Termasuk dalam series Terpaksa Menikahi Tuan Muda (TMTM)
Sekretaris Han, bisakah dia jatuh cinta?
Kisah hidup Sekretaris Han, sekretaris pribadi Tuan Saga, sekaligus tangan kanan dan pengambil keputusan kedua di Antarna Group.
Dia meneruskan sumpah setia mengabdi pada Antarna Group, hidupnya hanyalah untuk melihat Tuan Saga bahagia. Bahkan saat Saga mengatakan dia bahagia bersama Daniah, laki-laki itu tidak bergeming, dia yang akan memastikan sendiri, kebahagiaan tuan yang ia layani.
Hubungannya dengan Arandita memasuki babak baru, setelah gadis itu dipecat dari pekerjaannya sebagai pengawal pribadi Nona Daniah.
Bagaimana hubungan mereka akan terjalin, akankah usaha Aran mengejar dan meraih Sekretaris Han membuahkan hasil.
Simak kisahnya hanya di novel Lihat Aku Seorang (LAS) 💖💖
ig : @la_sheira
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Aran Pergi
Ruang kerja Pak Mun.
Pak Mun masuk ke dalam ruangannya. Di belakangnya menyusul seorang laki-laki berkacamata, berjalan dengan tenang. Pandangannya datar namun terlihat ramah, dia menarik garis bibirnya ketika pandangan matanya bertemu dengan Aran. Aran ikut menarik bibirnya, ia mengenali laki-laki itu, kerap kali bertemu di rumah belakang, namun tidak pernah berinteraksi secara langsung. Hanya pernah berada di dalam satu ruangan. Aran membetulkan duduknya ketika Pak Mun sudah ada di hadapannya.
Dia sudah mengusap ujung matanya. Beruntung ada jeda waktu sampai Pak Mun datang setelah kepergian Sekretaris Han. Setidaknya dia sudah bisa mengatur suara nafasnya sendiri.
Laki-laki berkacamata itu duduk di sebuah kursi kerja di sudut ruangan lalu dia terlihat sibuk seperti sudah sewajarnya dia selalu duduk di sana. Tatapan Pak Mun langsung membuat Aran berkonsentrasi penuh , wajah laki-laki itu tidak bisa ditebak. Aran ragu untuk bertanya. Walaupun tidak sedingin Han namun dinding tinggi selalu dibuat oleh Pak Mun. Sebagai jarak menjaga profesionalitasnya sebagai kepala pelayan.
Aran meremas jarinya di bawah meja.
“Pak Mun, bagaimana keadaan Nona? Semua baik-baik saja kan, Nona Daniah dan bayinya.” Akhirnya terbata memberanikan diri bertanya tentang nona. Terserah dengan nasibnya, Han sudah memutuskan dia dipecat, tak ada harapan apa pun yang tersisa lagi untuknya.
“Sekarang semuanya baik-baik saja. Berterimakasihlah kepada nona.”
Ia, pasti nona melindungiku seperti biasanya, karena kebaikan hatinya.
Walaupun begitu namun Aran masih merasa sedih dan tidak terima, karena luka kecil di lengan nona dia telah kehilangan semuanya. Andai dia yang terluka mungkin tak akan ada apa-pun yang terjadi hari ini. Tidak akan ada yang khawatir ataupun sekedar bertanya.
Sebuah suara mesin print mengeluarkan lembaran kertas. Laki-laki yang tak dikenali namanya oleh Aran memasukan lembaran kertas itu ke dalam map biru. Lalu meletakkannya di hadapan Pak Mun. Kemudian kembali ke mejanya dan mulai melakukan sesuatu lagi.
“Hari ini adalah hari terakhirmu bekerja Arandita.” Pak Mun langsung bicara setelah selesai memeriksa isi map di depannya.
“Ia Pak.”
Berakhir sudah semua, pekerjaan sekaligus perasaanku. Gadis itu menekan kuku jarinya di bawah meja lagi. Harus, semua harus berakhir, begitu pula perasaannya pada laki-laki itu. Dia tahu, walaupun hatinya mengatakan kalimat provokatif sepercaya diri itu, namun menghapus nama Han tak akan semudah saat laki-laki itu pergi meninggalkannya tadi.
“Tanda tangani surat pemecatanmu dan pernyataan bermaterai. Kau bisa membacanya dulu.”
Aran meraih map itu. Sama seperti peraturan tertulis yang harus ia tanda tangani diawal ia masuk ke dalam rumah ini. Ada banyak sekali catatan dalam surat pemecatannya. Hal utama yang tertulis dengan jelas adalah menyimpan semua hal yang sudah dia lihat di dalam rumah untuk dirinya sendiri. Semua hal tentang Tuan Saga dan keluarganya, tuntutan denda dan pidana pun mengancam jika dia sampai melanggar.
Aku tanda tangan di mana ya.
Sepasrah itulah dia sekarang duduk di tempatnya.
“Uang gaji dan pesangon pemecatanmu sudah dikirim ke rekeningmu.” Laki-laki berkacamata di ujung ruangan menganggukkan kepala saat Pak Mun bicara sambil melihat ke arahnya.
Hah! Aku masih dapat pesangon dan gaji?
“Karena Nona Daniah sangat menyukaimu Arandita.”
Tentu saja, pasti karena Nona Daniah. Tidak mungkin karena dia, dulu saja aku dipecat secara tidak terhormat karena dia. Jangankan uang pesangon, aku tidak dituntut membayar kerugian stasiun TV itu sudah untung begitu aku diteriaki saat menanyakan gaji terakhirku.
“Terimakasih Pak, tolong sampaikan terimakasih saya untuk Tuan Saga dan Nona Daniah. Terimakasih sudah memberi saya kesempatan berharga di rumah ini.” Mari selesaikan semuanya dengan cepat Arandita. Kalau kau harus pergi sekarang, maka secepatnya lebih baik. Begitu Aran menguatkan hatinya.
“Jangan terlalu menyalahkan Han atau membencinya. Baginya Tuan Saga adalah hidupnya,” ujar Pak Mun yang terdengar menyakitkan di hati Aran.
Aku tahu, tapi aku tidak bisa tidak membencinya sekarang.
Kalau saja Sekretaris Han berdiri di salah satu sudut ruangan sekarang, semuanya pasti akan berbeda. Perasaannya pasti tidak akan sehancur ini sekarang.
“Apa saya sudah boleh keluar Pak? Saya mau membereskan barang-barang saya.” Toh tidak banyak barang pribadinya. Lima belas menit berberes pasti selesai pikir Aran.
“Barang-barang pribadimu akan diantar ke rumahmu besok.”
Apa!
“Saya tidak akan mengambil apa pun yang bukan milik saya Pak. Saya hanya akan mengambil hp dan laptop pribadi saya.”
Hartaku yang berharga melebihi buku tabunganku.
“Sepertinya kebiasanmu yang memang tidak berhati-hati ya. Kau tidak membaca surat pernyataan yang kau tanda tangani.” Menunjuk map yang masih ada di meja dengan tatapan datar Pak Mun.
Hah! Memang ada itu tertulis di sana. Mana aku baca satu persatu tadi. Aku kan sudah pasrah.
Dibawah tatapan Pak Mun Aran meraih map yang tadi ia tandangi, ia periksa lagi, dia baca lagi.
Gila, hp dan laptopku akan diperiksa. Pak Mun isinya Sekretaris Han semua. Bagaimana kalau mereka berfikir aku stalker mesum gila yang menyimpan foto Sekretaris Han!
“Tapi Pak saya mohon, saya bersumpah tidak akan mengatakan apa-pun yang saya lihat di rumah ini. Biarkan saya membawa hp dan laptop saya.”
Pak Mun menutup map.
“Aku tidak punya kewajiban mendengarkanmu. Sekarang bersiaplah, sopir sudah menunggumu di luar untuk mengantarmu.”
Deg, kesadaran Aran Kembali. Sekarang situasinya sudah sangat genting. Dia sama sekali tak punya posisi tawar menawar. Pak Mun memanggil laki-laki yang sedang duduk menunggu, pembicaraan antara mereka selesai sudah. Aran tahu dia sudah di usir. Dia bangun dari duduk.
Tidak mungkin Pak Mun akan luluh.
“Terimakasih Pak Mun untuk semuanya” Akhirnya benar-benar pasrah. “ Selama saya bekerja di rumah ini Pak Mun sudah banyak membantu saya, maafkan semua kesalahan saya. Tapi saya mohon, satu saja.” Ragu.
“Arandita.”
“Saya mohon Pak.” Menunjukan wajah memelas. Semenyedihkan mungkin yang bisa ia pikirkan. “Izinkan saya berpamitan dengan teman-teman saya di rumah belakang untuk terakhir kalinya.”
Aku mohon, aku tidak ingin pergi dengan cara semenyedihkan ini.
Pak Mun terdiam, melihat Aran yang mengatupkan tangan memohon.
“Aku hanya bisa memberimu waktu 10 menit.” Akhirnya.
“Baik Pak, terimakasih. Itu sudah cukup. Terimakasih banyak.”
...***...
Keluar dari rumah belakang tangis Aran menyisa isak kecil. Dia sesenggukan menoleh beberapa kali ke arah rumah belakang. Teman-temannya yang melambai dari pintu. Maya dan pelayan yang ikut menemani mereka berbelanja terlihat paling keras menangis. Setidaknya dia sudah mengatakan dari mulutnya kalau dia baik-baik saja.
Meninggalkan semua itu dibalik punggungnya.
“Masuklah, aku akan mengantarmu.”
Seorang laki-laki sudah berdiri di samping mobil. Seseorang yang sering di sapa Aran.
“Terimakasih senior.”
Aran belum masuk, walaupun seniornya sudah masuk. Mobil belum menyala mesinnya. Sepertinya laki-laki itu pun tahu kegamangan apa yang sedang di hadapi gadis di hadapannya. Aran menoleh ke rumah utama.
Terakhir kalinya, munculah dari pintu. Aku mohon. Aku mohon, jangan buat aku membencimu.
Hatinya bahkan sudah tersiksa saat dia melewati jalan yang sama yang ia lalui tiap hari. Saat ia memikirkan harus mengganti perasaan sukanya dengan kebencian. Dia sudah merasa sesakit itu.
Aku mohon munculah. Walaupun hanya tatapan dingin melihatku pergi.
Hening.. Angin malam menampar wajahnya.
“Aran, masuklah.”
“Ia senior. Maaf.”
Aku benci padamu Han, aku benci padamu Harimau gila!
Aran membanting pintu mobil. Langsung terduduk diam. Saat seniornya menyalakan mobil, hatinya berdegub mengencang.
Apa takdirku dengan Antarna Group , dengan Nona Daniah hanya akan berakhir seperti ini juga.
“Pakai sabuk pengamanmu.”
“Baik Senior, terimakasih sudah mengantar.”
“Jangan sungkan, aku hanya menjalankan perintah.”
Benar, ini mungkin kebaikan terakhir darinya. Karena sudah malam dia tidak bisa menendangku dari rumah utama. Tanpa uang tanpa hp. Ini hanyalah belas kasihmu yang terakhir.
Saat mobil berlalu menjauh, sebuah tirai tertutup di ruangan gelap yang lampunya tak menyala. Tangan itu mencengkram tirai beberapa saat.
Bersambung
apa si Arya mnjdi cerita kisah key dn Abian yah
sweet banget.