Rocella gadis berusia 24 tahun, yang dijual oleh ayahnya sendiri pada seorang mafia berpengaruh di dataran Amerika dan Eropa. Kehadiran orang ketiga dalam keharmonisan keluarga menghancurkan semuanya, hidupnya hancur seketika kala ayahnya berselingkuh. Ibunya meninggal dunia karena syok dan kakak laki-laki yang tiba-tiba menghilang dihari kematian ibunya, dan demi membalaskan rasa sakit itu Roce mulai bersekutu dengan mafia yang telah membelinya. Bertekad untuk membalaskan semua dendamnya kepada ayah dan wanita selingkuhannya.
"Aku punya segalanya maka manfaatkan aku yang hanya bisa kamu miliki." ~Killian Leonardo Dextor (Killian Victorious Leonardo De Dextor)
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
Latar cerita Eropa dan Amerika kalau emang nggak suka budaya mereka skip aja ya guys ya, love you all♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GraceAnastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bualan Buaya
Roce membuka matanya, mengedipkan perlahan mengamati langit-langit ruangan yang terasa begitu asing baginya. Namun saat akan menggerakkan badannya, dia melihat Killian masih tertidur lelap memeluknya erat seolah tidak menginginkannya pergi. Saat menoleh ke arah nakas, disana handphonenya diletakkan. Dengan sedikit kesusahan Roce mengambilnya, disana dapat Roce lihat jam menunjukkan pukul 6 pagi waktu setempat.
"Italia?" Lirihnya, "Apakah ini mansion yang Killian katakan?"
Perlahan Roce menyingkirkan tangan Killian, sebelum beranjak dari tempat tidur Roce menyempatkan diri mencium pipi Killian. Tampaknya Killian begitu kelelahan dan mungkin baru tidur melihat betapa lelapnya tertidur tanpa terusik sedikit pun. Sebelum keluar Roce pergi ke ruang ganti untuk mengambil celana milik Killian untuk dirinya gunakan. Akhirnya Roce mengenakan celana pendek berwarna hitam dipadukan dengan kemeja hitam.
"Sepi banget yah." Gumamnya.
"Wah cantik banget." Kagumnya melihat bagaimana arsitektur bangunan itu yang terlihat begitu mahal dan berkelas.
Namun lorong panjang terasa begitu terasa menyeramkan karena kurangnya warna dari dekorasi, "Kayanya disini bagus deh dipajang foto."
Tatapan Roce tertuju pada tangga melingkar menuju bawah yang terasa begitu mewah, saat melihat ke atas banyak lukisan serta pahatan patung. Kaki beralas sandal rumah miliknya dengan anggun menuruni tangga, berjalan layaknya putri kerajaan.
"Dapur dimana yah?" Gumamnya mencari dapur, hey tidaklah mudah menemukannya di tempat sebesar itu.
Saat akan melangkahkan kakinya seseorang memanggilnya.
"Nona Roce,"
Roce menoleh, dihadapannya sudah ada salah satu tangan kanan Killian.
"Oh hai, Pablo?"
Pablo tersenyum tipis, rupanya nonanya sangat mudah mengenali orang.
"Iya, ada bisa saya bantu?"
"Dapur aku ingin ke dapur, bisakah kau menunjukkannya?" Tanya Roce, "Tentu mari saya antarkan."
Roce mengikuti langkah Pablo, sesampainya di dapur Pablo izin pergi.
"Maaf nona izin pergi terlebih dahulu, mungkin ada yang perlu dibantu lagi?" Roce menggeleng, "Tidak,"
"Baik nona saya permisi."
"Ya, terima kasih." Setelah Pablo pergi, Roce membuka kulkas.
Hari ini Roce akan memasakkan makanan untuk Killian, yang Killian akan marah kepadanya karena sudah masak sendiri. Tapi berhubungan Killian masih tidur tidak apakan, lagipula Roce sangat ingin makan masakannya sendiri.
"Masak apa yah?"
Saat sedang berpikir di depan kulkas Roce di kejutkan dengan kedatangan 4 orang pelayan yang menawarkan bantuan padanya.
"Selamat pagi nona, ada yang bisa kami bantu?"
"Ya aku ingin makan Ratatouille dan beberapa makanan Prancis lainnya, bisakah kalian membantuku?"
"Baik nona."
Roce di bantu keempat pelayan untuk membantu menyiapkan menu sarapan, entahlah hari ini Roce rasanya sangat ingin memakan makanan Prancis.
Saat yang lain sedang menyiapkan bahan-bahan, mata Roce tertuju pada sebuah brownies yang masih utuh di dalam kulkas.
"Em bisakah aku memakan ini?" Tanya Roce, ya pikirnya itu milik salah satu dari mereka mengingat dirinya baru ada hari ini.
"Tentu nona, semua milik nona."
Dengan senang Roce mengambilnya, membawanya ke meja pantry.
"Hem enak," Gumam Roce sambil menggoyangkan kepalanya menikmati rasa brownies yang begitu lumer di mulutnya.
Para pelayan yang melihatnya menggelengkan kepala, tadi saja Roce terlihat begitu antusias memasak. Tapi lihatlah sekarang malah begitu menikmati makanannya, tapi itu lebih baik dari pada tuan mereka marah. Karena mereka tahu wanita di hadapan mereka adalah wanita kesayangan tuannya, jadi apa yang wanita itu inginkan harus di turuti.
Merasa ada yang kurang Roce kembali membuka kulkas, mengambil buah Strawberry yang masih dalam pack.
"Apakah ada coklat panas?" Salah satu pelayan mengangguk, "Ada nona, ingin saya buatkan?" Roce mengangguk.
"Iya aku mau,"
"Biar saya cucikan strawberrynya nona." Ujar lainnya, yang melihatnya.
"Ah ya terima kasih maaf merepotkan," Ujar Roce tak enak, "Sudah tugas kami nona." Balas mereka.
Setelah mendapatkan strawberry dan coklat panasnya, Roce kembali ke meja pantry.
"Sepertinya aku akan memasak lain kali." Gumam Roce sambil menikmati paginya dengan brownies, strawberry, dan coklat panas.
Saat sedang memainkan handphone menonton video random, Roce merasakan kecupan hangat di pipi kanannya. Tanpa melihat orangnya Roce tahu itu siapa, Killian mendudukkan dirinya di sebelah Roce memeluknya dari samping dengan begitu posesif.
"Kenapa sudah bangun hm?" Tanya Roce menyisir rambut berantakan Killian dengan tangannya.
"Tidak ada kamu," Ujarnya manja, Killian terlihat begitu tampan dengan celana pendek hitam dengan kemeja hitam sama seperti Roce.
"Manjanya," Gumam Roce saat Killian menjatuhkan wajahnya di atas dada Roce.
"Biar cuma masa kamu." Roce gemas dengan Killian, sepertinya dia memiliki 2 bocah Killian dan Thania mau tidak mau Roce harus bersabar.
Killian menatap Roce yang kini juga tengah menatapnya, Killian mendekatkan wajahnya pada wajah Roce. Menciumnya lembut, namun lumatan itu semakin dalam penuh perasaan.
Para pelayan yang tadinya menoleh langsung mengalihkan pandangan melihat bagaimana dengan brutalnya tuannya mencium nonanya.
Roce di buat kewalahan oleh Killian yang semakin menuntutnya, dengan kesal Roce menghindar mengakhiri ciuman itu.
"Ck!" Decak Killian kesal, hey lihatlah sekarang bahkan Killian melayangkan tatapan datar pada Roce.
Tak mau kalah Roce juga sama datarnya dengan Killian, "Apa mau marah!" Omel Roce, seketika nyali Killian menciut.
Killian menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak jadi marah sayang El." Ujarnya beringsut memeluk Roce dengan begitu manja.
Roce merotasi matanya namun tangannya tetap mengusap punggung tegap Killian yang terus menempel padanya.
"Mau?" Tanya Roce saat Killian melihatnya seolah menginginkan yang Roce makan.
Killian tak menjawab tapi langsung membuka mulutnya, Roce menghela nafas. Tapi tetap menyuapi Killian brownies, Killian mengunyahnya dengan tetap menatap Roce lekat. Memperhatikan bagaimana wanita itu begitu sabar mengurusnya, asal Killian tahu saja jika Killian orang lain mungkin Roce sudah menendangnya ke palung Mariana.
"Enak?" Tanya Roce, "Tidak, tapi karena El suapin jadinya enak banget." Roce mendatarkan wajahnya mendengar gombalan gembel Killian.
"Belajar darimana kata-kata menjijikkan itu?" Dengan polos Killian menjawab, "Aaron bilang wanita harus diberi kata-kata manis setiap harinya."
Pantas saja tidak benar, batin Roce. Playboy seperti Aaron memang jagonya merayu wanita-wanita cantik bahkan dengan kalimat murahan.
"Tidak usah belajar darinya itu cukup mengelikan." Jelas Roce dengan patuh Killian mengangguk.
Guys latar cerita ini budaya barat ya, kalau emang kalian merasa ini melenceng dari budaya kita it's okey emang ini faktanya. Jadi kalau emang nggak suka bisa langsung skip ya say, see you guys.