Follow;
FB~Lina Zascia Amandia
IG~Deyulia2022
WA~ 089520229628
Seharusnya Syapala sangat bahagia di hari kelulusan Sarjananya hari itu. Namun, ia justru dikejutkan dengan kabar pertunangan sang kekasih dengan perempuan lain.
Hancur luluh hati Syapala. Disaat hatinya sedang hancur, seorang pria dewasa menawarkan cinta tanpa syarat. Apakah Syapala justru menerima cinta itu dengan alasan, ingin membalaskan dendam terhadap mantan kekasih?
Ikuti terus kisahnya dan mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Musibah Bertubi-tubi
Hati Syapala sangat hancur, dia menangis sepanjang jalan. Entah ke mana langkah kakinya kini melangkah, dia seakan linglung.
"Ya ampun di mana aku? Ini, kan menuju hutan sepi. Aduh, kenapa bisa sampai sini?"
Syapala merasa bingung, kenapa dirinya bisa berada di jalan menuju hutan jati yang sepi. Memang sesekali ada kendaraan lewat, tapi jarang.
Dia tidak sadar, saat berlari menjauh dari Taman Cinta, Syapala justru berlari ke arah kiri. Jaraknya juga lumayan 500 meter dari jalan utama tadi. Terpaksa ia membalikkan tubuh dan kembali ke jalan sebelumnya.
Perasaannya mulai tidak enak saat langkah kakinya terasa ada yang mengikuti. "Ya Allah, selamatkan aku," batinnya berdoa.
Syapala meraih Hp nya, mencoba menghubungi Haliya sang sahabat, sebab rumah Haliya menurut perkiraan paling dekat ke tempatnya kini berada dibanding rumah Farah.
"Halo, Hal. Kamu di mana? Bisa jemput aku nggak?"
"Pala, aku sedang on the way pulang. Emang kenapa? Kamu di mana? Eh ngomong-ngomong, pekerjaan di PT Harmonia Citra Abadi gimana?" Haliya.
"Hal, tanyain itunya nanti. Sekarang tolong jemput aku, bisa?"
"Jemput di mana, share alamatmu yang jelas."
"Aku nggak bisa share. Aku nyasar ke hutan pohon jati."
"Ya ampun, kok bisa sampai sana tumben. Pasti kamu habis dari Taman Cinta? Ok, kamu tenang dulu, nanti aku segera lewat Taman Cinta. Kamu jalan aja ke jalan utama, nanti ketemu aku di sana."
"Tolong cepat, ya, Hal. Soalnya sejak tadi, aku seperti ada mengikuti."
"Siap, siap. Aku segera meluncur."
Sambungan telpon itu berakhir. Syapala mempercepat langkahnya. Semakin ia cepat, orang yang diduga mengikutinya semakin cepat juga.
Perasaan Syapala sudah tidak karuan, dia takut orang yang mengikutinya adalah orang jaha. Mana tumben banget sepi tidak ada yang lewat kendaraan sama sekali ke jalan itu. Benar-benar sepi.
"Aku harus lari sekuat tenaga," gumamnya seraya mengumpulkan tenaga. Untung saja Syapala menggunakan sneaker, sehingga ia tidak akan kesulitan jika harus berlari.
"Satu, dua, tiga, ...."
Syapala berlari sekuat tenaga dan sekencang-kencangnya dari tempat itu tanpa menoleh. Yang ia lakukan harus tiba di jalan utama.
Bersamaan dengan itu suara anjing tiba-tiba melolong sambil mengejarnya.
"Guk guk guk...."
"Anjing, ahhhhhhhh, anjinggggg...." teriaknya. Semakin takut semakin kencang larinya. Dan akhirnya dia sampai di jalan utama. Sayangnya, anjing itu yang jumlahnya lebih dari tiga, justru masih mengejarnya.
"Akhhhhhh. Tolonggggg...."
"Palaaa....masukkkk...."
Tiba-tiba sebuah mobil berwarna krem metalik dari arah kanan muncul melaju ke arah Syapala. Mobil ngerem mendadak tepat di samping Syapala.
Syapala segera meraih pegangan pintu lalu membuka pintu mobil. Ia masuk.
"Brugggh...."
Pintu mobil tertutup. Untung saja Syapala sudah keburu masuk, kalau tidak anjing-anjing itu pasti sudah menggigit kaki Syapala.
"Ayo, jalan, Hal. Aku takut," ucap Syapala dengan napas terengah.
"Ya ampun, kok bisa kamu dikejar anjing?"
"Ayo, cepat Hal, maju." Syapala masih ketakutan.
"Tenang. Lihat, kita di mana? Kita sudah berada di dalam mobil. Biarkan anjing itu pergi sendiri. Sepertinya itu anjing pemburu. Lihat di belakang mereka ada pemiliknya," tunjuk Haliya ke arah jalan hutan jati.
"Lha, jadi mereka ada pemiliknya?" Syapala kaget.
"Lihat ke sana. Kamu ini dikejar anjing-anjing peliharaan. Sepertinya mereka memang sedang berburu hewan. Tapi, karena melihat kamu lari, jadi anjing-anjing itu menganggap kamu buruannya," jelas Haliya diiringi tawa.
Syapala yang masih tegang, tapi Haliya terus tertawa. "Ya ampun, kamu enak tertawa, sementara teman sendiri seperti mau mati dikejar anjing pemburu." Syapala ngomel saking kesalnya, karena ia saat ini masih benar-benar tegang sisa dikejar anjing tadi.
"Ya sudah. Tenangkan pikiranmu. Kita sudah aman kok. Sekarang mau langsung aku antar pulang atau ...."
"Aku ikut ke rumah kamu dulu."
"Ada apa? Kamu sepertinya sedang ada masalah. Ahhh, aku tahu. Setiap kamu ke Taman Cinta, pasti ada masalah. Matamu juga sembab dan sedikit bengkak, pasti habis nangis," tebak Haliya seraya kembali melajukan mobilnya.
Syapala diam tidak menjawab. Dia kembali teringat kejadian tadi di Taman Cinta. Haliya menatap sahabatnya lekat. Haliya melihat, wajah Syapala diliputi kesedihan. Dia paham, sahabatnya sedang dalam masalah.
Haliya memacu mobilnya secepat mungkin. Tidak berapa lama mobil itu tiba di depan halaman rumahnya yang lumayan luas.
"Masuk."
Mereka kini sudah berada di ruang tamu. Suguhan kecil tersaji di atas meja. Uap panas keluar dari teh panas yang disajikan Haliya untuk Syapala.
"Kenapa? Cerita dong." Haliya mencoba mengorek apa yang sedang terjadi pada Syapala.
Syapala terdiam lama sebelum akhirnya bercerita semua yang menimpanya dalam seminggu ini. Termasuk ajakan menikah dari pria asing, tidak luput ia ceritakan.
"Ya ampun, pantas saja kamu sedih seperti ini. Sampai hampir digigit anjing. Benar-benar harimu sedang diuji. Sudah dikhianati kekasih, lalu nyasar tahu-tahu dikejar anjing," Haliya masih belum berhenti menggodanya.
"Ya, ambil saja hikmahnya. Siapa tahu setelah ini ada pelangi yang muncul. Atau, kamu terima saja tawarannya abangnya. Mungkin, bisa kamu jadikan alat balas dendam. Bagus juga kalau kamu balaskan dendam, dengan menerima ajakan abangnya."
"Ihhhh Na...."
"Kualat lho, jangan sebut najis. Nanti malah kamu yang cinta dan bergantung duluan sama abangnya. Hehehe," potong Haliya, seperti sudah paham saja dengan apa yang akan dikatakan Syapala.
"Ah tahu ah. Kamu bukannya memberi aku semangat, tapi malah dukung aku menerima ajakan abangnya." Syapala melengos kesal, karena Haliya justru menggodanya.
"Lalu, pekerjaan kamu di PT Harmonia gimana, lancar?" Haliya mengalihkan pembicaraan ke topik lain.
"Alhamdulillah lancar. Tapi, ironis banget," sahut Syapala terdengar datar.
"Ironis gimana?"
"Bayangkan, dalam kondisi hati aku sedang berduka begini, aku harus tetap pura-pura kuat demi menguatkan pasien lain," curhatnya.
Haliya tertawa, bukan memberi ketenangan. Ia merasa nasib yang dialami sahabatnya benar-benar lucu menggelikan dan langka ditemui.
"Saran aku, lebih baik terima saja abangnya. Lalu, kamu bisa balas dendam lewat hubungan kamu dengan abangnya, kan seru nantinya. Ahhhh...ini pasti bakal jadi film yang terbest seller di bioskop Indonesia, kalau kisahmu diangkat ke dalam layar perak.
"Haliya, diam nggak sih? Kenapa malah mau jerumusin aku?" Syapala merajuk, tapi Haliya tetap tidak berhenti menggoda.
Tringggg
Tiba-tiba sebuah panggilan dari nomer asing masuk ke dalam HP Syapala.
"Siapa, ya? Kok profilnya nggak asing?" Syapala terkejut, dia merasa tidak asing dengan foto profil si penelepon.
"Saya ada di depan rumahmu. Tolong buka pintunya," ujarnya memaksa.
Syapala melongo tanpa kata. Hari ini musibah untuknya bertubi-tubi dan silih berganti. Lalu, kini pria asing itu tiba-tiba menghubunginya dan sudah berada di depan rumahnya. Lengkap sudah nasib apes Syapala hari ini.
Hayo, pada tegang kan? Author sengaja ajak kalian bertegang-tegang dulu supaya sport jantung.
Pertanyaannya, apa sih sebenarnya yang akan dilakukan Arkala, kok dia nekad banget mendatangi rumah Syapala?
jngan2 nanti ni prita mau jdi plakor lagi
masih bnyak cewek kain dan mu harus robah sikap da pemikiran kmu laga jngan mudah di hasut
jodohin si laga teman pala thoor
ud putusin aja tunangannya biar kapok dia,tau GK,sesuatu yg kita dpt dngn cr yg tidak baik tu,akibatnya jg GK akan awet dan membahagiakan...
.pala udah bajagia sm kala..jgn ganggu ya😄😄