NovelToon NovelToon
Hamil Anak Sang Pewaris

Hamil Anak Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: bgreen

Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.

"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"

"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."

"Mari kita menikah?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

makan malam

Kody, dengan cekatan, meracik hidangan sederhana dari sisa bahan di kulkas Laura menjadi beberapa porsi yang menggiurkan. Ia menatanya dengan apik di atas meja makan, menciptakan pemandangan yang hangat dan mengundang.

Sebagai sentuhan akhir, apel dan jeruk dikupas dengan hati-hati, dipotong kecil-kecil agar mudah dinikmati. Warna-warni buah segar itu menambah cerah suasana, kontras dengan keheningan yang mulai terasa.

Selesai dengan masakannya, Kody melangkah pelan ke depan pintu kamar Laura. Aura dingin yang menusuk, seolah tembok tak kasat mata, terasa kuat memancar dari balik kayu itu. Hatinya mencelos, merasakan gundah yang tak terucap.

"Laura, makan malam sudah siap. Keluarlah," bisik Kody, suaranya lembut namun sarat kerinduan. Ia berharap, aroma masakan ini bisa sedikit mencairkan dinding es yang memisahkan mereka.

Namun, hanya keheningan yang menjawab. Sunyi senyap, tanpa tanda kehidupan. Kody menghela napas, mencoba mengumpulkan keberanian.

"Kalau kau tidak membukanya, aku akan masuk sekarang. Satu... dua..." Kody mencoba mengancam, nada suaranya dibuat main-main, meski hatinya berdebar tak karuan. Ia menggenggam erat kenop pintu, siap menghadapi apa pun yang ada di balik sana.

Ceklek...

Laura membanting pintu kamarnya hingga terbuka lebar, wajahnya merah padam menahan geram. Ia tak sudi Kody benar-benar menerobos masuk ke wilayah pribadinya.

Dengan sorot mata setajam belati, Laura menatap Kody yang berdiri di depan pintu. Tanpa sepatah kata, ia melewatinya begitu saja, menuju ke meja makan yang aroma masakannya semakin menusuk hidung, menggelitik perutnya yang sudah keroncongan.

Sesampainya di sana, Laura terkejut mendapati hidangan makan malam yang disiapkan Kody ternyata cukup banyak, bahkan terkesan berlebihan untuk disantap seorang diri.

"Siapa yang akan menghabiskan semua ini?" tanya Laura, nada bicaranya ketus namun tersirat rasa penasaran. Matanya menelisik Kody, mencari jawaban.

"Kau," jawab Kody singkat, lalu menarik kursi dan duduk dengan santai. Tangannya meraih sayuran dan daging, memindahkannya ke piring Laura dengan gerakan ringan.

"Makanlah. Jangan cuma dipandangi, tidak akan habis kalau hanya dilihat," ujar Kody, menyuruh Laura menikmati hidangan di depannya.

Laura yang sebenarnya sudah sangat lapar, menelan ludah melihat makanan yang tampak begitu menggugah selera. Perutnya bergejolak, meronta-ronta minta segera diisi.

Awalnya, ia berniat untuk menolak mentah-mentah masakan Kody.

Gengsi menguasai dirinya, enggan mengakui bahwa ia kelaparan. Namun, aroma menggoda dan tampilan hidangan yang menggugah selera perlahan mengikis pertahanannya.

Dengan ragu, Laura mencicipi suapan pertama. Matanya terbelalak tak percaya. Rasa gurih, manis, dan pedas berpadu sempurna, menciptakan ledakan rasa yang memanjakan lidahnya.

Masakan Kody ternyata jauh lebih lezat dari yang pernah ia bayangkan, bahkan melebihi masakannya sendiri.

Laura tak mampu lagi menyembunyikan perasaan senangnya.

Ia makan dengan lahap, melupakan segala kekesalan dan gengsi yang tadi menguasai dirinya.

Setiap suapan terasa begitu nikmat, seolah membawa kehangatan dan kebahagiaan yang telah lama hilang.

*

Tanpa Kody sadari, senyum tipis mengembang di bibirnya saat melihat Laura begitu menikmati makanannya.

Di matanya, wanita itu terlihat sangat menggemaskan saat makan dengan pipi yang menggembung dan mata yang berbinar-binar.

Laura, tanpa sadar, melahap habis semua hidangan yang tersaji di meja makan, termasuk buah-buahan segar sebagai pencuci mulut.

Ia benar-benar terhanyut dalam kenikmatan makan malam ini, melupakan segala masalah yang membebaninya.

"Aku kenyang sekali," ucap Laura, mengelus perutnya yang terasa penuh. Ia seolah lupa dengan keberadaan Kody di hadapannya, terlalu asyik dengan sensasi nyaman yang menjalar di tubuhnya.

Kody tersenyum puas melihat Laura begitu menikmati mmasakannya

Ia beranjak dari kursi, berniat membereskan piring-piring kotor untuk dicuci.

Ia senang melihat Laura makan dengan lahap, seolah semua beban dan kesedihannya menghilang sejenak.

"Biar aku saja yang mencuci. Sekarang, Tuan, sebaiknya Anda pulang," ucap Laura, menawarkan diri untuk menggantikan tugas Kody.

"Namaku Kody. Dan bukankah sudah kukatakan, aku akan tinggal bersamamu sampai kau bisa membuktikan siapa ayah dari bayi dalam kandunganmu," jawab Kody, mengingatkan Laura akan kesepakatan mereka.

Laura menghela napas panjang. "Tuan Kody, aku tidak ingin menjadi bahan gosip tetangga di sini karena membawa pria asing ke rumahku," ucap Laura, mencoba membujuk Kody untuk mengurungkan niatnya.

"Kalau begitu, katakan saja aku ini suamimu," usul Kody sambil mengumpulkan piring-piring kotor dan membawanya ke tempat cuci piring.

"Kau gila! Semua orang tahu aku tidak punya suami. Dan kau juga bukan suamiku!" sergah Laura, menolak mentah-mentah ide Kody yang dianggapnya tidak masuk akal.

Kody seolah tak peduli dengan penolakan Laura. Ia tetap fokus mencuci piring-piring tersebut dengan telaten.

Suara gemericik air dan dentingan piring saling bersahutan, mengisi keheningan di antara mereka.

*

Selesai mencuci piring, Kody kembali menghampiri Laura yang masih duduk di tempatnya dengan ekspresi kesal. Ia bisa merasakan aura penolakan yang kuat terpancar dari wanita itu.

"Suka atau tidak, aku akan tetap tinggal di sini. Aku akan tidur di sofa," ucap Kody, menunjuk sofa usang yang terletak di ruang tamu. "Tapi, kalau kau ingin aku memelukmu malam ini, aku bersedia tidur di kamarmu," bisiknya dengan nada menggoda, membuat bulu kuduk Laura meremang.

Laura sontak berdiri dan berjalan cepat menuju kamarnya. Jantungnya berdegup kencang tak terkendali, perasaan gugup dan takut bercampur aduk menyelimuti dirinya.

Dengan tergesa-gesa, ia menutup pintu kamarnya dan menguncinya rapat-rapat dari dalam, berharap Kody tidak akan berani mengganggunya.

Kody terkekeh pelan melihat tingkah Laura yang menurutnya sangat menggemaskan. Ia merasa gemas dengan wanita itu, ingin sekali menggoda dan membuatnya tersipu malu.

Ia menjatuhkan diri ke sofa, merebahkan tubuhnya yang terasa sedikit lelah setelah menempuh perjalanan panjang menuju kota ini.

Aroma sabun cuci piring yang masih menempel di tangannya tiba-tiba mengingatkannya pada Laura. Senyumnya mengembang, membayangkan wajah kesal namun cantik wanita itu.

Ia tak menyangka akan bertemu kembali dengan Laura, wanita yang pernah ia renggut kesuciannya dalam sebuah insiden yang melibatkan mereka berdua beberapa waktu lalu.

Kejadian itu masih terbayang jelas di benaknya, seolah baru terjadi kemarin. Ia merasa bersalah dan bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi, dan bertekad untuk menebus kesalahannya dengan menjaga Laura dan calon bayinya.

1
Lucyana H
visulnya lebih suka yg asia,
aurel
hai Thor aku sudah mampir jangan lupa mampir juga di karya aku " istri ku adalah kakak ipar ku "
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!