NovelToon NovelToon
Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Solo Leveling
Popularitas:473
Nilai: 5
Nama Author: Adam Erlangga

Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.

Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.

Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.

Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 12

{Di Dalam Hutan}

Rudy berlari menembus rimbunnya pepohonan, napasnya memburu. Di kejauhan, ia melihat Marco dan Lilia yang terus berlari menjauh dari benteng, dedaunan berguguran setiap kali kaki mereka menginjak tanah berlumut.

“Marco, kenapa kau lari?” tanya Rudy sambil mengejar, suaranya terengah.

“Kita menjauh dari benteng, Rudy,” jawab Marco tanpa menoleh, langkahnya cepat.

“Kita sudah cukup jauh berlari. Sebaiknya kita berhati-hati di sini,” kata Rudy, sambil menajamkan inderanya. Ada sesuatu… langkah-langkah ringan tapi buas, mengitari mereka. Hewan iblis.

“Ah, kau benar,” ucap Marco sambil tiba-tiba menghentikan langkah.

Di sekitar mereka, suara ranting patah dan desir dedaunan terdengar jelas. Bau amis samar mulai tercium.

“Di sekitar sini banyak sekali hewan iblis tingkat tinggi,” kata Rudy dengan nada tegas.

Marco menelan ludah. “Apa sebaiknya kita kembali saja, Rudy?”

“Aku sudah lelah berlari, kakak. Aku ingin beristirahat dulu,” saut Lilia dengan napas terengah.

Rudy melirik Marco. “Hem, kau bisa menguji senjatamu, Marco. Kau bilang kau tidak pernah bertarung melawan hewan iblis. Ini kesempatanmu.”

“Tapi aku masih belum siap dengan itu, Rudy,” saut Marco ragu.

Tiba-tiba

SRAK! SRAK! SRAK!

Langkah berat dan cepat terdengar, mendekat dari balik semak.

“Cepat Marco, gunakan senjatamu. Mereka sudah dekat!” seru Rudy.

GRERRRR!

Hewan iblis melompat dari kegelapan, matanya menyala merah, cakarnya terangkat tinggi.

“Hee…?” suara Marco tercekat.

“Kakak, ada hewan iblis!” teriak Lilia dengan ketakutan, mundur beberapa langkah.

"Apa tidak ada pilihan lain?" pikir Marco dalam hati.

“Serang hewan iblis itu, Marco! Cepaat!” teriak Rudy.

“Aaah! Ini sangat menakutkan!” Marco meloncat maju, menggenggam dagger-nya dengan erat.

SLASH! SLAH! SLASH!

Tebasan cepat menghantam tubuh hewan iblis. BRUK!

Makhluk itu terjatuh dan mati seketika.

“Hee…? Apa aku yang membunuhnya?” Marco menatap tubuh makhluk itu tak percaya.

“Fokus, Marco! Masih banyak hewan iblis di sekitar sini!” Rudy memperingatkan.

“AAAAH!” teriak Lilia, tubuhnya hampir terseret oleh cakaran hewan iblis lain. BREDOM!

Ledakan api menyala, membakar musuh yang menyerangnya.

“Kakak, tolong!” Lilia memegangi tongkat sihirnya dengan gemetar.

“Kau berhasil membunuhnya, Lilia! Lakukan lagi dan bunuh mereka semua!” Rudy memberi semangat.

“Ini sangat menakutkan…” saut Lilia, suaranya bergetar.

“Tidak ada pilihan lain. Serang mereka semua, Lilia!” kata Marco, kini mulai serius.

“Hee…?” Lilia menatapnya, masih ragu.

“Haaaaa!” Marco menerjang maju lagi.

SRAK! SRAK!

BRESOM! SLASH! WOOSSH!

Pertarungan pecah. Suara tebasan, ledakan api, dan jeritan hewan iblis memenuhi hutan. Puluhan makhluk tingkat B menyerang, namun Marco dan Lilia bertahan, menangkis, dan membalas serangan.

Rudy hanya duduk di atas akar pohon besar, mengamati. “Hem, ternyata mereka bisa bertarung…”

 

Beberapa jam berlalu.

Bulan bergeser di langit, menyinari ratusan bangkai hewan iblis. Marco dan Lilia berdiri terengah-engah, tubuh mereka penuh keringat dan debu.

“Huh… huh… huh…” Marco menjatuhkan bahunya.

“Huh… aku sudah capek,” kata Lilia, matanya tetap awas.

“Mereka sudah terbunuh semua. Sebaiknya kalian beristirahat,” Rudy menghampiri.

“Apa itu benar?” tanya Marco, masih terengah.

“Huuuh…” Lilia menghela napas lega lalu menjatuhkan tubuhnya ke tanah.

“Aku akan mengambil itemnya,” kata Rudy.

ZIIING!

Tangan Rudy menggunakan skillnya, masuk ke tubuh hewan iblis, menarik keluar… sebuah koin emas.

“Em, jadi hanya koin emas yang ada di dalam hewan iblis ini,” gumamnya.

[Itu karena mereka berdua yang membunuhnya, Rudy. Berbeda denganmu.]

“Ah, aku baru ingat itu,” saut Rudy.

Rudy menyerahkan koin-koin itu kepada Marco dan Lilia. “Ambillah ini, Marco. Ini adalah milikmu.”

“Huh… huh… tidak kusangka aku mendapatkan uang yang sangat banyak,” kata Marco.

“Kita bisa beli rumah dengan itu, kak!” Lilia menatap koin emas itu dengan mata berbinar.

“Aku akan menyiapkan makanan untuk kalian,” kata Rudy.

“Terima kasih banyak, Rudy,” saut Marco.

“Ah, kau tenang saja,” saut Rudy.

 

Beberapa saat kemudian, mereka bertiga duduk bersama menikmati makanan sederhana. Api unggun memantulkan cahaya hangat di wajah mereka.

“Rudy, aku ingin bertanya padamu. Apa yang kau lakukan tadi? Seperti mengambil koin ini tanpa merobek jantungnya,” tanya Marco.

“Itu adalah skill, Marco. Aku mempunyai skill pengambilan instan,” jawab Rudy.

“Dari mana kau belajar skill itu, Rudy?” tanya Marco, penasaran.

“Aku mendapatkannya dari dungeon,” jawab Rudy singkat.

“Apa di sana terdapat beberapa buku untuk mempelajari skill?” tanya Lilia.

“Tidak, Lilia. Aku belajar dengan instingku sendiri. Hehe,” jawab Rudy.

“Itu sangat aneh, Rudy. Aku kira kau mempelajari sesuatu dari sebuah buku,” kata Lilia.

“Ehehe,” Rudy tertawa bingung.

 

{Di Atas Benteng}

Malam itu, Gubernur Will Smith berdiri di atas benteng bersama dengan beberapa bangsawan dan prajuritnya. Mata mereka tertuju pada kobaran api besar di kejauhan.

“Itu ledakan yang besar… dari mana ledakan itu berasal?” tanya Smith, matanya menyipit.

“Yang Mulia, apa sebaiknya kita periksa ke sana besok?” tanya Kensa.

“Sebaiknya jangan ke sana. Aku merasa ledakan itu ada hubungannya dengan kekuatan yang kau laporkan,” jawab Smith.

“Baik, Yang Mulia,” kata Kensa.

"Apa yang mereka bicarakan? Aku sangat penasaran," pikir Klain yang berdiri agak jauh.

“Kita laporkan kejadian ini ke istana kerajaan,” kata Smith sambil turun dari benteng.

“Laksanakan perintah Yang Mulia,” jawab salah satu bangsawan.

 

{Di Dalam Hutan – Pagi Hari}

Rudy membuka matanya perlahan. Sinar pagi menyelinap di antara dedaunan. Ia menguap panjang. “Hooam…”

“Pagi, Rudy,” sapa Marco yang sudah duduk sambil membersihkan senjatanya.

“Ah, pagi, Marco. Apa kau sudah bangun dari tadi?” tanya Rudy.

“Aku sudah bangun dari tadi,” jawab Marco, melirik ke arah Lilia yang masih tidur.

“Em, apa rencana kalian selanjutnya?” tanya Rudy.

“Kami masih belum tahu, tapi dengan kekuatan yang kau berikan ini, sepertinya kami tidak perlu khawatir lagi tinggal di luar benteng,” jawab Marco.

“Aku harap kau bisa menjaga adikmu itu,” saut Rudy.

Marco tersenyum tipis. “Sebenarnya kami bukan saudara kandung, Rudy. Aku bertemu Lilia empat tahun lalu. Nasib kami sama sebagai pengemis. Aku mengajaknya hidup bersama karena kedua orang tua kami sudah meninggal.”

“He? Jadi kalian bukan saudara kandung? Hem… tapi kau sudah menjaganya seperti adikmu sendiri, Marco. Aku harap kalian baik-baik saja ke depannya,” kata Rudy.

“Emm… kalian berisik sekali,” gumam Lilia sambil membuka mata.

“Ah, kau sudah bangun, Lilia?” tanya Marco.

“Aku bahkan mendengar obrolan kalian, Marco. Kau menceritakan yang sebenarnya pada Rudy,” saut Lilia sambil duduk.

“Jadi selama ini kalian berpura-pura menjadi adik kakak?” tanya Rudy.

“Kami bukan berpura-pura, Rudy. Tapi kami memang sudah seperti saudara kandung,” jawab Marco.

“Sepertinya kalian mengalami banyak hal yang menyulitkan,” kata Rudy.

“Sangat sulit sekali, Rudy. Orang-orang hanya memandang reputasi dan kekuatan. Kami berdua tidak berguna dan dibuang,” kata Marco dengan nada sedih.

“Lalu, apa kalian berdua akan tinggal di sini saja?” tanya Rudy.

“Apa maksudmu dengan berdua, Rudy?” tanya Lilia.

“Eh?” saut Rudy kebingungan.

“Rudy, bolehkan kami ikut denganmu? Kami ingin menjadi saudaramu. Kami berdua sudah tidak punya tempat untuk kembali. Hanya kau yang bisa kami percaya,” kata Marco.

“Apa kau yakin dengan itu, Marco?” tanya Rudy.

“Kami sangat yakin. Meskipun bahaya datang, kami ingin membantumu,” kata Marco mantap.

“Bagaimana denganmu, Lilia?” tanya Rudy.

“Sudah pasti aku akan mengikutimu, Rudy,” jawab Lilia sambil tersenyum.

“Kalian berdua akan mengalami kesulitan lebih dalam lagi jika mengikutiku,” Rudy menatap mereka serius.

“Kami berdua sudah siap dengan itu,” kata Marco.

“Hem, baiklah. Kalau begitu… aku sebenarnya ingin pergi ke dalam benteng itu. Apa kalian masih ingin mengikutiku?” tanya Rudy.

“Kami akan mengikutimu, Rudy,” jawab Lilia.

“Tapi Rudy, sebaiknya jangan sekarang. Dengan adanya bekas ledakan yang dibuat Lilia, mereka pasti memeriksa semua orang yang masuk ke dalam benteng,” kata Marco.

“Lalu, apa kita mencurigakan?” saut Rudy.

“Ah, kita akan diperiksa dengan detail. Bahkan mungkin set perlengkapan dan senjata ini akan disita oleh mereka. Apalagi item ini adalah item super langka,” kata Marco.

“Ah, kau benar, Marco. Mereka pasti akan menyitanya, melihat kita masih anak-anak dan memakai perlengkapan super langka. Sudah pasti mereka akan mengambilnya dan memberikannya kepada para prajurit,” kata Lilia.

“Ehm, kalian benar. Lalu sampai kapan kita bisa pergi ke sana?” tanya Rudy.

“Tunggulah beberapa tahun lagi,” jawab Marco.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!