NovelToon NovelToon
ISTRIKU BADAS

ISTRIKU BADAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Paksaan Terbalik / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Romansa / Action
Popularitas:31.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Istri penurut diabaikan, berubah badas bikin cemburu.

Rayno, pria yang terkenal dingin menikahi gadis yang tak pernah ia cintai. Vexia.

Di balik sikap dinginnya, tersembunyi sumpah lama yang tak pernah ia langgar. Ia hanya akan mencintai gadis yang pernah menyelamatkan hidupnya.

Namun ketika seorang wanita bernama Bilqis mengaku sebagai gadis itu, hati Rayno justru menolak mencintainya.

Sementara Vexia perlahan sadar, cinta yang ia pertahankan mungkin hanyalah luka yang tertunda.

Ia, istri yang dulu lembut dan penurut, kini berubah menjadi wanita Badas. Berani, tajam, dan tak lagi menunduk pada siapa pun.

Entah mengapa, perubahan itu justru membuat Rayno tak bisa berpaling darinya.

Dan saat kebenaran yang mengguncang terungkap, akankah pernikahan mereka tetap bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Keheningan yang Pecah

Keesokan harinya.

Langit pagi tampak mendung, namun suasana di lantai tiga kantor Mandala Group justru terasa lebih terang dari biasanya.

Bisik-bisik kecil terdengar di antara para staf divisi administrasi. Semua membicarakan hal yang sama.

Tentang Vexia. Gadis desa yang berhasil menyelamatkan laporan penting dan membuat Bu Ratri menegur Vega di depan umum.

Saat jarum jam menunjuk pukul sembilan, suara interkom berbunyi pelan.

“Vexia, tolong ke ruang saya sekarang.”

Suara Bu Ratri yang datar namun berwibawa membuat seisi ruangan spontan diam.

“Semangat ya, Xi!” bisik Hana sambil mengangkat tangan dan mengepalkannya di udara.

Vexia hanya tersenyum kecil, menegakkan punggungnya dan melangkah menuju ruangan sang kepala divisi.

Di balik pintu kaca buram bertuliskan ‘Ratri Suryani, Head of Administration Division’, suasana ruangan terasa dingin dan sunyi.

Bu Ratri sedang berdiri di depan jendela, memandangi lalu lintas di bawah sana sambil memegang secangkir kopi.

“Duduk,” katanya tanpa menoleh.

Vexia menuruti, duduk tegak di kursi tamu. Kedua tangannya bertaut rapi di pangkuan, wajahnya tenang.

Butuh beberapa detik sebelum Bu Ratri berbalik menatapnya. Tatapan itu tajam, namun tak lagi sekeras kemarin.

“Saya sudah membaca laporan insiden kemarin,” ujarnya datar tapi berwibawa. “Dan hasil kerja kamu beberapa minggu terakhir.”

Ia berjalan ke arah meja, menaruh cangkirnya, lalu membuka beberapa berkas di hadapannya.

“Kamu tahu, waktu pertama kali kamu masuk, saya pikir kamu cuma ‘titipan’. Tapi sepertinya saya salah.”

Vexia menunduk sedikit, memberi hormat tanpa kehilangan ketegasan.

Bu Ratri menatapnya lama, lalu menghela napas.

“Mulai minggu depan, saya ingin kamu jadi asisten koordinator saya untuk laporan lintas-divisi. Kamu akan berurusan langsung dengan tim keuangan dan logistik. Beban kerja akan lebih berat, tapi juga akan membuka banyak peluang.”

Vexia sempat menatapnya. “Ibu menganggap saya layak di posisi ini?”

“Kalau kamu bisa memulihkan data server yang bahkan tim IT butuh dua jam untuk memperbaikinya,” jawab Bu Ratri dengan senyum tipis, “menurutmu, saya masih perlu bertanya soal kelayakan?”

Tatapan Vexia mengeras dalam rasa hormat. “Terima kasih atas kepercayaannya, Bu. Saya akan berusaha sebaik mungkin.”

“Bagus.”

Sebelum Vexia bangkit, Bu Ratri menambahkan pelan, “Dan satu lagi, Vexia… di kantor ini, jangan biarkan siapa pun mendikte harga dirimu. Kalau kamu tahu kemampuanmu, orang lain akan tahu tempatnya.”

Kata-kata itu menancap dalam.

Vexia mengangguk, menatap Bu Ratri dengan mata yang berkilat mantap.

“Baik, Bu. Saya akan ingat itu.”

Bu Ratri menghela napas pelan setelah Vexia menghilang di balik pintu.

“Siapa sebenarnya gadis ini? Rasanya tak masuk akal kalau dia cuma lulusan SMA. Pembawaannya terlalu tenang, seolah sudah terbiasa berhadapan dengan orang-orang penting…” gumamnya lirih.

 

Saat keluar dari ruangan Bu Ratri, langkah Vexia terasa ringan.

Begitu ia masuk ke ruang divisi administrasi, tatapan pertama yang menyambutnya datang dari meja Vega. Perempuan itu menggenggam bolpennya erat hingga nyaris patah.

Senyumnya kaku, matanya tajam menatap penuh amarah.

Sementara itu, Hana dan Hani langsung menghampiri Vexia dengan wajah berbinar, memeluknya kecil.

“Gimana, Xi?”

Vexia hanya tersenyum samar. “Mulai minggu depan aku bantu Bu Ratri urus laporan lintas-divisi.”

“Serius?! Wah, selamat, Xi!”

“Selamat, Xi!” sahut staf lain bersahutan.

Bira ikut maju. “Selamat, Xi. Maaf ya… aku sempat ngeremehin kamu," ucapnya tulus.

Staf lain ikut menimpali satu per satu.

“Aku juga, Xi. Kami kebawa suasana.”

“Iya, maaf banget, Xi.”

Vexia tersenyum hangat. “It’s oke. Gak usah dibahas lagi.”

Di meja seberang, Vega mengepalkan tangan di bawah meja.

“Dasar penjilat. Baru juga Xia dikasih posisi sedikit, langsung pada berbalik arah,” desisnya dalam hati.

“Aku gak bakal biarin kamu naik lebih tinggi setelah menjatuhkanku, Vexia,” batinnya penuh dendam.

Vexia menatap rekan-rekannya. “Makasih semuanya. Ntar kalau gajian, aku traktir makan deh.”

“Yeeh… Xia emang paling baik!” seru Hana sambil tertawa kecil.

Sorak ringan terdengar di seluruh ruangan, membuat suasana kembali hidup.

Namun di tengah tawa itu, Vexia kembali ke mejanya, menatap layar komputer yang menyala. Ia menarik napas panjang.

Ia tahu… ini baru permulaan.

Langkah pertama menuju medan yang lebih besar. Dan jauh lebih berbahaya.

***

Malam mulai larut.

Vexia dan Rayno berjalan menuju kamar setelah mereka berbincang ringan bersama orang tua Rayno. Di dalam, suasana remang. Hanya lampu tidur di meja samping yang menyala lembut.

Vexia duduk di tepi ranjang, sementara Rayno sibuk merapikan dokumen di meja kerja kecil di pojok kamar. Tak lama kemudian, pria itu mengambil bantal dan beralih ke sofa. Tempat tidurnya selama ini.

Vexia menatap punggung Rayno yang tinggi dan tegap, lalu pandangannya turun ke sofa sempit yang jelas tak nyaman. Ia menggigit bibir pelan, lalu berbisik hampir tak terdengar.

“Sampai kapan Kakak akan tidur di sofa?”

Rayno yang baru merebahkan tubuhnya menoleh sebentar. Tatapannya singkat, tapi cukup untuk membuat udara di antara mereka terasa kaku.

“Cepatlah tidur. Besok kamu harus kerja,” ujarnya datar, lalu memejamkan mata seolah tak ingin memperpanjang percakapan.

Vexia terdiam sejenak, lalu menarik napas pelan. Ia menatap langit-langit kamar, mencoba menahan perasaan yang menyesak.

“Kakak nggak merasa hubungan kita… stagnan? Monoton?”

Suaranya lembut, tapi sarat makna.

Rayno tetap diam.

Vexia melanjutkan, matanya menatap gelap.

“Kau bilang waktu itu kita akan berusaha saling mengenal. Tapi selama ini, Kakak bahkan tak pernah mencoba. Yang kulihat hanya seseorang yang terus menjaga jarak. Menghindar. Dan jujur saja… rasanya seperti aku sedang di-PHP.”

Kata terakhir itu membuat Rayno akhirnya membuka mata. Ia menatap ke arah ranjang, tapi tak sanggup bicara.

Ia ingin berkata, "Aku tak bisa mencintai siapa pun selain dia," tapi lidahnya kelu.

“Aku sudah bilang, aku sulit membuka hati…” katanya pelan, hampir seperti pembelaan.

Namun sebelum ia sempat melanjutkan, Vexia menoleh cepat, suaranya tetap tenang tapi tegas.

“Sudahlah. Kau sudah dewasa, Kak. Aku juga. Aku sudah berusaha jadi istri yang baik. Tapi kalau memang tidak cocok… ya sudah, kita cerai.”

Rayno sontak bangkit duduk. Matanya menatap Vexia, terkejut.

“Kita baru tiga bulan menikah, Xia!”

Vexia mengangkat bahu kecil, tersenyum tipis yang justru lebih menyakitkan daripada tangis.

“Lebih baik segera diakhiri daripada saling pura-pura.”

Rayno menghela napas dalam, pandangannya jatuh ke lantai. Ia tahu ucapan Vexia benar. Tapi hatinya tetap membentur tembok janji lama.

Setelah beberapa saat, ia berkata lirih, suaranya terdengar berat.

“Aku akan… coba membuka hati. Setidaknya mencoba.”

Ia berhenti sebentar, lalu menatap Vexia dengan mata lelah.

“Mama dan Papa pasti kecewa kalau kita berpisah secepat ini. Jadi… bagaimana kalau kita pindah rumah? Hidup mandiri. Hanya berdua.”

Vexia menatapnya lama, mencoba membaca niat di balik ucapannya. Tapi sorot mata Rayno masih sama. Datar, penuh jarak, seolah ada dinding di antara mereka.

“Baik,” jawabnya akhirnya, singkat tapi mantap. “Kita pindah.”

Vexia merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar yang temaram. Sejenak matanya melirik suaminya di atas sofa.

"Aku akan memberimu satu kesempatan lagi," batinnya lirih.

"Tapi jika kau menyia-nyiakannya, aku akan pergi. Tanpa menoleh lagi. Meski masih ada rasa untukmu, aku tak ingin melupakan caraku bahagia demi cinta. Aku tak akan mengulangi kesalahan Ibu."

Malam itu, mereka tidur dalam diam.

Rayno di sofa, Vexia di ranjang.

Jaraknya hanya beberapa langkah… tapi rasanya seperti dunia yang berbeda.

***

Suara sendok beradu lembut dengan piring, menandakan makan malam hampir usai. Mandala meletakkan gelasnya, lalu menatap Rayno yang tampak seperti menimbang sesuatu di kepalanya sejak tadi.

“Papa, Mama…” Rayno menegakkan tubuhnya, nadanya tenang tapi tegas. “Aku dan Vexia sudah membicarakan ini. Kami ingin… pindah rumah. Hidup mandiri.”

Kahyang yang sedang melipat serbet menatap anaknya dengan kaget kecil. “Pindah rumah? Bukankah di sini sudah nyaman, Nak?”

Rayno tersenyum tipis. “Nyaman, Ma. Tapi justru karena itu aku ingin belajar mandiri. Aku ingin tahu bagaimana rasanya membangun rumah tangga tanpa bergantung pada Papa dan Mama. Lagipula, aku dan Vexia butuh waktu berdua, saling mengenal lebih dalam.”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Cicih Sophiana
istri udah menjauh aja luh baru kelimpungan Rayno... kemarin kemarin kemana aja otak kamu Rayno sampe bersikap dingin
Cicih Sophiana
Daniiii...
asisten keren👍😂😂
Felycia R. Fernandez
di club malam
anonim
Vega selalu mendapatkan jawaban dari Vexia yang cukup memukul telak tapi tetap sok gitu. Tak punya rasa malu - Vega hatinya busuk.

Vega masih cari gara-gara maunya - dasar muka badak hati culas.

Nah..nah...nah...Rayno ke club yang sama dengan istrinya 😄.
Dani kaget wooooy.

Yovie teman Rayno ternyata tahu juga tentang masa lalu Rayno.

Masih mengharap gadis di masa lalunya - tapi pikiran dan hati tak bisa dipungkiri - Vexia menari-nari dibenaknya. Dasar Rayno o'on 🤭😄
Felycia R. Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Puji Hastuti
Bener banget kata yovie, rayno kamu harus realistis
anonim
Masih bersyukur Vexia mau masakin makan malam - istri yang baik.

Nah lo istri pergi gak pamit - rasain Rayno.

Sampai sepuluh kali Rayno menghubungi istrinya baru diangkat.

Dani jiwa kepo-nya kambuh lagi - tertarik melihat Vexia di tempat hiburan malam.

Vexia pergi mentraktir karyawan satu divisi di tempat hiburan malam paling mewah di kotanya.

Nova ikut ya - tak tahu malu ini orang - suka sirik terhadap Vexia - ee ikut bergabung. Ngomong gak enak di dengar pula.

Vexia hafal berbagai macam minuman - Vega semakin menjadi siriknya.

Jangan-jangan Rayno juga ke tempat yang sama dengan Vexia.
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
Upi Raswan
jangan bilang yovie naksir ...bisa digorok sama suaminya entar.
kira2 apa mereka saling menyapa pas ketemu.atau pura2 gak liat..harus banget nunggu ya thor...gak bisa sekarang aja apa? baiklah bakalan sabar menunggu, tapi gpl lho
Fadillah Ahmad
Betul banget, Aku berada di posisi ini Sekarang kak Nana 🙏🙏🙏 Sudah 10 Tahun lamanya, aku belum bertemu lagi dengan Wanita itu, Benar juga, apa yang dj katakan sahabay Rayno itu. 🙏🙏🙏 Terima Kasih kak Nana... 🙏🙏🙏😁
Fadillah Ahmad
Nah ini juga kak Nana, aoakah Sampanye ini, kadar alkoholnya juga tinggi kak? Apakah bisqembuat mabuk berat kak Nana? 🙏🙏🙏😁
asih
tuh bener kata yovie rayno aja yg otaknya agak lain kenapa buat janji yg sangat bodoh BLM tau juga jelas siapa yg menolong malah asal ucap janji huhhh

hayo siapa tuh yang panggil vexia rayno atau cowok lainnya
Hanima
lanjut kan kk
abimasta
lanjut thor seru ini ray sama xia di tempat yg sama
Anitha Ramto
Jujur saja Ray..kamu lagi galau akut memikirkan Vexia....apa Xia denger apa yang di katakan Yovi pada Rayno...
Dew666
🔥🔥🔥
mery harwati
Nah lho ketemu kan di club 🤣
Apa Vexia akan dikasih hukuman oleh Rayno atw malah Rayno yang dihukum Vexia dengan tidak disapa & tidak kenal yang namanya Rayno alias dicuekin 😛
Endang Sulistiyowati
Wah jangan2 Yovie udah ngincer Vexia nih. Jangan dulu Yof, Xia masih jadi istri sahabatmu yang oneng itu. Bener tuh Ray kata Yovie, balas budi ga harus lewat pernikahan.
Anitha Ramto
si Vega mh iri saja dan ia tidak mampu karena ia hanya menumpang hidup dari harta mamanya Vexia....Rayno akan ke Klub itu juga sepertinya janjian sama temannya..biar lihat istri Badasnya🤣
partini
emmmmm apa terjadi ya terjadi lah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!