Nayla hidup dalam pernikahan penuh luka, suami tempramental, mertua galak, dan rumah yang tak pernah memberinya kehangatan. Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan merenggut tubuhnya… namun tidak jiwanya.
Ketika Nayla membuka mata, ia terbangun di tubuh wanita lain, Arlena Wijaya, istri seorang pengusaha muda kaya raya. Rumah megah, kamar mewah, perhatian yang tulus… dan seorang suami bernama Davin Wijaya, pria hangat yang memperlakukannya seolah ia adalah dunia.
Davin mengira istrinya mengalami gegar otak setelah jatuh dari tangga, hingga tidak sadar bahwa “Arlena” kini adalah jiwa lain yang ketakutan.
Namun kejutan terbesar datang ketika Nayla mengetahui bahwa Arlena sudah memiliki seorang putra berusia empat tahun, Zavier anak manis yang langsung memanggilnya Mama dan mencuri hatinya sejak pandangan pertama.
Nayla bingung, haruskah tetap menjadi Arlena yang hidup penuh cinta, atau mencari jalan untuk kembali menjadi Nayla..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erunisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Davin memperhatikan istrinya yang sedang berada di depan lemari yang isinya sepatu miliknya,sepatu high hells favorite Arlena yang berjejer di lemari, dan yang membuat Davin heran adalah, Arlena sedang menurunkan semua sepatunya itu sambil memegang ponsel.
"Sayang, kamu lagi ngapain?" tanya Davin yang penasaran.
"Ini loh mas, ini semua kan ngga di pakai. Jadi mau aku jual lagi, aku lihat di internet harga jualnya lumayan, apalagi ini kondisinya masih bagus." jawaban Arlena membuat Davin tercengang, pasalnya sepatu-sepatu itu Arlena ada yang membelinya di luar negeri, bahkan ada yang limited edition.
"Kamu serius sayang?" tanya Davin
gerakan Nayla terhenti. Dan kemudian Nayla berpikir, kalau dia hanya sementara di tubuh Arlena, nanti Arlena kembali dan mencari dimana barang-barangnya, Nayla berpikir itu pasti akan menimbulkan masalah.
Nayla mengurungkan niatnya, dan kembali menata sepatu sepatu itu ditempat semula, "Engga jadi mas, siapa tahu suatu hari nanti butuh."
Davin hanya mengangguk, Davin benar-benar ada kepribadian lain pada istrinya.
"Oh ya mas, aku boleh beli baju? Aku kurang nyaman pakai baju yang ada, kayak ngga cocok." kata Nayla.
"iya boleh." meskipun bibirnya mengatakan boleh, tapi otak Davin bingung, semua baju yang ada adalah Arlena yang beli sendiri, bisa-bisanya sekarang bilang tidak cocok.
"Sekarang boleh? Sekalian ajak Xavier, kemarin Xavier minta ke playground, tapi kan gagal, gara-gara terlalu lama di rumah Edo." Arlena memasang wajah kesal.
"Eh mas, kamu ngga ke kantor?" Arlena baru ingat kalau sampai sekarang suaminya masih di rumah.
"Engga, lagi ngga ada keperluan."
"Enak kalau jadi bos, kalau karyawan, mana bisa sesantai ini." gumam Nayla yang masih bisa didengar oleh Davin.
"Kamu bilang apa?"
"Engga bilang-bilang apa apa mas, cuma bilang aku cinta kamu."
Davin melongo mendengar jawaban Arlena, karena ini adalah hal langka, Arlena tiba-tiba bilang cinta.
"Apa sayang? Coba ulangi."
"Ganteng-ganteng tapi budek, Aku cinta kamu mas." kata Nayla lagi dan Arlena tidak menyangka kalau Davin langsung mendekat dan menciumnya. Arlena yang tidak siap tentunya melakukan perlawanan, tapi semakin melawan, Davin justru semakin kuat.
Nayla ngos-ngosan karena hampir kehabisan nafas, dan Davin baru melepas ciumannya, saat Nayla mendorong dadanya dengan kuat.
"Gila kamu mas, ngga lucu kalau aku mati kehabisan nafas." kata Arlena dan Davin mendekatkan wajahnya kembali ke Arlena. Davin benar-benar tidak menyangka kalau istrinya akan begitu mudah mengatakan cinta ke dirinya.
Davin mengusap bibir Arlena yang basah karena ulahnya, dan senyum mengembang di wajah Davin, tapi hal itu justru membuat Nayla takut. Nayla merasa kalau Davin ingin menerkamnya.
Dan benar saja, sesuatu terjadi, sesuatu yang membuat Nayla terlena dan tidak bisa menolak, pesona Davin memang tidak bisa ditolak, Nayla tidak paham ini bisa dianggap dosa atau bukan, karena yang melayani Davin adalah Arlena, meskipun jiwanya bukan, tapi Nayla mengakui, jika ini dosa maka inilah dosa yang Nayla nikmati.
Saat sesuatu yang manis sedang terjadi di kamar Davin, di ruang tamu mereka justru ada tamu, yaitu Ayu, tujuan Ayu datang untuk melihat bagaimana kondisi Arlena sekarang, apakah masih baik, atau sudah kembali ke watak awal.
Namun saat bertanya ke pelayan, mereka semua mengatakan, setelah mengantar Xavier ke sekolah, Arlena masuk ke kamar dan di susul oleh Davin, dan sampai sekarang belum ada yang keluar.
Ayu langsung nyambung otaknya ke hal yang enak-enak, "Benarkah?" tanya Ayu, dan dijawab anggukan kepala oleh semua yang ada di rumah.
Ayu juga mencari informasi tentang Arlena, dan jawaban dari pelayan membuat Ayu terharu, rumah tangga anaknya sudah kembali harmonis, sebetulnya Ayu sudah meminta Davin untuk menceraikan Arlena sejak lama, karena Ayu tidak tega melihat anak dan cucunya kurang kasih sayang dari seorang istri dan ibu, peran yang seharusnya dijalani oleh Lena, apalagi sikap Arlena yang suka tempramental, bahkan membuat Xavier harus datang ke psikolog demi menjaga mental anak yang masih kecil itu, tapi Davin menolak perceraian, karena Davin yakin istrinya akan berubah, dan apa yang dikatakan Davin sudah terjadi sekarang.
"Kalau tahu cuma gara-gara jatuh dari tangga bisa bikin Lena berubah, lebih baik dari dulu ya kita buat Lena jatuh." kata Ayu yang membuat beberapa pelayan mengangguk.
Tidak cukup dengan jawaban dari pelayan, Ayu memutuskan untuk mendekat ke kamar anaknya, ingin memastikan apakah anaknya sedang melakukan adegan yang ada di pikirannya, atau mereka sedang melakukan hal lain, tapi Ayu berharap mereka tidak sedang bertengkar seperti sebelumnya.
"Tidak terdengar apa-apa." kata Ayu saat menempelkan telinganya di pintu kamar anaknya.
"Jelas tidak akan terdengar nyonya, jika sampai ada suara laknat yang terdengar sudah pasti itu membuat yang lain panas dingin." jawab satu pelayan yang mengikuti Ayu.
"Yang penting mereka bahagia, itu sudah cukup." kata Ayu yang kemudian memilih pergi dari depan kamar anaknya dan kembali ke ruang tengah untuk duduk santai sambil menunggu cucunya pulang sekolah.
Sementara didalam kamar, dua manusia yang sedang saling jatuh cinta, perasaan mereka berdua benar-benar kembali jatuh cinta, Davin jatuh cinta lagi dengan istrinya karena kepribadiannya berubah, sedangkan Nayla yang kini terperangkap di tubuh Arlena merasa jatuh cinta dengan Davin, selain jatuh cinta fisik juga jatuh cinta ke sikap Davin.
Mereka berdua baru saja menyelesaikan aktivitas fisik yang menguras energi, dan saat Arlena sudah mengatur nafas, Lena ingat kalau dia harus menjemput Xavier.
"Mas, Xavier harus di jemput." kata Arlena.
Tanpa banyak berpikir, Davin mengambil ponselnya dan menghubungi sopir untuk menjemput Davin.
"Mas, kok minta sopir?"
"Mepet waktunya sayang, ngga mungkin kita mandi dulu, yang ada nanti Xavier menunggunya terlalu lama."
Arlena menutup wajahnya dengan selimut, merasa malu dengan jawaban Davin, namun Davin menarik selimut yang dipegang oleh Arlena, "Mandi yuk." ajakan Davin semakin membuat Arlena merasa malu, dan Davin merasa gemas dengan ekspresi wajah istrinya, ekspresi yang sudah lama tidak Davin lihat.
Selesai mandi yang tidak hanya sekedar mandi, Arlena sudah rapi dengan celana jins dan juga kaos, pakaian yang menurut Nayla yang sedang menumpang hidup di tubuh Arlena adalah pakaian ternyaman.
Arlena dan Davin keluar dari kamar dan bersiap menyambut Xavier pulang dari sekolah dan akan mengajak Xavier jalan-jalan.
Namun baru saja turun tiga tangga, Arlena berbalik dan menabrak tubuh Davin.
"Kenapa?" tanya Davin.
"Ada ibu." jawab Arlena.
"kalau ada ibu kenapa?" tanya Davin yang tetap terlihat santai, sedangkan Arlena sudah panik setengah mati.
"Eh.. Sudah selesai?" tanya Ayu yang melihat anak dan menantunya keluar dari kamar, pertanyaan Ayu menurut Nayla sangat ambigu.
"Bu..ibu sudah lama?" tanya Nayla yang kemudian meraih tangan ibu mertuanya dan kemudian menciumnya, Ayu sudah tidak kaget lagi dan sekarang malah merasa kalau Arlena semakin baik dan sopan.
"Belum, baru sekitar dua jam." jawaban Ayu membuat Nayla ingin menghilang, Nayla merasa sangat malu, tetapi Davin malah tetap santai
"Tenang sayang, kamar kita kedap suara, jadi ibu tidak mendengar teriakanmu." bisikan dari Davin semakin membuat Nayla malu, ingin rasanya Nayla menghilang