NovelToon NovelToon
Beauty And The Beast

Beauty And The Beast

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Action / Romantis / Balas Dendam / Nikah Kontrak
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Saga, sang CEO dengan aura sedingin es, tersembunyi di balik tembok kekuasaan dan ketidakpedulian. Wajahnya yang tegas dihiasi brewok lebat, sementara rambut panjangnya mencerminkan jiwa yang liar dan tak terkekang.

Di sisi lain, Nirmala, seorang yatim piatu yang berjuang dengan membuka toko bunga di tengah hiruk pikuk kota, memancarkan kehangatan dan kelembutan.

Namun, bukan pencarian cinta yang mempertemukan mereka, melainkan takdir yang penuh misteri.

Akankah takdir merajut jalinan asmara di antara dua dunia yang berbeda ini? Mampukah cinta bersemi dan menetap, atau hanya sekadar singgah dalam perjalanan hidup mereka?

Ikuti kisah mereka yang penuh liku dan kejutan di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beauty and The Beast 13

Hari ini sudah hari ketiga dimana Nirmala mendiamkan Saga. Meski mendiamkan, ia tetap bangun pagi, memasak untuk Saga.

Setiap kali ia tahu jam dimana Saga akan turun dan sarapan, di jam sebelumnya ia akan pergi masuk ke kamar. Namun, hari ini sepertinya ia lupa. Saga sudah berada di samping meja makan, menatapnya yang sedang sibuk menata menu sarapan.

Nirmala terkejut. Ia langsung menyudahi kegiatannya dan berjalan melewati Saga. Dengan cepat, Saga menarik lengannya hingga langkah Nirmala terhenti. "Mau kemana?" tanya Saga dengan nada tertahan.

"Mau ke kamar," ucap Nirmala, berusaha melepaskan cengkeraman Saga pada lengannya. "Apa kamu sudah makan?" Nirmala hanya menatap wajahnya dengan sorot kebencian. "Kenapa kamu terus menghindariku beberapa hari ini? Mengapa?!" teriak Saga, suaranya menggelegar bagai petir menyambar.

Nirmala terkejut, memejamkan matanya. Masih dengan memegangi lengannya yang dicengkeram erat oleh Saga. "Sakit, lepas," ucap Nirmala lirih. Cengkeraman itu dilepas. Benar saja, di lengannya sudah memerah dan terasa perih. Ia mengelus bekas cengkeraman di tangannya, lalu berlari meninggalkan Saga di meja makan.

"Akhhhh...." brak! pranggg!

Saga marah. Ia memukul meja dengan kedua tangannya. Meja kayu berlapis kaca itu terbelah dua. Menu masakan yang ada di meja pun berserakan, berikut dengan pecahan kaca yang menyebar ke ruangan itu.

Para pelayan berlarian, meninggalkan Saga sendiri dengan napas tersenggal. Ace yang baru saja datang heran melihat kekacauan ini. Ia melangkah hati-hati agar tidak menginjak pecahan kaca.

"Ada apa?" tanya Ace.

"Dia... dia mengabaikanku beberapa hari ini," ucap Saga sambil menunjuk pintu kamar yang berada di lantai dua.

Itu adalah kamar tempat Nirmala tidur selama ini. Ace mengembuskan napas pelan. "Lalu, apa kamu masih mau berangkat dengan perasaanmu yang kacau?" tanya Ace.

Saga mengembuskan napas kasar, karena hari ini adalah hari penting. Semua staf dikumpulkan untuk menyerahkan semua laporan dari divisi masing-masing.

Ace memberikan undangan pada Saga. "Kamu harus datang," ucap Ace. Saga melirik surat undangan itu. Itu adalah undangan dari rekan kerjanya yang mengadakan pesta pernikahan mereka yang berusia 10 tahun.

"Bilang pada wanita itu untuk bersiap malam ini," ucap Saga meninggalkan Ace di belakang. Mendengar ucapan Saga, Ace memilih berbalik arah. Ia menaiki tangga dan mengetuk pintu kamar Nirmala.

"Nona, ini saya," ucap Ace. Pintu kamar dibuka sedikit oleh Nirmala. "Ada apa?" tanyanya dari dalam, tanpa memperlihatkan dirinya.

"Ini, malam ini Anda harus bersiap. Jam 8 kami akan menjemput," ucap Ace sambil menyerahkan surat undangan tersebut pada Nirmala.

Malam ini, tepat pukul delapan, Saga dan Ace sudah bersiap dengan kemeja putih, celana kain hitam, dan jas berwarna senada.

Mereka tengah menunggu Nirmala di teras depan. Sudah setengah jam berlalu, namun Nirmala belum juga turun. "Ace, panggil dia," ucap Saga memerintah.

Ace membuka pintu mobil, turun, dan masuk ke dalam mansion. Cukup lama Saga menunggu setelah kepergian Ace, hingga akhirnya ia merasa muak dan mengertakkan giginya.

Saga turun dari mobil dan memasuki mansion. Baru saja ia hendak memarahi Ace, ia mendengar suara langkah kaki yang menggema.

Tak... tak... tak...

Nirmala turun dengan anggun, mengenakan gaun malam bertabur permata di bagian atas, sementara bagian bawahnya hitam polos. Bagian belakang gaun itu menampakkan punggung putih dan mulus Nirmala yang hanya tertutup rambut yang terurai.

Dengan sedikit olesan lipstik pink, wajahnya tampak cerah. Saga nyaris terpana melihat penampilan Nirmala, namun ia segera menyadarkan dirinya.

Saga melihat ke arah Ace yang juga terpukau. Ia memukul pundak Ace dan menyuruhnya menunggu di mobil. Dengan terpaksa, Ace berjalan meninggalkan keduanya.

"Maaf terlambat," ucap Nirmala. Ia memang sengaja ingin membuat Saga marah, agar pada akhirnya mereka tidak jadi menghadiri pesta. Nirmala melangkah dengan anggun, meninggalkan Saga di ruang tamu yang masih terhipnotis dengan aura yang dipancarkan oleh Nirmala.

Setelah Nirmala masuk ke mobil, barulah Saga menyusul. Saga berdeham, berusaha mengontrol sesuatu yang mulai terasa sesak di balik celananya.

Mobil membawa mereka menuju pesta. Saga dan Ace sudah turun, meninggalkan Nirmala. Ia memilih berjalan di belakang Saga dan Ace karena tidak ingin terlibat skandal apa pun.

Dengan terpaksa, Saga menuruti permintaan Nirmala. Mereka sudah memasuki gedung hotel yang memang disewa untuk acara ulang tahun pernikahan Romi dan istrinya, Anastasya.

Ketika Saga masuk, auranya menyebar, membuat semua yang menghadiri pesta menatapnya. Para wanita langsung terpana. Meski Saga dengan berengos tipis dan rambut panjangnya yang diikat ke belakang, tidak membuat penampilannya aneh.

Justru, hal itu menampilkan aura seksi bagi wanita-wanita nakal. Di pesta itu, banyak wanita yang memakai baju, tapi terlihat seperti tidak memakai baju. Contohnya, Siska. Ia mengenakan gaun dengan kemben yang tidak bisa menutupi area dadanya, sehingga menonjol seperti ingin keluar.

"Tuan Saga, Anda datang?" sapa Siska, hendak menggandeng lengan Saga. Namun, Saga dengan cepat menghindar.

Semua mata terpana pada penampilan Saga. "Hai, kamu datang," sapa Romi, sang pemilik acara.

Saga tersenyum, menjabat tangan Romi. "Ya, saya datang, tapi tidak hanya dengan Ace," ucap Saga tersenyum.

"Oh ya? Dengan siapa? Bisakah perkenalkan saya dengannya?" tanya Romi penasaran.

Yang dimaksud Saga adalah Nirmala, tapi entah mengapa yang maju justru Isabel. "Ah... kamu rupanya, Nona Isabella?" ucap Romi sembari tersenyum.

"Kalian kembali menjalin kasih? Wah... sepertinya kalian memang berjodoh," ucap Romi. Melihat kedatangan Isabella, wajah Saga langsung berubah dingin. Atmosfer di sekitar pun terasa mencekik.

Nirmala kini berada di meja di mana semua hidangan, dari pencuci mulut hingga makanan berat, tersaji. Ia mengambil sepiring kecil aneka jenis kue yang sudah tersedia, lalu mengambil segelas whiskey dan memilih berjalan menuju balkon atas.

Nirmala menikmati kesunyian malam dengan memakan kuenya. Sesekali ia tersenyum melihat bulan yang menyinari malam. Tak terasa, makanan yang ia bawa pun habis. Ia meletakkan piring kecil tersebut di sudut balkon agar tidak terinjak, lalu menyesap sedikit demi sedikit whiskey-nya untuk menghangatkan badan.

"Hai, Nona," panggil Isabella pada Nirmala.

Merasa ada yang memanggilnya, Nirmala pun menoleh sejenak. Ia terpaku, merasa pernah melihat wanita ini, tapi di mana?

Isabella melangkahkan kakinya perlahan mendekati Nirmala. "Kita ketemu lagi," ucap Isabella. Nirmala hanya tersenyum tipis.

"Oh ya... mau aku ceritakan sesuatu... tentang Saga..." Ucapan Isabella sengaja ia jeda agar membuat Nirmala penasaran.

"Apa itu?" tanya Nirmala tanpa melihat lawan bicaranya.

"Aku dan Saga sudah lama menjalin kasih, hingga akhirnya kamu datang dan menghancurkan semua impian kami," ucapan Isabella membuat kening Nirmala berkerut. Aku yang membuat mereka putus? Apa hubungannya?

Nirmala tetap tenang, sehingga Isabella kembali melanjutkan bicaranya. "Apa kamu tahu mengapa Saga tidak mencukur berengosnya? Dan membiarkan rambutnya panjang? Itu adalah salah satu pelampiasan karena berpisah dariku," ucap Isabella percaya diri.

"Oh ya? Jika memang kamu masih di harapkan oleh Saga, kembalilah. Lagi pula, aku tidak terlibat apa pun dengan pria itu," ucap Nirmala sambil menyesap whiskey, sebagai pengalihan hatinya yang kini sudah mendidih.

Mendengar ucapan Nirmala yang tenang dan seolah tak membutuhkan Saga, membuat Isabella mengepalkan tangannya. Bagaimana bisa wanita yang tidak punya gelar apa pun tidak membutuhkan Saga?

Tapi memang itulah kenyataannya. Jika bisa, Nirmala malah akan memilih pergi dari kehidupan Saga. Sungguh ia menyesal atas tindakannya sebelumnya yang menyelamatkan Saga. Sungguh tangan yang lancang.

"Baiklah, aku akan kembali dengan Saga, tapi kamu harus pergi darinya segera," ucap Isabella. Ia menyodorkan kartu hitam yang sama seperti yang diberikan Saga padanya.

Nirmala menatap kartu itu. "Orang kaya memang suka bermain dengan kartu," gumam Nirmala. Ia mengambil kartu hitam itu dari tangan Isabella.

"Di sana ada 300 juta, gunakan sesukamu dan pergilah dari sisi Saga," Isabella membuat penawaran.

"Oke, tapi aku butuh kendaraan yang bisa aku bawa pergi... juga... pengawal," ucap Nirmala.

"Tenang saja, besok malam semua yang kamu butuhkan akan segera menghampirimu," ucap Isabella menyodorkan tangannya. Nirmala menjabat tangan Isabella sebagai pertanda ia setuju.

"Apa yang kalian lakukan?"

Mendengar suara bariton menggema, keduanya terkejut. Nirmala menyelipkan kartu yang diberikan Isabella padanya di antara gundukan kembar miliknya. Keduanya menoleh dan terkejut.

Ada yang bisa tebak itu siapa?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!