Siapa bilang mertua selalu identik dengan kata menindas dan kejam pada menantu, serta tak pernah akur?
Ini tidak terjadi pada Embun, seorang wanita lembut dan berbakti pada mertua setelah menikah dengan laki-laki bernama Gio. Tapi sayang beribu sayang. Hidup tak pernah sempurna, bukan?
Embun mendapatkan mertua luar biasa yang banyak di impikan para menantu, sayangnya ia malah mendapatkan suami pengkhianat.
Untungnya, mertuanya lebih membela Embun sebagai menantu dan memberi pelajaran pada putra kandung mereka sendiri. Namun, kejutan dari sang mertua membuat Embun tak bisa berkata-kata. Kedua mertuanya malah menjodohkan Embun dengan pria pilihan mereka, padahal ketuk palu perceraian belum terlaksana.
Apa yang terjadi selanjutnya, apa Embun menerima kehadiran pria baru pilihan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 14.
Dokter Anggun tersenyum ringan, dia menghampiri Adam.
“Ibu panti sedang masak, Embun ada di halaman samping lagi bacain dongeng buat anak-anak.“
“Aku udah ngeliat Embun, aku masuk mau naruh yang aku bawa. Ngomong-ngomong, kamu sedang apa disini dan tau darimana panti ini?“ Adam masih berwajah keheranan.
“Tadi pagi aku telepon Tante Hana, mau ajak makan siang bareng. Kebetulan hari ini jadwal visit-ku sore, pasien yang aku operasi juga sore. Terus pas aku telepon Tante Hana, Tante malah nyuruh aku pergi sama Embun kesini. Aku nggak bisa nolak Tante, lagian udah lama aku pengen datang ke panti asuhan tapi belum kecapaian. Jadi, aku ambil kesempatan ini...“
“Tante? Kamu kayaknya udah akrab sama Tante Hana..."
Anggun tersenyum lembut, “Aku udah tau Tante Hana dan Om Hendra yang rawat kamu sejak kecil setelah orang tua Mas Adam kecelakaan. Mas Adam juga udah anggap mereka orang tua kandung Mas, kan? Jadi aku hanya ingin lebih dekat dengan calon mertuaku, aku masih belum menyerah mengejar cintamu Mas.“
Adam tertegun, ia kira setelah semalam ia menegaskan penolakan nya Anggun akan menyerah.
Kenapa dia keras kepala sekali! Adam hanya bisa menghela nafas pelan.
“Sini, Mas. Aku bantu bagikan barang-barang yang Mas Adam bawa ke anak-anak. Mereka bahkan manggil aku Ibu... seneng banget ya bisa berbuat sesuatu buat mereka. Dipanggil Ibu aja, rasanya adem gitu Mas. Jadi pengen cepet-cepet punya anak dari Mas Adam deh..." goda Anggun.
Mata Adam semakin melebar, dia tak menyangka dibalik sosok Anggun yang bisanya terkesan kaku sebagai seorang Dokter bisa bicara urakan juga dan sembarangan.
Anak apanya, punya hubungan aja enggak!
“Makanya, cepetin halalin aku Mas...“ ucap Anggun seolah bisa membaca pikiran Adam. Dokter Anggun nyengir tanpa berdosa, tanpa aba-aba ia mengambil paper bag di kedua tangan Adam lantas berlalu pergi ke arah pintu samping yang menuju halaman dengan tawa kecilnya karena mengerjai Adam.
Adam masih melongo di tempat, dia dibuat tak berkutik.
“Astagfirullah, kenapa ada wanita aneh seperti dia...“ Adam mengeluus dada seraya beristighfar, ia geleng-geleng kepala lalu menuju dapur untuk bertemu Ibu Panti sebentar.
Sementara Anggun sudah menghampiri Embun, “Mas Adam datang, bawa ini.“
Embun tersenyum seraya menaruh buku dongeng di dipan ayunan, lalu berdiri dan mengambil satu paper bag dari tangan Anggun.
“Dokter Anggun bagikan paper bag satu lagi, saya bagi yang ini ke anak-anak.“ Embun membuka paper bag yang berukuran cukup besar, di dalam nya berisi pakaian baru anak-anak yang masih terbungkus plastik.
Anggun ikut membuka paper bag dan mengeluarkan isinya. “Aku tadi cuma bawa Forest Cake sama Red Velvet Cake, harusnya bawa barang-barang yang dibutuhkan anak-anak kayak baju baru ini ya.“
“Tidak penting apa bentuk barangnya, Dok. Selama kita ikhlas berbagi, sama saja.“ Embun masih tersenyum ramah, ia merasa Dokter Anggun adalah orang baik dan cocok dengan Adam. Bahkan juga cocok diajak berteman, sebab ternyata Dokter Anggun adalah pribadi yang supel.
Setelah membagikan satu persatu baju untuk anak-anak, Embun dan Anggun duduk di kursi panjang di halaman. Mereka memandangi anak-anak yang sedang bermain, anak laki-laki bermain bola sementara anak perempuan bermain boneka dan ada juga yang sedang menggambar. Tadi Anggun ikut menggambar dengan salah satu anak yang sudah terlihat bakat nya dalam melukis, hingga ia belepotan cat pewarna karena sambil bermain-main dengan anak itu.
“Apa kamu dari panti asuhan ini?“
“Iya, Dok.“
“Dari bayi?“
“Iya, kata Ibu Ranti aku dibuang sekitar usia 2 bulan.“
“Nggak niat cari orang tua kandung mu?“
“Enggak ada petunjuk sama sekali, aku dibuang di panti hanya memakai pakaian bayi seadanya tanpa barang apapun.“
“Sulit kalau begitu.“
“Aku udah pasrah, lagipula bagiku Ibu Ranti adalah ibu kandung ku. Lalu kedua mertuaku juga adalah orang tua kandung ku yang lain... aku sangat bersyukur dan tak menginginkan banyak hal lagi."
“Tante Hana kayaknya sayang banget sama kamu, padahal kamu sama anaknya udah cerai.“
“Aku sangat beruntung.“
“Kamu salah satu perawat yang mendapatkan penghargaan atas dedikasi, inovasi dan pelayanan luar biasa yang kamu berikan pada pasien. Banyak pasien yang memberi ulasan bintang 5 untuk pelayanan mu sebagai Nakes terbaik. Sayangnya... kamu malah mengundurkan diri saat akan menikah. Tapi menurutku, perbuatan baik dan ketulusan mu dalam melayani pasien menjadi buah indah untukmu sampai kamu mendapatkan mertua yang sayang banget sama kamu. Apalagi, mertua mu pernah kamu rawat di rumah sakit sampai mereka menginginkan mu jadi menantu mereka. Hanya saja sangat di sayangkan, suami mu seorang pecundang dan bajingaannn...!!!"
Embun tertegun mendengar Dokter Anggun mengumpat kasar, baru pertama kali dia mendengar nya sebab Dokter Anggun adalah wanita berkelas bahkan selalu bertutur kata baik.
“Kenapa? Aku nggak boleh mengumpat?“
Embun mengangguk dengan wajah masih tak percaya.
“Aku juga manusia kayak kamu loh, kita sama-sama makan nasi. Bahkan aku sering makan seblak sama para perawat kalau lagi istirahat, kadang minum kopi instan bareng sama mereka bukan hanya minum kopi dari kafe. Memangnya, kamu berpikir aku seperti apa?“
“Kamu biasanya bersikap elegan, seperti jauh dari kehidupan kami.“ Adam tiba-tiba menyela obrolan keduanya lalu ikut duduk di samping Embun. Di kursi panjang yang cukup untuk 3 orang itu, mereka duduk berhimpitan.
“Mas, geser dikit.“ Embun bicara pelan.
“Berhubung kursinya sempit untuk tiga orang, Dokter Anggun mending jaga anak-anak lagi. Bukannya kamu suka dipanggil Ibu sama mereka, saya mau bicara berdua sama Embun..."
“Jadi ceritanya aku diusir nih biar bisa berduaan, terus Mas Adam cari perhatian lagi sama Embun kayak semalam. Dih... Embun kan udah nolak pendekatan dari Mas Adam. Ups!“ Anggun buru-buru menutup mulutnya, ia juga tahu dari Mama Hana.
“K-kamu...!“ Mata Adam tampak kesal, sejak mulai berusaha mengejar Embun ia sering kali menjadi emosional karena ia takut kehilangan Embun kembali.
Dokter Anggun secepatnya bangun dari kursi, “Maaf, Mas. Nggak sengaja, mulutku kadang emang suka lemes... Ngomong asal-asalan.“
Dokter Anggun pun kabur dengan berlari ke arah anak-anak, lalu dia ikut bermain bahkan tertawa lepas. Tiba-tiba saja Dokter Anggun menoleh ke arah kursi taman, lantas mengedipkan sebelah matanya pada Adam.
Adam kembali dibuat geleng-geleng kepala dengan tingkah absurd Anggun yang seperti orang berbeda dari yang selama ini kenal.
“Dokter Anggun sangat sempurna sebagai wanita, cocok dengan Mas Adam. Sebaiknya Mas mulai membuka hati Mas Adam untuk Dokter Anggun, aku tetap dengan jawaban ku... aku menolak pendekatan dari Mas Adam. Maaf Mas...“
Baru saja Adam ingin membalas ucapan Embun, seseorang datang membawa banyak paper bag menghampiri mereka.
“Maaf, ini adalah kiriman dari Tuan Raja untuk anak-anak di panti. Tuan juga berpesan, agar Bu Embun menjaga diri baik-baik kehamilan Ibu, jangan sampai kecapean.“
“Uhuk!“ Embun tiba-tiba tersedak, dia sangat terkejut dengan kedatangan supir Raja dan juga pesan dari Raja. Tenyata Raja meminta supirnya kembali ke panti untuk mengirimkan barang sementara pria itu masih di rumah sakit.
Wajah Adam yang mulanya masih kesal karena ucapan Dokter Anggun ditambah kesal oleh penolakan Embun, semakin emosi saat mendengar pesan dari Raja untuk Embun.
Apa Raja juga serius ingin mendekati Embun? Tidak! Aku nggak boleh kalah dari Raja! Adam merasa harus lebih berusaha lagi mengambil hati Embun meski wanita hamil itu selalu menolak dirinya.
Tinggal Adam dan Anggun nih, yang sedang menuju ke arah pendekatan 😄✌
Karena gimanapun, Bram ayah kandung Embun kan? 😢