Mengandung Benih Pria Beristri

Tangan David kemudian terulur, mengusap lembut pipi citra yang masih merona. Matanya memancarkan kelembutan yang belum pernah citra lihat sebelumnya.

"Aku tidak akan pergi jauh. Aku akan menunggu mu di sini, " bisiknya, dengan suaranya yang rendah dan penuh janji.

Citra mengangguk lagi, hatinya berdesir hangat. Rasa malu yang tadi menyelimuti nya kini bercampur dengan kebahagiaan yang meluap- luap. Dia tidak pernah membayangkan bisa merasakan perasaan seperti ini, terutama dengan David, pria yang dulunya terasa begitu jauh dan misterius.

Saat David akhirnya keluar dari ruang ganti, Citra menarik napas dalam-dalam. Dia mengambil salah satu gaun yang David belikan, gaun berwarna pastel dengan detail renda yang halus. Gaun itu terasa lembut di kulitnya, dan saat dia memakainya, dia merasa seperti Cinderella yang baru saja mendapatkan gaun impiannya.

Dia mematut diri di depan cermin, senyum tipis terukir di bibirnya. Gaun itu sangat pas di tubuh nya, menonjolkan lekuk tubuh nya dengan elegan namun tidak berlebihan dan tetap sopan di lihat. Ini adalah pertama kalinya dia memakai gaun yang begitu indah, gaun yang di berikan oleh seseorang yang mencintainya.

Dengan ragu- ragu, citra membuka pintu ruang ganti. David sedang duduk di sofa, membaca majalah.Saat citra muncul, matanya langsung tertuju padanya. Majalah di tangannya terjatuh ke lantai dan dia berdiri, matanya terpaku pada Citra.

Wajahnya menunjukkan ekspresi yang sulit di baca. Campuran antara takjub dan kekaguman, sebenarnya David pernah menunjukkan tatapan yang serupa saat citra memakai kebaya di hari ijab kabul mereka waktu itu, namun saat itu David masih berusaha menahannya mengingat dia kira hubungan mereka ini hanya akan menjadi hubungan bisnis tapi siapa yang mengira hari ini dia benar-benar jatuh cinta yang kesekian kalinya dengan perempuan itu.

Citra merasa sedikit gugup di bawah tatapan itens nya, tetapi pada saat yang sama dia merasa bangga.

"Bagaimana? " tanya citra pelan, suaranya sedikit bergetar.

David tidak menjawab segera, melainkan dia berjalan mendekat, matanya tidak pernah lepas dari citra. Saat dia sudah berada di depannya, dia mengangkat tangannya dan menyentuh gaun itu dengan lembut.

"Kau... kau sangat cantik, " bisiknya, suara nya serak karena emosi. "Sangat, sangat cantik. "

Pujian tulus dari David membuat pipi citra kembali merona. Dia menundukkan kepala, mencoba menyembunyikan senyum nya.

"Terimakasih, " gumamnya.

David mengangkat dagu citra dengan lembut, memaksanya untuk menatap matanya. Matanya yang penuh dengan cinta dan kekaguman yang mendalam.

"Ini... ini adalah gaun yang paling indah yang pernah kau pakai, " Kata David, suaranya penuh makna. "Tapi kau... kau bahkan lebih indah dari gaun ini. "

Jantung citra berdebar kencang, dia tidak pernah mendengar David berbicara seperti ini sebelumnya. Kata- katanya begitu tulus dan menyentuh, membuat hatinya meleleh.

David kemudian menarik citra ke dalam pelukannya. Pelukannya erat dan hangat, membuat citra merasa aman dan di cintai. David membenamkan wajahnya di rambut citra, menghirup aroma shampo yang lembut.

"Aku sangat mencintai mu, Citra, " bisiknya di telinganya. "Sangat mencintai mu. "

Citra balas memeluknya erat, air mata kebahagiaan menggenang di matanya. Dia tidak pernah menyangka bisa menemukan cinta yang seperti ini, cinta yang sangat tulus dan dalam.

"Aku juga mencintai mu, tuan. " bisiknya kembali, suaranya teredam di dada David. "sangat mencintai mu. "

Mereka berdiri seperti itu untuk beberapa saat, menikmati kebersamaan dan kehangatan pelukan mereka. Dunia di sekitar mereka seolah berhenti berputar, hanya ada mereka berdua di momen yang penuh cinta dan kebahagiaan ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu di rumah sakit, Hans masih meraung dengan kesakitan dan kemarahannya. Perban di tangannya terasa panas, dan rasa sakit fisik bercampur dengan rasa sakit emosional yang membakar hatinya.

"Tommy, kau yakin tidak ada cara untuk menghubungi flora?! " tanyanya dengan suara serak.

Tommy menelan ludah. "Sudah saya coba tuan. Tapi nomornya tidak aktif. "

Hans menggeram. "Pasti sengaja di matikan. Pasti si breng* sek itu yang menyuruhnya! "

Dia menendang meja kecil di samping ranjang nya, membuat benda yang berada di atasnya seketika berhamburan, ini adalah barang kesekian yang menjadi korban pelampiasan amarahnya. Tommy sampai melompat mundur, takut ikut terkena amukan Hans.

"Tenangkan diri anda, tuan, " kata Tommy dengan hati- hati. Nanti akan saya coba hubungi lagi, mungkin nona muda hanya sedang sibuk. "

Hans tidak mendengarkan, dia berdecih keras, sekarang di pikiran dan hatinya hanya ada dendam yang harus segera di wujudkan. Lantas sekonyong-konyong, salah satu bawahan kepercayaannya datang, dengan tergopoh- gopoh dan wajah panik.

"Tuan, tuan Hans, gawat!" Si bawahan mengatur napasnya yang ngos- ngosan.

"Ada apa? " Hans melirik tajam.

"Kejadian semalam yang menimpa anda di club, sekarang sudah menjadi trending topik tuan! beritanya sudah ada di mana-mana, bahkan beberapa artikel membuat spekulasi sendiri yang itu bisa membuat reputasi anda hancur!"

Dalam hati Tommy menggeram kesal. "Dion bodoh, diamlah. Kenapa di saat situasi seperti ini kau malah menambah perkara?! " Geramnya pada dion dengan melirik sewot.

Apa yang baru saja di laporkan dion semakin memantik api amarah di dalam dada Hans. Dia ingin segera memberikan ultimatum dan memecat dion dari pekerjaan namun seper kian detik kemudian Hans malah bergeming seolah sedang memikirkan sesuatu.

"Benar juga! sekarang aku tahu bagaimana cara untuk membalas dendam si jallang itu! " Hans tersenyum miring memikirkan sebuah ide cemerlang di otaknya.

"Dion! "

"Ya tuan! "

"Kau bilang sekarang berita tentang ku sedang menjadi trending topik di mana-mana, kan?! "

"Ya tuan, anda benar. "

Hans tersenyum miring. "Sekarang aku akan memberikan tugas untuk mu. "

"Apa itu tuan? "

"Sewa pemburu berita terkenal, putar balikkan keadaan. Berikan narasi seolah-olah aku sedang membela adikku yang di ceraikan begitu saja oleh David dan penyebabnya adalah si jallang itu yang menjadi penghancur hubungan mereka. "

Senyum Hans semakin terlihat mengerikan. "Buat seolah-olah aku adalah pahlawan nya yang sedang membela martabat adikku di depan manta suaminya dan pelakorr yang merebut suaminya itu. "

"M- maksud tuan, tuan akan membuat seolah-olah wanita itu yang bersalah?"

Hans tertawa. "Tepat sekali. Balas dendam ku bukan lagi menyerang fisiknya tapi psikisnya. Aku akan membuat dia di publik enemy dan orang-orang akan menghujat nya, hahaha! "

"Lalu karena tekanan emosional itu, dia akan menderita! " Hans tertawa licik. "Di tambah popularitas adikku bukankah cukup membuat berita itu akan semakin terkenal?! "

Tommy dan dion saling melirik, mereka ikut tersenyum puas dengan ide yang baru saja di berikan tuan mereka.

"Baik tuan, akan saya laksanakan kalau begitu! "

Dion segera berlalu untuk menjalankan perintah.

Tawa Hans kemudian berubah menjadi senyum yang kejji. "David, bersiaplah! kau tidak tahu saja siapapun yang pernah bermasalah dengan ku pasti akan mendapatkan balasan yang berkali-kali lipat. Kali ini apa yang kau lakukan untuk melindungi wanita mu itu? "

****