

Arsa melirik Adrian dengan alis terangkat menyahuti. "Ya Ayah?"

Adrian berdeham, menimang perkataannya. Sebelum melipat kedua tangannya pelan. "Keputusanmu sudah mutlak menjadi prajurit di Jerman? Kau bisa memilih kuliah disini dari pada diluar sana.. Ayah tidak memaksa."

Arsa menghembuskan nafasnya pelan, sebelum mengangguk. "Ya, aku akan tetap berangkat. Besok, aku sudah berkemas. Tidak ada hal menarik disini lagi."

Meski matanya melirik ke arah jendela diruang makan—pertunangan itu, pasti meriah malam ini. Itu membuat hatinya mengganjal, tidak enak dan rasa terbakar.

Adrian mengangguk dengan lega. Meski itu keinginannya, menjadikan Arsa prajurit di tanah kelahirannya.

"Malam ini adalah malam pertunangan keluarga Wiranata dan Prasetya. Sungguh manis, kan?" Nyonya Mahendra mulai angkat bicara, dengan suara ringan dan tampak bosan.

Adrian mengangguk. "Ya, benar. Wirya sudah merencanakan putri kandungnya dengan matang... Putra Prasetya itu tampak tidak meyakinkan, dilihat dari acara kelulusan."

Alisnya mengerut tampak tidak setuju. Meski itu bukan haknya, putra sulung Prasetya tampak tidak memiliki kesan seorang pria.

Genggaman tangan Arsa pada sendok mengencang. Rahangnya mengeras, disekitarnya menyempit.

Mendengar nama Davin saja membuatnya hampir setengah iblisnya keluar. Matanya melirik keluar—ia akan pergi, apakah Selena akan baik-baik saja?

Bukan kekhawatiran yang jelas. Arsa hanya ingin tahu perkembangan Selena tanpa dirinya, meski dengan jarak yang sangat jauh. Arsa tetap memantau Selena. Saat Selena terpeleset ia akan mengambil alih.

Arsa berdeham pelan, mendorong kursinya kebelakang menandakan ia menyudahi makan malamnya. "Aku ingin lanjut berkemas, selamat malam." suaranya sopan dan terukur sebelum pergi dari ruang makan.

Althea melirik mata suaminya mencari jawaban atas prilaku Arsa. Sementara Adrian hanya mengangkat bahunya tidak tahu.

Didalam kamarnya sangat gelap. barang-barangnya sudah tersimpan rapih. Arsa memandangi foto Selena—foto Selena yang di ambil saat sekolah menegah atas. Di kuncir berantakan dan mata melotot penuh gairah kehidupan.

Namun wanita itu kini berubah menjadi pusaran obsesinya yang paling berbahaya. Arsa akan menahan diri, ia akan bertahan hingga waktunya tiba.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Udara dingin dimalam hari terasa menusuk hati Arsa. Ia berdiri di atas gedung tertinggi dekat perumahan Prasetya. Namun rasa sakit dihatinya tampak tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Bahwa Selena lebih memilih Davin dibandingkan dirinya.

Arsa tidak iri dengan Davin. Ia hanya tak mengerti mengapa Selena berlindung dibalik pria menyedihkan seperti Davin?

Ia sangat mampu bisa membuat Selena di perlakukan ratu dan dihormati melebihi keluarga Wiranata.

"Selena.." suaranya berat dan hampa. Tangannya meraih teropong jarak jauh, rumah itu dipenuhi banyak orang.

Meriah dan megah.

Tubuhnya membungkuk di antara atap. Matanya menyipit saat melihat bidikan pada penglihatan dari sniper nya.

Tangannya di atas pelatuk, siap dan menunggu situasi yang tepat.

Matanya Arsa merah dengan perasaan dikhianati dan kecewa. "Bibirmu milikku Selena.. Tidak ada yang boleh menciumnya selain diriku. Bahkan tunanganmu yang lemah."

Arsa dapat melihat Davin membungkukkan wajahnya ke arah Selena. Seketika pembuluh darahnya naik, tubuhnya menegang seketika.

"Kau milikku.. Milikku." gumam Arsa seperti doa, harapan dan keinginannya yang paling terkuat.

"Bom.." pelatuk ditekan, sniper nya sedikit bergetar mengeluarkan peluru kecil dan berbahaya.

Peluru itu melesat dengan cepat melewati sejarak 1.000 meter jauhnya. Melintasi berbagai dahan, daun dan udara dingin dimalam hari yang menyesakkan.

Arsa dapat lihat Davin langsung tumbang dari kursi melalui teropong jarak jauh nya. Menjerit, semua orang lari ketakutan dalam sekejap.

Dan Selena tersayangnya panik, masih membantu Davin. "Sialan sayang.. kenapa kau peduli pada pria seperti dia?"

Arsa mendesah, ia bisa saja membunuh Davin. bisa saja membuat peluru nya masuk kedalam otak Davin dengan mudah. Namun itu terlalu cepat, jika Selena ingin mempermainkan permainan jarak panjang. Maka ia juga akan bermain.

"Hadiah untuk pertunangan kalian." Arsa menyeringai, menegapkan tubuhnya. Menatap teropong itu.

Orang-orang berkumpul didalam rumah seperti semut yang berlindung di dalam sarang terkena serangan air. Satu-satunya nya yang melihat keluar hanyalah Selena, wanita itu tidak kenal takut.

"Kau merasakan getaran dari hubungan kita Selena.. Kau merasakan diriku, rasakan lah diriku yang menembus tulang-tulang mu dan pembuluh darah mu."

Meski dari jauh Arsa dapat merasakan Selena menatapnya. Menatapnya dengan tatapan mata biru Selena yang tajam dan dalam. Itu sangat menggoda jika arsa mengingatnya.

Mobil polisi dan ambulan tiba di kediaman Prasetya. Arsa mengemasi barang-barangnya, berjalan keluar dari gedung terbengkalai ini. Mobil sport nya si cantik hitam dan mengkilap menunggunya disana.

Telepon berdering didalam mobil itu. Dari ayahnya, Arsa segera mengangkatnya.

"Arsa ayah sudah belikan tiketnya, cepat ke bandara. Pesawat akan berangkat 1 jam lagi."

Suara ayahnya yang bangga dan lega saat Arsa mengangkatnya. Bagaimana Arsa sangat cocok menjadi penerus Mahendra yang sempurna. Patuh namun penuh pendirian.

Arsa berdeham pelan menyahuti. "Ya ayah, aku datang. Aku baru memberi hadiah untuk sahabat terbaikku, aku akan segera ke bandara sekarang."

Arsa mematikan panggilan telepon itu setelah ayahnya mengerti. Ia menyalakan mobil itu, lembut dan halus. Mulai berkendara menuju bandara.

Pikirannya memenuhi tentang Selena.. Matanya melirik spion, seolah ia melihat bayangan wajah Selena disana.

"Ini bukan perpisahan Selena. Ini awal, aku akan memperbaiki diri lebih baik dan kembali padamu. Kau akan selalu pulang ke dalam pelukanku apapun terjadi." genggamannya pada stir mobil mengerat erat, emosi nya menelan pikirannya bulat-bulat.

Obsesinya menelannya dengan bulat-bulat. Seperti hal manis dan racun yang Arsa rasakan saat terlihat dengan Selena.

Arsa menekan pedal gas mobilnya full, hingga jarum memenuhi kecepatan di atas normal.

Arsa tiba di bandara, memegang kopernya. Bertemu dengan ayahnya dan ibunya yang sudah menunggu, ia memaksakan tersenyum. "Maaf sedikit terlambat."

Althea hanya tersenyum memaklumkan sembari menepuk lembut bahu Arsa menenangkan.

"Ini tiketmu Arsa." Adrian menyerahkan tiket pesawat itu pada putranya. Arsa mengangguk dengan ringan, menerima tiket itu.

Ia memeluk ibunya. "Oh, aku akan merindukanmu, Arsa." keluh Althea sudah merasakan rindu pada putra sulungnya.

Adrian tersenyum menenangkan, mengelus lembut pipi ibunya. "aku juga akan merindukanmu, ibu. Baiklah, aku pergi dulu." ia mengambil kembali kopernya, menariknya dengan semangat.

Althea dan Adrian sama-sama memandangi putra mereka dengan perasaan puas. Karena mereka berhasil mendidik Arsa menjadi pria bertanggung jawab dan menerima perannya dengan baik.

"Aku merasakan hal aneh pada Arsa." bisik Althea, nalurinya kuat. Meski tidak tahu apa itu.

Adrian tersenyum lembut, mengelus bahu istrinya. "Itu pasti hal gila. Dia melakukan hal gila dibalik wajahnya yang sempurna. Kita hanya bisa menunggunya untuk jujur."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!