Hampir Semua orang di desa Black Sword membenci Risa Ariz. Anak yatim piatu itu dijauhi, dianggap terkutuk, dan dipercaya menyimpan makhluk kegelapan di dalam dirinya.
Muak diperlakukan layaknya sampah, Ariz memutuskan untuk berbuat onar. Ia tidak melukai, tapi ia pastikan setiap orang di desa merasakan kehadiran dan penderitaannya: dengan menyoret tembok, mengganggu ketenangan, dan menghantui setiap sudut desa. Baginya, jika ia tidak bisa dicintai, ia harus ditakuti.
Sampai akhirnya, rahasia di dalam dirinya mulai meronta. Kekuatan yang ditakuti itu benar-benar nyata, dan kehadirannya menarik perhatian sosok-sosok yang lebih gelap dari desa itu sendiri.
Ariz kini harus memilih: terus menjadi pengganggu yang menyedihkan, atau menguasai kutukan itu sebelum ia menjadi monster yang diyakini semua orang.
"MINOTO NOVEL"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MINOTO-NOVEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16. HANTU YANG SUDAH MERESAHKAN WARGA AKHIR-AKHIR INI..!
Kilas Balik. . . . . .
Seorang pria keluar dari kamar mandi. "Ah, leganya..." gumamnya.
Tiba-tiba, ia dikejutkan oleh suara barang jatuh dari dalam kamarnya. "Hah? Suara apa itu?"
Suara itu disusul oleh suara kuku yang mencakar sesuatu. "Eh? Apa... apa suara itu dari kamarku?" Ia melangkah pelan menuju pintu. Tangannya ingin membuka pintu, namun rasa takutnya membuat ia ragu.
"A-apa cuma kucing, ya? K-kenapa aku tidak berani membuka pintu ini?" Ia sadar, ia hanya tidak berani.
Dengan penasaran, ia mencoba memberanikan diri. "Huh... Ayolah! Tidak ada yang namanya hantu!" Ia pun membuka pintu kamarnya. Benar saja, hanya seekor kucing yang sedang mencakar jendela. Pria itu lega dan segera mengusir kucing itu.
"Sudah kuduga, tidak ada hantu." baru saja bilang seperti itu,
Tiba-tiba pintu kamarnya tertutup dengan keras. "DUG!" Pria itu terkejut dan berkata.
"Hah!? Siapa di sana?!" teriaknya sambil menoleh. Rasa lega yang tadi ia rasakan hilang, tubuhnya kembali bergetar. Belum selesai, ia mendengar suara misterius memanggilnya. "Sshhh..."
Suara entah dari mana itu membuat tubuhnya kaku. Ia tak bisa bergerak sama sekali. "Si-siapa di sana?!"
"KREKKK... GRRRR...!!!" Suara misterius itu terdengar lagi.
"EUH...!!! Apa maumu?! Tolong jangan ganggu aku!!!"
"Euh! Apa maumu?! Tolong jangan ganggu aku!" teriaknya, seluruh tubuhnya merinding ketakutan.
"GRRRR... AKU AKAN MEMBUNUHMU!" Suara berat itu tiba-tiba terdengar. Sosok itu menampakkan diri dari kegelapan di belakangnya. Ia yang melihatnya langsung lari, berusaha membuka pintu. Tapi pintunya terkunci rapat.
Panik, ia terus berusaha memutar kenop pintu dengan paksa. "Hah! Aaaaah... sana! Sana pergi! Menjauh dariku!" ucapnya pasrah, tangannya terus menggedor-gedor pintu yang tak mau terbuka.
"Kau adalah manusia pendosa...!" Sosok itu terus melangkah mendekat. "Kau selalu menindas anak-anak yang tidak bersalah...!" Suaranya semakin berat dan mengancam.
Orang itu merasa bersalah, air matanya mulai menetes. "Ma-ma-maafkan aku! Aku tidak akan mengulanginya lagi!" ucapnya dengan napas tersengal-sengal.
"Sudah terlambat! Kau akan menderita selamanya!" Sosok itu tiba-tiba berjalan cepat, seperti melayang.
Tak ada pilihan lain, orang itu mendobrak pintu kamarnya sekuat tenaga. Pintu itu terbuka, dan ia lari terbirit-birit. "Aaaahhh... Tolong akuuu!"
"Haaah... Jadi seperti itulah ceritanya," ucapnya sambil menyudahi ceritanya pada Reo.
Reo menatapnya tajam. "Tunggu, tunggu. Jadi hantu itu mau membunuhmu karena kau pernah menindas anak-anak yang tidak bersalah?"
"Euh... engg... enggak!" Pria itu menggeleng, wajahnya terlihat mencurigakan. "Aku hanya bercanda, kok! Aku enggak pernah menindas anak kecil!"
Tiba-tiba, dari kejauhan, ada dua pria lain yang berlari mendekat dengan wajah ketakutan. Reo heran, "Hei! Kenapa kalian lari-lari begitu?"
Kedua pria itu langsung menghampiri mereka. Pria pertama, yang kemudian kita sebut saja Tukang Kue, berkata, "T-Tolong! Di toko ku ada hantu!"
Pria kedua, si Pemilik Toko Baju, menimpali dengan suara gemetar, "Aku juga! Pas aku lagi beres-beres toko, tiba-tiba ada hantu anak kecil yang serem banget!"
Reo mengerutkan dahi. "Mengapa cerita kalian mirip sekali dengan cerita dia?" Reo menunjuk pria yang pertama.
Pemilik Toko Baju menghela napas. "Satu minggu terakhir ini sudah banyak banget kejadian aneh! Mulai dari kuntilanak di taman, pocong yang gelantungan, barang-barang yang pindah sendiri... Dan sekarang, hantu anak kecil! Kami terus-terusan diteror!"
"B-Bagaimana ini?" Tukang Kue panik. "Aku enggak berani masuk ke toko ku lagi!"
"Ah, aku tidak percaya cerita-cerita kalian," kata Reo tegas.
"Aku bersumpah!" Pemilik Toko Baju mengangkat tangannya. "Mataku masih sehat! Aku benar-benar melihat hantu anak kecil di tokoku."
"Ya, ya! Aku juga bersumpah!" Tukang Kue ikut menyahut.
Pria pertama tersenyum miring. "Lihat? Apa yang aku ceritakan tadi benar. Sebaiknya kau cek, Reo, apa benar ada hantu itu!"
"Baiklah! Aku akan periksa!" Reo akhirnya menyerah. "Di mana terakhir kali kalian melihatnya?"
"Di toko baju! Terakhir kali dia di sana," jawab Tukang Kue.
"Oke. Tunjukkan di mana toko bajumu itu," ujar Reo.
"B-baiklah..." Pemilik Toko Baju berjalan mendahului, menuntun Reo.
Beberapa saat kemudian...
"Ini tempatnya," kata Pemilik Toko Baju. "Hati-hati! Mungkin sosok itu masih di dalam!"
"Oke. Aku akan coba masuk." Reo masuk ke dalam toko, menahan rasa takut. Ia bertanya-tanya, bagaimana kalau hantu itu benar-benar ada? Dengan hati-hati, ia mengecek setiap sudut ruangan.
Saat memeriksa ruang ganti, ia melihat beberapa helai rambut tergeletak di lantai. Reo mengambilnya. Ia merasa tidak asing dengan rambut ini.
"Hah?" Reo memandangi helai rambut di tangannya. "Rambut warna biru?" Reo tersenyum tipis, lalu memasukkan rambut itu ke sakunya dan keluar dari toko.
Ketiga pria di luar langsung mengerubunginya. "Bagaimana? Apa kau menemukan hantu itu?" tanya Pemilik Toko Baju penasaran.
"Tidak," jawab Reo singkat, lalu berbalik dan pergi.
"Heh, kau mau ke mana?" teriak Tukang Kue, bingung.
Reo berhenti, lalu memutar kepalanya. "Sudah kuduga. Tidak ada hantu di dunia ini."
Ia melanjutkan langkahnya, meninggalkan ketiga pria yang kebingungan.
Reo berjalan santai menuju rumah Ariz. Di tengah perjalanan, ia bergumam pada dirinya sendiri, "Aku yakin anak itu sudah tertidur lelap di rumahnya..."
BERSAMBUNG...
bukan mencari kekuatan/bakat yang baru. sesuatu bakal bagus, kalau kita rajin👍