Suami Pengganti Untuk Alea

Alea keluar dari ruang ganti dengan terus menarik bagian bawah kaosnya agar lebih menutupi kakinya. Tapi itu tetap tidak berarti apa-apa.

Ketika mendengar suara pintu yang terbuka, Rean yang sedang duduk di sofa dengan ponsel menempel di telinganya, langsung menoleh. Matanya terbuka lebih lebar, menatap penampilan Alea. Kulit putihnya terlihat kontras dengan kaos warna hitam yang dia pakai.

"Ekhem.." Rean berdehem dan langsung memalingkan wajahnya. "Aku tutup dulu, aku ada urusan"

Dari ucapannya, Alea sudah tahu suaminya sedang menelepon siapa. Dia berjalan ke arah tempat tidur dan segera masuk ke dalam selimut, menutupi tubuhnya ini.

Alea menutup tubuhnya dengan selimut, mendengar suara langkah kaki yang menjauh dan terdengar pintu dibuka dan ditutup kembali. Alea mengintip dari balik selimut, suaminya sudah tidak ada disana. Itu artinya Rean pergi ke kamar mandi. Alea menghembuskan napas lega dengan membuka selimut yang menutupi wajahnya.

"Ah, syukurlah. Dia tidak bertanya apapun kenapa aku pakai bajunya. Ah, dia juga tidak akan peduli. Sebaiknya aku tidur segera"

Alea berbalik dan tidur meringkuk dengan menutupi tubuhnya dengan selimut sampai ke leher. Memejamkan matanya dan mulai terlelap.

Sementara Rean keluar dari kamar mandi setengah jam kemudian. Dia menghembuskan napas kasar karena merasa lelah sendiri.

"Sial, aku harus berusaha menenangkan diri"

Rean mengacak rambutnya sedikit frustasi, baru kali ini hanya dengan melihat sekilas dia langsung tidak bisa menahan diri. Padahal, Riska saja sering memakai pakaian lebih seksi dari itu, dan dia biasa saja. Sama sekali tidak merasa apapun.

Rean berjalan perlahan ke arah tempat tidur, naik dan membuka selimut. Saat dia mengangkat kakinya untuk masuk ke dalam selimut, matanya melihat paha putih Alea yang tidur meringkuk. Bajunya tersingkap hingga semakin terlihat jelas pahanya dan Alea yang hanya memakai pakaian dalam saja selain baju itu.

"Sial, dia benar-benar ingin menggodaku atau apa?"

Rean kembali turun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Kembali lagi dalam waktu setengah jam lebih, wajahnya terlihat lelah dan frustasi. Akhirnya Rean memilih mengambil selimut dan bantal di lemari, dia berjalan ke sofa dan tidur disana.

"Tidak akan bisa tidur jika aku berada disana"

Akhirnya Rean tertidur di sofa, membiarkan Alea tidur nyaman di tempat tidur.

Ketika pagi datang, Alea terbangun lebih dulu. Dia terkejut saat melihat Rean yang tertidur di sofa. Tapi sejenak dia mengerti karena pastinya Rean tidak ingin tidur satu ranjang dengan perempuan yang dia benci. Ketika dia tidur bersama Alea malam itu, karena dia sedang mabuk dan tidak sepenuhnya sadar.

"Sudahlah Alea, kamu terlalu berharap"

Alea pergi ke kamar mandi dan berganti pakaian dengan pakaian kemarin. Lalu, dia keluar kamar dan melihat Rean yang sudah terbangun dan duduk diam di sofa. Matanya terpejam dengan kepala bersandar pada sandaran sofa.

"Tuan, apa kita akan kembali sekarang?" tanya Alea.

Rean menoleh, menghela napas panjang sebelum menjawab. Gara-gara semalam dia sulit tidur, dan karena bayangan Alea yang hanya menggunakna kaos miliknya menjadikan dia sulit mengendalikan diri.

"Kenapa semalam kau memakai bajuku?"

Alea terdiam, takut jika Rean akan marah karena Alea tidak meminta izin terlebih dulu untuk memakai kaos miliknya. "Maaf Tuan, semalam aku tidak menemukan pakaian lain untuk aku pakai. Jadi, aku mengambil baju Tuan. Maaf, karena tidak memberitahu Tuan dulu"

Rean berdecak kesal, dia menatap Alea yang menunduk. "Bukan itu masalahnya, lain kali kalau tidak ada baju ganti, kau bilang padaku. Aku bisa pinjamkan punya Ibu"

"Iya, maaf Tuan"

Rean mendengus pelan, dia berlalu ke kamar mandi melewati Alea begitu saja. Alea hanya diam dengan menghembuskan napas kasar.

"Dia benar-benar marah karena aku memakai bajunya tanpa bicara dulu"

Alea mengambil selimut di atas sofa yang dipakai suaminya tadi. Melipatnya rapi, dan menyimpannya kembali ke dalam lemari.

Suara ketukan terdengar, Alea segera keluar kamar dan melihat Arina yang berdiri di depannya dengan senyuman manis.

"Selamat pagi Alea, bagaiaman? Apa ada yang terjadi semalam?" tanya Arina yang langsung merangkul lengan Alea dan membawanya turun.

"Apa yang terjadi? Tidak ada apa-apa. Tuan Rean marah karena aku memakai bajunya semalam, dia sampai tidur di sofa"

"Hah?" Arina berteriak tanpa sadar, mereka masih berada di tengah-tengah tangga. Arina berbalik dan menghadap Alea. "Kalian sudah tidur satu kamar, tapi tetap tidur terpisah. Parah sih ini, Kak Rean itu gimana sih? Apa dia tidak punya hasrat pada perempuan ya? Apa jangan-jangan dia gay"

"Sembarangan kamu ini" Alea memukul pelan lengan Arina. "Dia tidak mencintaiku Arin, jadi pasti tidak ada hasrat apapun padaku. Karena laki-laki sejati hanya akan mempunyai gairah pada perempuan yang memiliki hatinya, atau yang sudah singgah di hatinya"

Mungkin dia juga jijik padaku, karena aku menikah dengannya juga bukan dalam keadaan yang suci. Ah, sudahlah tidak papa.

Arina mendengus kesal, dia kembali merangkul tangan Alea dan melanjutkan langkah mereka untuk turun ke lantai bawah.

Sementara seseorang yang berdiri di ujung tangga, tidak sengaja mendengar percakapan itu. "Hasrat pada perempuan yang singgah dihatinya? Ah, tidak mungkin"

Rean turun ke lantai bawah, menemui anggota keluarga yang lain. Mereka sarapan bersama di meja makan, sebelum akhirnya satu persatu mulai pulang ke rumah masing-masing. Begitu pun dengan Rean dan Alea.

"Jaga Alea baik-baik Rean, dia sedang mengandung"

"Iya Bu"

Mereka pamit dan pergi meninggalkan rumah itu. Alea hanya diam dengan menatap keluar jendela seperti sebeumnya. Dia tidak ingin banyak berbicara karena takut Rean malah tidak suka dan marah.

"Kapan jadwal kau periksa kandungan lagi?"

Alea langsung menoleh, sedikit tertegun dengan suara Rean karena dia sedang melamun tadi. "Ah, lusa jadwal aku periksa"

"Tunggu aku pulang, aku akan antar"

Alea hanya diam, menatap Rean dengan sedikit kebingungan. Tapi, akhirnya Alea hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Pemeriksaan bulan sekarang dia akan pergi bersama suaminya, meski dia bukan Ayah dari bayi yang di kandungnya.

"Terima kasih" ucap Alea.

Setidaknya meski Rean sedikit kasar dan begitu dingin, tapi dia tetap mempunyai kepedulian pada Alea dan bayi dalam kandungannya. Meski hanya sedikit, tapi Alea senang.

Aku tahu kamu adalah pria yang hangat, tapi kamu menutupinya dengan sikap dingin itu, Kak Arthur.

Bersambung

Kayak ada yang aneh gak sih? kalian sadar gak? wkwk..

Tapi btw si Rean ini kenapa ya? Kok bolak balik kamar mandi, ngapain ya?