Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12: Pesta di Negeri Dongeng
Kalender digital di meja kerja Atlas menunjukkan tanggal 20 Oktober.
Atlas menatap tanggal itu lama sekali. Ingatannya terlempar ke tanggal yang sama setahun lalu. Saat itu, mereka merayakan ulang tahun Orion ke-19 di kamar kos sempit.
Menu ulang tahun mereka waktu itu: Satu bungkus mie instan rebus yang dibagi dua, ditambah satu butir telur yang diiris tipis-tipis. Tidak ada kue tart. Tidak ada lilin. Atlas hanya menancapkan korek api kayu di atas gumpalan mie, menyalakannya sedetik, lalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan suara serak menahan tangis.
Saat itu, Orion tersenyum dan berkata, "Makasih Kak. Ini mie paling enak sedunia."
Hati Atlas hancur mengingat senyum itu. Senyum tulus di tengah penderitaan.
"Tuan?"
Suara Sebastian membuyarkan lamunan Atlas.
"Besok tanggal 21. Ulang tahun Nona Orion yang ke-20," gumam Atlas. Dia menoleh ke kepala pelayannya. "Sebastian, kamu punya waktu 24 jam."
"Untuk apa, Tuan?"
"Ubah The White Manor menjadi Negeri Dongeng. Aku mau pesta ulang tahun termegah yang pernah dilihat mata manusia. Bukan pesta untuk pamer ke orang kaya lain, tapi pesta khusus untuk Orion."
"Anggarannya, Tuan?"
Atlas menyeringai tipis. "Apa langit punya batas anggaran? Habiskan semaumu. Asalkan adikku tersenyum, bakar saja uangnya."
Sebastian membungkuk dalam, matanya berkilat penuh semangat. "Saya mengerti. Saya akan mengerahkan seluruh koneksi Royal Hotel Group dan vendor terbaik di Asia."
21 Oktober - Pukul 18.00 WIB
Matahari mulai terbenam di ufuk Jakarta. Orion baru saja selesai didandani oleh tim stylist di kamarnya.
"Kak Atlas mana sih? Kok seharian nggak kelihatan?" gerutu Orion sambil mematut diri di cermin. Dia mengenakan gaun malam berwarna champagne gold yang berkilauan seolah ditaburi serbuk berlian. Di kepalanya, tersemat tiara kecil yang manis.
"Tuan Atlas menunggu Nona di taman belakang," kata seorang pelayan wanita sambil tersenyum misterius.
Orion berjalan menuruni tangga marmer, lalu menuju pintu kaca besar yang menghubungkan ruang tengah dengan halaman belakang.
Pintu terbuka otomatis.
Dan napas Orion tercekat.
Halaman belakang The White Manor yang seluas 2.000 meter persegi itu telah lenyap. Digantikan oleh Hutan Ajaib.
Ribuan lampu LED kecil digantung di setiap ranting pohon trembesi, menciptakan ilusi seperti ribuan kunang-kunang. Kabut buatan (dry ice) mengalun lembut di atas rumput, memberikan efek seperti berjalan di atas awan.
Bunga-bunga mawar putih, lily, dan hydrangea didatangkan segar dari Belanda, menutupi hampir setiap jengkal pagar, menyebarkan aroma wangi yang memabukkan.
Di tengah taman, di atas panggung kaca di atas kolam renang, sebuah orkestra simfoni (50 orang pemain musik) sedang memainkan melodi Disney yang lembut secara live.
"Selamat Ulang Tahun, Tuan Putri."
Atlas muncul dari balik kabut. Dia mengenakan setelan jas putih tuxedo yang membuatnya terlihat seperti pangeran sungguhan.
Orion menutup mulutnya dengan kedua tangan. Matanya berkaca-kaca.
"Kak... ini... ini rumah kita?"
"Malam ini, ini dunia kamu," jawab Atlas lembut.
Dia menuntun Orion berjalan melewati jembatan kaca di atas kolam. Tidak ada tamu undangan yang berisik. Tidak ada sosialita palsu yang mencari muka. Pesta ini privat. Hanya ada para staf yang berbaris rapi sambil bertepuk tangan, Dr. Susan yang tersenyum haru, dan Sebastian yang memimpin toast.
Atlas mendudukkan Orion di meja makan VVIP di tengah taman. Chef bintang lima dari hotelnya menyajikan hidangan satu per satu.
Tapi Atlas belum selesai. Menu utama belum disajikan.
"Rion," panggil Atlas setelah mereka selesai menyantap dessert.
"Ya, Kak?" Orion menyeka sudut matanya yang basah. "Makasih ya, Kak. Ini berlebihan banget... Aku nggak butuh semua ini, asal ada Kakak aku udah seneng."
"Kakak punya satu hadiah lagi. Coba lihat ke langit."
Orion mendongak ke langit malam Jakarta yang gelap.
Tiba-tiba, dari kejauhan, terdengar suara dengungan halus.
Ribuan titik cahaya muncul dari balik gedung pencakar langit. Itu bukan bintang. Itu adalah 3.000 Drone yang terbang dalam formasi presisi.
Drone-drone itu menari di langit, membentuk gambar-gambar bergerak:
Gambar Atlas dan Orion kecil berpelukan.
Gambar kue ulang tahun raksasa.
Gambar bunga mawar yang mekar.
Dan terakhir, drone itu membentuk tulisan raksasa yang membentang di langit Jakarta, bisa dibaca oleh jutaan orang di kota itu:
HAPPY 20th BIRTHDAY, ORION.
MY BELOVED SISTER.
Orion terisak. Kali ini dia benar-benar menangis. Bukan tangis sedih, tapi tangis bahagia yang meledak-ledak. Tangis karena merasa dicintai sebegitu besarnya oleh satu-satunya keluarga yang dia miliki.
Atlas berdiri, memeluk adiknya yang gemetar.
"Dulu Kakak cuma bisa kasih korek api di atas mie instan," bisik Atlas di telinga adiknya. "Maaf ya, Kakak telat kasih kebahagiaan ini."
Orion menggeleng kuat di pelukan kakaknya. "Kakak nggak pernah telat. Kakak yang terbaik."
Di retina Atlas, notifikasi emas meledak.
[CRITICAL HIT!!!]
[Tangis Bahagia Murni Terdeteksi!]
[Ikatan Batin Maksimal.]
[Hadiah Ulang Tahun Spektakuler.]
[REWARD: +5.000 Wealth Points (WP)]
[BONUS SPECIAL: 1x Tiket Gacha 'Divine Item' (Item Dewa - Acak)]
Atlas tersenyum lebar. Lima ribu poin dalam satu malam. Tabungan WP-nya sekarang 6.500. Masih jauh dari 1 Juta, tapi progresnya nyata.
"Tunggu, belum selesai," Atlas melepaskan pelukannya, lalu mengeluarkan kotak beludru biru kecil dari sakunya.
"Ini kado fisiknya."
Atlas membukanya. Di dalamnya, terbaring sebuah kalung platinum dengan liontin berlian biru langka berbentuk tetesan air.
"The Heart of Ocean" (Replika asli, dibeli dari lelang privat di London seharga 200 Miliar Rupiah tadi pagi).
Atlas memakaikan kalung itu di leher jenjang Orion. Berlian itu bersinar kontras dengan kulit pucatnya, membuatnya terlihat semakin anggun.
"Ini jimat pelindung," kata Atlas. "Selama kamu pakai ini, kamu harus ingat: Kamu itu berliannya Kakak. Nggak ada yang boleh nyakitin kamu."
Orion memegang liontin dingin itu. "Aku janji, Kak. Aku nggak akan lepasin."
Pesta berakhir dengan pesta kembang api yang ditembakkan dari atap rumah, menutup malam itu dengan sempurna.
Orion tertidur di sofa taman karena kelelahan, dengan senyum yang masih tersungging di bibirnya. Atlas menggendongnya kembali ke kamar tidur.
Malam itu, Jakarta heboh. Video Drone Show ucapan ulang tahun itu viral di TikTok dan Instagram. Semua orang bertanya-tanya: "Siapa itu Orion? Siapa Sultan gila yang membakar uang miliaran cuma buat ucapan ulang tahun?"
Tanpa sadar, Atlas telah menempatkan Orion di sorotan publik.
Dan sorotan publik... selalu mengundang dua hal: Pengagum, dan Pembenci.