Laura gadis berparas cantik, manis dan polos namun sayangnya dia sangat tak percaya diri dengan wajah nya itu. karena memiliki mata biru laut yang indah.
selama ini laura selalu berpikir hidupnya sangat kosong dan hampa meski ayah nya selalu memberikan cinta padanya, namun yang dia inginkan kasih sayang seorang ibu yang sudah lama dia tak merasakan.
tiba-tiba hidupnya berubah seperti tersambar petir setelah bertemu dengan laki-laki tampan. namun sifatnya yang membuat laura sangat kesal.
"ck, dasar jelek! minggir lo" ucapnya dengan mendorong tubuh laura yang mungil.
"yang seharusnya minggir itu lo, gak punya mata emangnya? padahal lo sendiri berdiri ditengah jalan dasar bigfoot!" sahut laura yang sedang membawa tumpukan penuh buku ditangannya.
kayden merigoh ponselnya disaku ia menekan aplikasi browser dan mencari nama bigfoot yang disebutkan laura.
telinga kayden memerah dia menatap tajam kearah laura. "hahaha, lo bilang gue apa tadi?"
"gue bilang bigfoot, lo tuli emang!" cetus laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon love_chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan khawatir
Dikamar berwarna abu-abu tampak seorang pemuda yang tertidur begitu lelap, pemuda itu terusik dari tidurnya terdengar suara alarm dari ponsel milik nya.
"Akh, berisik banget." Ucap nya kesal.
Pemuda itu segera mengambil ponsel diatas meja disamping tempat tidur, ia segera mematikan alarm dan kembali tidur.
Ketika ia hendak kembali tidur lagi, lama seseorang memaksa masuk kedalam kamarnya.
Brak!!!
"Anj*ng siapa sih! Ganggu gue tidur aja." Kesalnya yang membuka matanya.
Terlihat didepan kamar ada seseorang yang ia kenali, bukan lain adalaha daniel yang sengaja menerobos masuk kamar alton.
"Ngapain sih lo pagi-pagi kerumah orang kaya gitu?" Cibir alton yang kesal.
Daniel masuk kedalam kamar alton dan ia melirik kearah sebelah alton. "Siapa dia?"
Alton menoleh kearah sampingnya, ia tak menjawab malah bangun dari tempat tidur dan memakai kaos serta boxer nya.
"Gak perlu kepo, lo ngapain kesini? Apa lo mau liat gua main, hmm!" Beo alton dengan tersenyum tipis.
Daniel menatap datar sahabatnya itu, ia sangat tahu betul alton seperti apa yang selalu berganti-ganti wanita hanya untuk satu malam saja.
"Suruh tuh cewe pergi, jijik gue liatnya.!" Cetus daniel yang sangat tak menyukai wanita murahan seperti itu.
Alton tersenyum miring, ia paham dengan daniel yang tak sama seperti dirinya. Namun bagi alton wanita hanya mainan untuk kesenangan nya saja.
Alton membangunkan wanita yang lumayan jauh umurnya dari alton, wanita itu usianya sekitar 20 tahunan dan sedikit terkejut melihat daniel berdiri menatap tajam kearahnya.
"Lo pergi sekarang dari apartemen gue, nanti gue kabari lagi." Titah alton santai.
Wanita itu tak percaya alton mengusirnya tanpa rasa kasihan. "Lo usir gue? Padahal kita udah abiskan waktu semalam, kok lo tega banget sama gue." Ujarnya dengan sedikit kesal.
Daniel yang mendengarnya sedikit muak, apa lagi dengan wanita murahan seperti itu. Alton yang menyadari daniel tampak tak senang melihat itu dengan cepat menyuruh wanita itu pergi.
Daniel langsung keluar dari kamar dan berjalan keruang tv, tak lama wanita itu keluar menatap kesal kearah daniel.
"Udah sana pergi, oh ya nih buat ongkos taxi lo." Alton memberikan beberapa lembar uang pada wanita itu, dengan enggan wanita itu mengambilnya.
Alton berjalan menuju dapur mengambil air dingin dan berjalan keruang tv duduk didekat daniel.
"Kenapa lo kesini?" Tanya alton sambil menyalakan rokoknya.
"Si kayden hubungi lo gak? Soalnya dari kemarin dia susah dihubungi." Ujar daniel yang khawatir.
Alton menghisap rokok nya dengan santai menikmati setiap hisapan nya. "Ngapain lo cari dia, nanti juga tuh anak tiba-tiba dateng kaya gak tau si kayden aja lo dan."
Benar apa kata alton namun tetap daniel sangat khawatir dengan kayden, mereka seperti saudara karena ibunya kayden sangat menyayangi daniel dan juga alton.
"Ya iya cuma lo gak tau kayden, dulu pernah susah dihubungi tau-tau dia ada dirumah sakit."
Alton terdiam ingat dulu kayden tak bisa dihubungi 3 hari, tiba-tiba kayden menelpon dan berkata sedang ada dirumah sakit.
"Tapi lo coba tanya tante agatha dia?" Ucap alton.
"Astaga kenapa gue gak tanya tante agatha ya? Sumpah gak kepikiran sama sekali gue." Beo daniel yang segera menelpon agatha.
Namun tak ada jawaban sama sekali, daniel semakin khawatir dengan kayden meski anak itu selalu berbuat onar. Bagi daniel dia adalah sahabat yang selalu ada untuknya.
"Diangkat gak?" Tanya alton penasaran, daniel menggelengkan kepala dengan wajah khawatir.
Daniel dan alton merasa bingung dan sedikit heran kemana kayden tak ada kabari dari kemarin.
"Yaudah kita tunggu dulu aja nanti juga dikabarin kita." Ujar alton mencoba berpikir positif.
*****
Kayden dan kedua kakak nya kembali pulang, memakan waktu sekitar 3 jam dan akhir nya mereka sampai dimansion.
Kayden membantu bianca untuk berjalan meski bianca sudah pulih, kayden masih sangat khawatir.
Mereka berdua masuk kedalam dan disusul oleh allen, disana sudah ada william dan juga agatha.
Agatha segera berjalan menghampiri bianca dengan penuh rasa khawatir. "Kamu gak apa-apa sayang?"
"Gak kok mi, aku udah pulih berkat kayden sama kak allen." Ucap lembut bianca memeluk agatha.
Kayden yang mendengar bianca menyebut nama allen terasa kesal baginya, ia melirik allen yang masih tengah berdiri dengan wajah datar nya.
William berjalan kearah allen lalu ia melayangkan tamparan begitu sangat keras. Membuat agatha, bianca dan juga kayden terkejut melihat kejadian yang begitu cepat.
William terus menampar allen berkali-kali, agatha yang ingin menghentikan suami nya itu. Langsung diberi isyarat oleh sekertaris pribadi william.
"Nyonya jangan, biar tuan selesaikan urusannya." Ucap nya dengan tegas.
Agatha sebagai ibu merasa sakit melihat putri sulung nya ditampar tepat didepan matanya oleh sang suami.
Bianca yang melihat itu pun merasa bersalah tanpa sadar berlari kearah allen, dengan tubuh kecilnya bianca menghalangi allen.
William hendak ingin menampar putra nya saat melihat bianca didepan nya seketika terhenti.
"Kamu ngapain?" Ucap william dingin.
Bianca menatap william penuh keberanian meski tubuh nya bergetar, allen melihat adik perempuan nya begitu berani membantunya.
"Papi bilang kamu ngapain." Ucap william sekali lagi dengan nada tinggi.
Allen yang tahu jika papi nya sudah berbicara dengan nada tinggi artinya dia sedang marah. Dengan cepat allen menarik bianca kebelakang tubuh atletis allen.
"Ini salah saya pak, jadi jangan marah pada bianca hukum saya saja." Ucap allen datar.
Mata william memerah meski allen putra sulung nya, ia sama sayang nya seperti kayden dan bianca.
Namun karena kejadian kemarin william tak bisa untuk berdiam atau berpura-pura tak tahu apapun.
"Papi tunggu diruang kerja sekarang!" Titah william yang pergi dari sana.
Kayden langsung menghampiri bianca yang masih bergetar tubuh nya karena takut.
"Lo gila? Kenapa nekat sih udah tau papi lagi marah." Omel kayden yang merasa kakak nya sangat bodoh.
Allen melirik bianca dan segera pergi dari sana, dengan cepat bianca menahan tangan allen.
"Kak.." lirih bianca dengan tatapan sedih.
Allen menoleh dan melepaskan tangan bianca lalu pergi dari sana, allen melewati sang ibu yang membuat agatha semakin terluka.
Bianca hanya bisa menatap punggung allen yang sudah pergi menjauh, dengan rasa sedih, bersalah karena kebodohan nya allen harus mendapat hukuman.
~o0o~
Sudah 4 jam allen masih belum keluar dari ruang kerja sang ayah, bianca terus menunggu allen keluar dengan perasaan cemas dan khawatir.
Kayden yang menemani bianca merasa kesal, mengapa bianca begitu mengkhawatir allen yang sudah membuatnya terluka.
"Kenapa lo khawatir banget sih sama si monster." Cibir allen.
Bianca tak menjawab ucapan kayden, ia hanya ingin melihat kakak nya baik-baik saja.
"Ck, gue nanya malah diem aja emang babi dasar." Kesal kayden memilih membaringkan tubuh nya disofa.
Adam masuk keruangan kerja william dengan wajah panik, tak lama adam keluar sambil membantu allen berjalan keluar dari ruang kerja william.
Apa tak lebih kurangnya sakit mental ya begitu? 🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️🤷🏻♀️