NovelToon NovelToon
CEO'S Legal Wife

CEO'S Legal Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: salza

Leora Alinje, istri sah dari seorang CEO tampan dan konglomerat terkenal. Pernikahan yang lahir bukan dari cinta, melainkan dari perjanjian orang tua. Di awal, Leora dianggap tidak penting dan tidak diinginkan. Namun dengan ketenangannya, kecerdasannya, dan martabat yang ia jaga, Leora perlahan membuktikan bahwa ia memang pantas berdiri di samping pria itu, bukan karena perjanjian keluarga, tetapi karena dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon salza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Mobil mewah itu melaju mulus meninggalkan apartemen. Kabin dipenuhi keheningan yang rapi. Leora duduk menatap ke luar jendela, matanya mengikuti langit yang perlahan bergeser biru pucat, luas, dan terasa jauh.

Minjae melirik ke arahnya, lalu perlahan meletakkan tangan di bahu Leora. Sentuhannya lembut, menenangkan.

“Leora,” ucapnya pelan.

“Kau akan tinggal secara terpisah dengan kami.”

Leora menoleh sedikit, terkejut.

“…Terpisah, Bu?”

Minjae mengangguk.

“Tapi masih satu kompleks. Di Jalan Alastair.”

Belum sempat Leora mencerna sepenuhnya, suara Leonard terdengar dari kursi seberang. Ia yang duduk di samping Presdir Lee langsung menoleh tajam ke arah ibunya.

“Kenapa bisa begitu, Bu?”

Nada suaranya jelas—itu bukan rencana yang ia ketahui.

Presdir Lee menutup map di tangannya, lalu berbicara dengan tenang, seolah keputusan itu sudah matang sejak lama.

“Karena pernikahan bukan soal tinggal di bawah atap yang sama dengan orang tua,” katanya datar namun tegas.

“Kalian butuh ruang. Privasi. Waktu untuk menyesuaikan diri.”

Leonard mengernyit.

“Kenapa tidak di rumah utama saja?”

Minjae menjawab sebelum Lee melanjutkan,

“Karena Leora datang dari rumah yang hangat. Kami tidak ingin ia merasa diawasi setiap langkahnya.”

Presdir Lee mengangguk setuju.

“Dan karena kamu,” katanya menatap Leonard.

“Kau bukan tipe yang mudah membuka diri. Rumah terpisah akan mengurangi tekanan—untuk kalian berdua.”

Leora kembali menatap keluar jendela. Tangannya menggenggam tas kecil di pangkuannya, napasnya teratur namun dadanya terasa berat.

“Rumah itu sudah disiapkan,” lanjut Presdir Lee.

“Tidak jauh. Masih dalam pengawasan. Tapi cukup untuk memberi kalian kesempatan.”

Leonard terdiam. Rahangnya mengeras sebentar sebelum akhirnya ia berkata singkat,

“…Aku mengerti.”

Minjae menepuk bahu Leora sekali lagi.

“Anggap itu tempatmu membangun rumah, bukan sekadar tinggal.”

Leora mengangguk pelan.

“Iya, Bu.”

Mobil terus melaju, membawa mereka menuju Jalan Alastair ke tempat baru yang belum bernama rumah, tapi akan menjadi awal dari segalanya.

......................

Perjalanan pulang berjarak sangat jauh sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama. Dan setelah melalui panjangnya jalan hingga sore tiba. Waktu itu menunjukkan pukul 16.07 sore.

Mobil melaju memasuki kawasan Jalan Alastair. Deretan pepohonan tinggi membingkai jalan utama yang lebar dan bersih, menciptakan kesan privat dan terjaga. Beberapa ratus meter ke depan, terlihat bangunan megah lain—rumah utama keluarga Alastair yang berdiri kokoh di Plot A, pusat dari seluruh kompleks.

Mobil tidak berhenti di sana.

Kendaraan berbelok ke jalur lain yang sama luasnya, sedikit menjauh namun masih berada dalam satu kawasan. Jalan itu berakhir di sebuah gerbang besi tinggi dengan ukiran khas keluarga Alastair.

Gerbang perlahan terbuka.

Di baliknya, terbentang lahan luas beberapa hektar. Sebuah rumah besar berdiri anggun—arsitektur klasik modern, pilar-pilar tinggi, dinding marmer putih, dan jendela-jendela besar yang memantulkan cahaya sore. Rumah itu megah, nyaris seperti istana kecil yang berdiri sendiri.

“Ini Plot C,” ujar Minjae tenang.

“Tidak jauh dari rumah utama di Plot A. Hanya berbeda lahan.”

Leora menatap ke luar jendela, napasnya tertahan. Jaraknya memang tidak jauh, namun cukup untuk memberi batas cukup untuk membuat segalanya terasa berbeda.

Begitu mobil berhenti di depan rumah, lima orang telah berdiri berjajar rapi, jelas menunggu sejak tadi.

Minjae turun lebih dulu.

“Leora,” katanya sambil memberi isyarat. “Mereka staf yang akan membantu kalian.”

Seorang pria paruh baya melangkah maju dan menunduk hormat.

“Saya Pak Raka, kepala keamanan di Plot C.”

Di sampingnya, pria lain berdiri tegap.

“Saya Arman, satpam.”

Minjae lalu menoleh ke dua wanita berseragam dapur.

“Saya Bu Sari,” ucap yang pertama dengan senyum hangat.

“Dan saya Mila, Bu,” sambung yang satunya.

Terakhir, seorang wanita dengan pakaian sederhana melangkah maju pelan.

“Saya Bu Neni, bantu-bantu harian.”

Leora menunduk sopan pada mereka semua.

“Terima kasih… saya Leora.”

Minjae tersenyum kecil.

“Semua rumah di kompleks ini milik Alastair Group,” katanya sambil berjalan masuk.

“Jadi kau tidak perlu khawatir soal keamanan maupun fasilitas.”

Presdir Lee menambahkan singkat,

“Semua perlengkapan kalian sudah disiapkan. Pakaian, keperluan pribadi, hingga kebutuhan sehari-hari.”

Leonard hanya mengangguk pendek.

Mereka memasuki rumah.

Langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal menyambut, lantai marmer memantulkan cahaya sore. Ruang tamu luas dengan sofa mahal tertata rapi, dindingnya dihiasi lukisan klasik bernilai tinggi. Rumah itu tidak hanya besar—ia terasa dingin, terukur, dan mahal.

“Anggap ini rumah kalian,” ujar Minjae.

“Bukan sekadar tempat tinggal sementara.”

Ia mengajak mereka naik ke lantai atas, menyusuri koridor panjang, lalu membuka pintu besar.

“Ini kamar utama.”

Ruangan itu luas, jendela besar menghadap taman belakang. Tempat tidur berukuran besar, lemari kayu gelap, meja rias, dan kamar mandi dalam yang hampir sebesar kamar Leora di rumah lamanya.

“Kami akan kembali ke rumah utama,” kata Minjae kemudian.

Presdir Lee menoleh pada Leonard.

“Besok ke kantor.”

“Sudah seharusnya,” jawab Leonard singkat.

Setelah perpisahan singkat, langkah mereka menjauh. Pintu rumah tertutup.

Sunyi.

Leora berdiri beberapa detik di kamar itu, lalu melangkah keluar. Ia menyusuri rumah perlahan—ruang demi ruang. Ruang keluarga dengan jendela tinggi, ruang makan besar dengan meja panjang, lorong-lorong marmer yang dingin saat disentuh.

Ia membuka pintu kaca besar di bagian belakang rumah.

Kolam renang terbentang luas, airnya tenang dan jernih. Di sekelilingnya, taman tertata rapi dengan lampu-lampu kecil yang mulai menyala. Angin sore berhembus pelan.

Indah. Mewah. Tapi terasa asing.

Sementara itu, Leonard tidak ikut berkeliling. Ia kembali ke kamar utama, menutup pintu di belakangnya, memilih menyendiri.

Di Plot C rumah yang telah disiapkan dengan sempurna Leora berdiri sendirian, menyadari bahwa segalanya sudah tersedia…

kecuali rasa cinta.

Setelah lelah menyusuri ruang demi ruang di rumah besar itu, Leora akhirnya berhenti di area belakang. Sore masih menggantung di langit, cahaya matahari memantul lembut di permukaan kolam renang yang luas.

Leora duduk di tepi kolam. Tas kecil diletakkannya di samping, bahunya turun perlahan lelah, bukan hanya fisik, tapi juga hati.

Ia membuka tas, mengeluarkan ponselnya. Layar menyala di genggamannya.

Nama Claura muncul di layar.

Leora mulai mengetik.

> Leora:

Claura… aku sudah sampai di rumah Alastair.

Tapi bukan rumah utama.

Ia berhenti sejenak, menatap air kolam yang berkilau diterpa cahaya sore.

> Leora:

Masih satu kompleks sih, tapi rumahnya besar banget.

Rasanya aneh.

Jemarinya kembali bergerak, lebih pelan.

> Leora:

Aku capek.

Aku kangen kamu dehh

Pesan terkirim.

Pesan dari Claura masuk.

> Claura:

Rumah Alastair???

Gila… yang kayak istana itu kan?

Leora menarik napas kecil, lalu membalas.

> Leora:

Iya.

Tapi ini bukan rumah utama. Katanya Plot C.

> Claura:

Terpisah tapi satu kompleks?

Terus… gimana malam pertamamu?

Leora terdiam sejenak. Ia melirik ke arah pintu kaca rumah besar itu, lalu menunduk menatap layar.

> Leora:

Claura…

tidak ada yang namanya malam pertama.

Ia menambahkan cepat, seolah tak ingin disalahpahami.

> Leora:

Kami bahkan hampir tidak bicara.

> Claura:

Oh…

aku bercanda sih wkwk. Aku lagi di Kantor Ra, aku lanjut ya. Nanti aku chat lagi deh.

Love you

> Leora:

Huahuaaa aku kangen hikshikshiks

Leora mengunci layar ponselnya, menyimpannya kembali ke dalam tas kecil. Ia tetap duduk di sana, membiarkan sore berjalan pelan, ditemani suara air kolam dan perasaan yang belum menemukan tempatnya.

1
pamelaaa
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!