NovelToon NovelToon
DENDAM GUNDIK

DENDAM GUNDIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Kumpulan Cerita Horror / Dendam Kesumat / Balas dendam pengganti
Popularitas:134k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“ARRRGGGHHH! PANAAS! SAAKIIITT!”

Sekar Arum tak pernah membayangkan, setelah dipaksa menjadi gundik demi melunasi hutang orang tuanya, ia justru mengalami siksaan mengerikan dari para perempuan yang iri dan haus kuasa.

Namun, di saat dirinya berada di ambang hidup dan mati, sosok gaib mendekatinya. Roh sinden dari masa lalu yang menyimpan dendam serupa.

Arum akhirnya kembali dan menggemparkan semua orang-orang yang pernah menyakitinya. Ia kembali dengan membawa semua dendam untuk dibalas hingga tuntas.

Namun, mampukah Sekar Arum menumbangkan musuhnya yang memiliki kuasa?

Atau justru ia akan kembali terjerat dalam luka dan nestapa yang lebih dalam dari sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DG 34

Nyai Lastri menatap getir cincin emas berpermata mungil yang melingkar di jari manisnya. Cincin yang ia dapatkan bukan dari rasa cinta, melainkan dari rasa iba. Pemberian Juragan Karta—karena Nyai terus-menerus melayangkan tatapan penuh dengki pada Arum, yang siang itu dipasangkan kalung berlian mahal di lehernya.

“Pilih yang paling murah.”

Ucapan sang suami di toko emas siang tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. Nada suaranya yang datar dan dingin—tak sedikitpun berpaling menatapnya saat mengucapkan kalimat itu. Seolah harga dirinya hanya setara dengan perhiasan murahan yang digeletakkan di baki pinggiran.

‘Semua ini gara-gara kau, Sekar Arum. Semenjak kedatanganmu, Kang Mas Karta berubah total!’ sungut Nyai Lastri di dalam hati. ‘Tak apa, bersenang-senang lah kau dulu, Arum. Kau mungkin sedang merasa di atas awan dikarenakan adanya iblis lacur yang bersarang di tubuhmu. Namun, sebentar lagi—disaat kau tau ajal mu sudah dekat ... aku yakin, kau akan merangkak dan bersujud di kaki ku—memohon pengampunan!’

Nyai Lastri mengepalkan jemarinya, kuku-kuku panjangnya menancap ke telapak tangan. Rasa sakit fisik tak sebanding dengan rasa terbakar yang menjalar di dadanya. Sepanjang perjalanan pulang, ia habiskan untuk mengumpat saingannya.

Pandangan matanya tajam menusuk ke arah Arum, yang duduk anggun di hadapannya. Leher muda itu dihiasi kalung berlian yang memantulkan cahaya senja, seolah sengaja menari-nari dalam tiap hentakan roda.

Arum balas menatap—sorot matanya seolah menantang. Sekilas, ia menyunggingkan senyuman mengejek—jelas Arum tau, amarah di dada Nyai Lastri tengah berkobar. Namun, ia makin sengaja—memainkan bandul berlian dengan gerakan perlahan—membuat Nyai Lastri semakin terbakar.

Kereta kuda mulai melintasi area persimpangan jalan yang sangat sepi—rawan akan tindak kejahatan. Kecepatan kereta semakin bertambah, buru-buru ingin mencapai gerbang desa yang sudah terlihat dari kejauhan.

Namun, belum sampai kaki kuda mencapai titik aman—dua sosok bertopeng membawa parang panjang dan bambu runcing, sudah menghadang tepat di depan kereta. Kuda pun mendadak berhenti dan meringkik nyaring. Kuda mengamuk, membuat kereta terjungkal miring ke kanan—roda depannya menghantam batu besar di sisi jalan.

BRAK!

Dalam satu waktu—teriakan seketika membahana.

Arum terpental membentur dinding kereta. Nyai Lastri menjerit histeris sambil merangkul tas kecilnya. Juragan Karta membentak panik dari dalam, tubuhnya terjungkal ke lantai kereta—lalu jatuh dengan posisi bersujud di atas tanah.

“YA GUSTIIIIII!” pekik Juragan. Keningnya merembes darah segar.

“Kang Mas!” seru Arum dan Nyai Lastri.

Keduanya berhamburan, berusaha menolong Juragan. Namun, Nyai Lastri terpaksa menelan kasar ludahnya—manakala tangannya ditepis kasar oleh sang suami. Pria itu memilih menyambut uluran tangan sang gundik kesayangan. Sungguh sakit tak berdarah, itulah yang dirasakan Nyai Lastri kini.

Sementara Mbah Darsih dan Junaidi yang duduk di luar langsung meloncat turun untuk bertindak.

“Mau apa kalian?!” teriak Mbah Darsih. Tangannya menggenggam batu besar dengan gemetar. Jantungnya berdebar-debar.

Junaidi sudah mode siaga—dengan posisi kuda-kuda. Kedua tangannya mengepal di depan dada.

“Maju kalian!” desis si Mandor Tampan.

Salah satu sosok bertopeng mengacung-acungkan senjatanya. “Jangan sok hebat kau, Bung! Kami ini sangat ditakuti di daerah ini!”

CUIH!

Jun membuang ludah ke tanah. “Tak gentar aku melawan kalian!”

Junaidi menerjang lebih dulu. Gerakannya cepat dan presisi, seperti harimau yang siap mencabik mangsanya. Tanpa banyak basa-basi, tinju kanan langsung menghantam dada sosok bertopeng pertama, membuat tubuh pria itu terpental dan berguling di tanah—parang panjang yang dibawanya pun melayang ke rumput.

“Brengsek!” seru kawannya, lalu melompat maju, mengayunkan bambu runcing ke arah kepala Jun.

Namun, Junaidi sudah lebih dulu memutar badan, menunduk dan menyapu kaki lawannya dengan tendangan rendah. Sosok bertopeng itu terjerembab, wajahnya menghantam lumpur.

“Kalian ini cuma pencuri kampungan!” desis Jun, melompat ke atas badan musuhnya dan menghujani dengan pukulan bertubi-tubi.

Mbah Darsih mundur teratur, ia berjaga di depan para majikannya—mengandalkan batu besar dalam genggaman.

Nyai Lastri sudah menggigil tak karuan, wajahnya pucat pasi. Juragan Karta sendiri masih meringis kesakitan, punggungnya terbentur cukup keras saat kereta terjungkal.

Sementara Arum, ia menatap tajam ke arah Junaidi yang sedang baku hantam.

“Mandor Jun, awas di belakang mu!” teriak Arum tiba-tiba.

Junaidi spontan berbalik, menghindar setengah detik sebelum parang itu membabat ke arah lehernya. Ia menangkis dengan lengan bawah, meski membuat kulit tangannya tergores dalam. Darah merembes cepat.

Namun, Jun tak mundur. Dengan teriakan pendek, ia menyikut perut lawan lalu mengangkat tubuh pria bertopeng itu dan membantingnya keras ke tanah.

Dua lawan, terkapar seketika.

Semuanya menghembus napas lega. Mereka kira, semua ini sudah selesai. Namun siapa sangka, dari balik semak belukar, ranting-ranting bergerak aneh—sebuah bayangan muncul tanpa suara. Langkahnya pelan, tapi pasti.

Benda tajam tiba-tiba melingkar di leher Arum—sebilah sabit kecil dengan lengkungan halus, sudah menempel erat ke kulit halusnya. Arum membeku. Dadanya naik turun cepat.

“Lepas! Lepaskan aku!” Arum menjerit manakala benda tajam yang menempel di lehernya, nyaris mengiris perlahan.

Semuanya serentak menoleh.

“Kalau tak mau gadis ini mati, jangan macam-macam kalian!” desis sosok itu. Suaranya parau, tersembunyi di balik penutup wajah kain hitam. Tangannya gemetar, tapi sabit itu tetap menempel kuat.

Juragan Karta tersentak—memegang dadanya dengan wajah panik. “D-dik Arum?!”

Nyai Lastri menatap adegan itu dengan senyuman samar. Darahnya berdesir. Ia berseru di dalam hati, ‘bunuh dia! Cepat bunuh gundik sialan itu!’

“Kang Mas, tolong saya, hiks ....” Arum mulai meneteskan air mata. Bibirnya bergetar hebat.

Nyai Lastri terbahak-bahak di dalam hati. ‘Tolong? Hahaha, mana mungkin pria tua pengecut itu akan menol—’

Namun, manik perempuan tua itu langsung membeliak saat melihat Juragan Karta tiba-tiba berjalan mendekat ke arah Arum. Tanpa senjata, tanpa akal sehat—bak tersihir.

“Jangan mendekat kau, Kakek Tua! Kau benar-benar ingin perempuan ini mampus, ha?!” Si Perampok semakin menekan kuat sabitnya, darah segar sedikit mengalir di leher mulus Arum.

Sekar Arum meringis kesakitan, Juragan pun terkesiap. Pria langganan minyak urut itu berlutut di atas tanah. Lutut celananya basah oleh tanah lembap, tapi ia tak peduli. Kedua telapak tangannya mengatup, gemetar, seolah sedang memohon pada dewa kematian agar menjauh dari perempuan yang kini paling ia sayangi.

“Tolong ... tolong jangan apa-apakan dia ... jangan sakiti Dik Arum ku. Ambil saja apa yang kau mau! Uang, emas, perhiasan—semua akan kuberikan! Tapi lepaskan dia ... kumohon.”

*

*

*

1
❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈🍒⃞⃟🦅
mestien sih dingamtung kek jemuran q anger ora garing 🤣🤣🤣
❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈🍒⃞⃟🦅
nahh serta apa cobaaa
Kareema Humaira☆⃝𝗧ꋬꋊ
g rela kalo tamat. tp kalo g tamat g bakal tau kelanjutannya/Grimace/
Kareema Humaira☆⃝𝗧ꋬꋊ
g sabar nunggu kelanjutan nya nel/Bye-Bye/
Wisell Rahayu
ditunggu up ny blm ada²/Facepalm//Facepalm/
Dae_Hwa💎: wkwkwk bentar lagi cintaaaa
total 1 replies
FiaNasa
lah kan tusuk kondemya udah dipake sama Arum waktu membunuh si Atun kan
Dae_Hwa💎: beda sista
total 1 replies
FiaNasa
kek nya orang misterius itu pak mandor deh
FiaNasa
ngeri amat nih,,,hiiii
Bunggo Sikumbang
di tggu thor.
Dae_Hwa💎: Asiappp
total 1 replies
Nike Raswanto
huaaaa /Sob//Sob//Sob/
Dae_Hwa💎: /Cry/
total 1 replies
Nike Raswanto
baca nya siang bolong,,,tapi masih ngeri ngeliat yg gtu² /CoolGuy//Sob/
Nike Raswanto
alamakkk....sadisnya mreka 😱
Nike Raswanto
oooo...ternyata istri tuenya juga ikut andil supaya mreka pada mandul 🤔
Dae_Hwa💎: Betul.
total 1 replies
Nike Raswanto
baru mampir thor 🤗
Dae_Hwa💎: Semoga betah, Kakak.
total 1 replies
Anggita
Yeeee akhirny bella dan edwin akan muncul lgi thor, trmksih /Drool//Drool//Kiss//Kiss/
Dae_Hwa💎: /Heart/
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
mudah²an larasmi nolong arum
Dae_Hwa💎: Semogaaaa
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
sehat² thor jgn dipaksakan istirahat total dlu🥰
💕Bunda Iin💕: udah periksa tah thor...kata dokter sakit apa?
Dae_Hwa💎: Sakitnya ilang timbul 🥲 sehari sehat, sehari kumat 🥲
total 2 replies
💕Bunda Iin💕
aaaaa benar² jahat kau giman
💕Bunda Iin💕: benar thor panggil babang tamvan edwin🥰💖
Dae_Hwa💎: Wajib dicincang Edwin
total 2 replies
💕Bunda Iin💕
wow tersiksa sekali anda lastri😱😂ko ak senang ya klo anda tersiksa lastri😂
Dae_Hwa💎: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
merkotop dah arum pemikiran nya👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!