Gadis, sejak kecil hidup dalam bayang-bayang kesengsaraan di rumah keluarga angkatnya yang kaya. Dia dianggap sebagai anak pembawa sial dan diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu. Puncaknya, ia dijebak dan difitnah atas pencurian uang yang tidak pernah ia lakukan oleh Elena dan ibu angkatnya, Nyonya Isabella. Gadis tak hanya kehilangan nama baiknya, tetapi juga dicampakkan ke penjara dalam keadaan hancur, menyaksikan masa depannya direnggut paksa.
Bertahun-tahun berlalu, Gadis menghilang dari Jakarta, ditempa oleh kerasnya kehidupan dan didukung oleh sosok misterius yang melihat potensi di dalam dirinya. Ia kembali dengan identitas baru—Alena.. Sosok yang pintar dan sukses.. Alena kembali untuk membalas perbuatan keluarga angkatnya yang pernah menyakitinya. Tapi siapa sangka misinya itu mulai goyah ketika seseorang yang mencintainya ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAKIT HATI GADIS
Beberapa hari kemudian, Tuan Antonio memanggil Ferdo ke ruang tamu. Gadis sedang merawat Luna di kamar, jadi dia tidak mendengar percakapan mereka.
“Ferdo, Papa punya sesuatu yang ingin Papa bicarakan denganmu,” ucap Tuan Antonio dengan wajah yang serius.
“Apa itu, Pa?” tanya Ferdo.
“Kamu tahu kan, Ferdo, bahwa masa depan keluarga kita sangat penting. Papa ingin kamu melanjutkan studi kamu di fakultas hukum, seperti yang kita rencanakan dulunya. Kamu hanya sempat kuliah setahun saja sebelum kamu pergi ke Malang dan bertemu Gadis.”
Ferdo terkejut. “Tapi Pa, aku sudah punya keluarga sekarang. Aku butuh bekerja untuk mendukung Gadis dan Luna.”
“Jangan khawatir tentang itu, Ferdo. Ayah akan membayar semua kebutuhanmu dan keluarga kamu. Yang penting, kamu melanjutkan studimu. Kamu bisa kuliah pagi, dan sore hari kamu bisa pulang ke rumah untuk bertemu Gadis dan Luna.”
Ferdo ragu. Dia ingin mendukung keluarga, tapi dia juga tahu bahwa pendidikan itu penting. “Baiklah, Pa. Aku akan melanjutkan studi.”
“Baik. Papa sudah mendaftarkan kamu di universitas yang sama dengan Elena. Dia juga akan melanjutkan studi hukumnya di sana. Kamu bisa berangkat kuliah bareng dengan dia.”
Ferdo mengangguk. Elena adalah teman masa kecilnya yang sudah lama tidak dia jumpai. Dia tahu bahwa Elena dulu pernah menyukainya, tapi dia tidak pernah berpikir tentang dia karena dia sudah mencintai Gadis.
“Baiklah, Pa. Aku akan bertemu dia besok.”
Kemudian, Tuan Antonio menghubungi Elena. “Elena, apa kabarmu? Aku punya kabar baik untukmu. Ferdo akan melanjutkan studi di universitas yang sama denganmu. Kamu bisa berangkat kuliah bareng dengan dia.”
Di sisi lain telepon, Elena tersenyum lebar. “Benarkah, Pak Antonio? Aku sangat senang. Aku sudah lama tidak melihat Ferdo.”
“Baik. Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan, kan, Elena? Aku dan Mamanya Ferdo ingin kamu merebut Ferdo dari Gadis. Dia perempuan yang tidak pantas untuk Ferdo. Dia hanya akan menghambat masa depan Ferdo.”
“Tentu saja Pak Antonio. Aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan Ferdo. Aku mencintainya dari dulu.”
Esok pagi, Ferdo berangkat kuliah untuk pertama kalinya. Dia menyapa Elena yang sudah menunggunya di depan gerbang universitas. Elena tampak cantik dengan baju kuliahnya yang rapi.
“Ferdo! Kamu benar-benar datang!” ucap Elena dengan senyum ceria, memeluknya.
“Hai, Elena. Lama tidak jumpa,” jawab Ferdo dengan ramah. Ia merasa canggung dipeluk Elena.
“Ya, betul. Aku sangat senang bisa berangkat kuliah bareng denganmu lagi. Kamu tahu kan, aku selalu menyukaimu?” ujar Elena.
Ferdo terkejut. Dia tidak menyangka Elena akan mengatakan hal itu secara langsung. “Elena, sekarang aku sudah punya istri dan anak. Aku mencintai Gadis.”
Elena tersenyum dengan penuh keyakinan. “Itu tidak masalah, Ferdo. Aku tahu bahwa Gadis tidak pantas untukmu. Dia hanya perempuan biasa yang tidak punya apa-apa. Aku yang akan membuatmu bahagia.”
Ferdo ingin melarikan diri, tapi dia tidak bisa. Dia tahu bahwa orang tua dia mengharapkan dia untuk dekat dengan Elena.
Selama kuliah, Elena selalu mengikutinya ke manapun Ferdo pergi. Elena membawakan makanan untuknya, membantu Ferdo mengerjakan tugas, dan selalu berbicara tentang masa depan mereka bersama.
Ferdo merasa terjebak. Dia mencintai Gadis, tapi dia juga tidak ingin menyakitkan perasaan orang tua dan Elena.
Sementara itu, di rumah, Gadis mulai merasa curiga. Ferdo selalu pulang terlambat dari kuliah, dan dia seringkali terlihat sedih atau tertekan. Dia juga seringkali membicarakan Elena, membuat Gadis merasa cemburu.
“Mas, apa yang ada antara kamu dan Elena?” tanya Gadis satu malam, ketika Ferdo pulang terlambat.
Ferdo kaget. “Tidak ada apa-apa, sayang. Dia cuma teman kuliahku yang baik.”
“Tapi kamu selalu pulang terlambat bersama dia. Dan kamu seringkali membicarakan dia.”
“Karena kita berangkat kuliah bareng, sayang. Dan dia membantu aku mengerjakan tugas. Jangan curiga ya.”
Gadis mengangguk, tapi dia masih merasa tidak nyaman. Dia tahu bahwa Elena dulu pernah menyukai Ferdo, dan dia takut Elena akan mencoba merebut Ferdo dari dia.
Beberapa minggu kemudian, Elena mengajak Ferdo ke pesta ulang tahun temannya. Ferdo ragu, tapi Elena memaksa dia.
Di pesta, Elena memaksa Ferdo minum banyak alkohol. Akhirnya, Ferdo mabuk dan tidak sadar apa-apa. Elena membawanya ke kamar hotel dan tidur bersamanya.
Keesokan pagi, Ferdo bangun dengan kepala yang sakit. Dia melihat Elena yang tidur di sampingnya, dan dia langsung menyadari apa yang telah terjadi.
Dia merasa malu dan bersalah. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana dia akan memberitahu Gadis tentang hal itu.
“Ferdo, kamu tidur nyenyak ya?” tanya Elena dengan senyum ceria.
Ferdo berdiri dengan cepat. “Aku harus pulang sekarang. Gadis pasti khawatir.”
“Jangan khawatir, Ferdo. Aku akan memberitahunya bahwa kamu tidur di rumahku karena mabuk. Dia pasti akan memahami.”
Ferdo tidak mendengarkan dia. Dia langsung keluar dari kamar hotel dan pulang ke rumah. Ketika dia sampai, Gadis sedang menunggu dia di ruang tamu dengan wajah yang marah dan sedih.
“Dimana kamu semalam, Mas? Aku menghubungi kamu berkali-kali tapi tidak terjawab.”
Ferdo menangis. “Aku minta maaf, sayang. Aku mabuk di pesta, dan aku tidur di rumah Elena.”
Gadis menangis terisak-isak. “Apa yang kamu lakukan di sana, Mas? Apakah kamu tidur bersamanya?”
Ferdo mengangguk. “Aku minta maaf, sayang. Aku tidak sadar apa-apa. Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu.”
Gadis berdiri dan melangkah menjauh dari dia. “Aku tidak bisa mempercayaimu lagi, Mas. Kamu menyakitiku terlalu dalam.”
Dia langsung pergi ke kamar dan mengunci pintu. Ferdo berdiri di depan pintu, menangis dan memohon maaf, tapi Gadis tidak mau mendengarkannya.
Dia merasa sangat sedih dan terbuang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Ferdo akan melakukan hal seperti itu padanya.
Di luar kamar, Tuan Antonio dan Nyonya Isabella tersenyum. Rencana mereka sudah berhasil. Mereka telah berhasil memisahkan Ferdo dari Gadis.
Sekarang, Elena bisa mengambil alih tempat Gadis di hati Ferdo. Tapi mereka tidak tahu, di dalam kamar, Gadis sedang memikirkan apa yang dia akan lakukan selanjutnya. Dia punya Luna yang perlu dia rawat, dan dia tidak bisa tinggal di rumah yang penuh dengan orang yang telah menyakitkannya.
Dia tahu bahwa dia harus pergi, tapi dia tidak tahu ke mana.
Malam itu, Gadis membangunkan Luna dan membungkus semua barang miliknya. Dia keluar dari kamar secara diam-diam dan pergi ke pintu depan.
"Ayo sayang, kita harus pergi dari rumah ini.. Mamah tak mau suatu saat kamu tahu kalau Papa kamu itu laki-laki tidak setia jika kita harus tinggal disini terus!"
Dia melihat Ferdo yang sedang tidur di sofa ruang tamu, dan dia menangis sedikit. Dia mencintainya, tapi dia tidak bisa tinggal dengan dia lagi.
"Maafkan aku, Mas.. Aku pamit pergi. Aku tak bisa hidup dengan laki-laki yang tidak setia."
Dia membuka pintu dan keluar dari rumah, berjalan ke jalan raya dengan Luna di gendongannya. Dia tidak tahu ke mana dia akan pergi, tapi dia tahu bahwa dia harus berjuang untuk dirinya dan Luna.
Di kejauhan, matahari mulai terbit, memberinya harapan bahwa kehidupannya akan lebih baik nanti. Tapi dia tidak tahu, jalan yang dia lalui akan penuh dengan rintangan dan kesulitan. Dia hanya berharap bahwa dia akan menemukan tempat yang aman untuk tinggal dan merawat Luna.