Rui Haru tidak sengaja jatuh cinta pada 'teman seangkatannya' setelah insiden tabrakan yang penuh kesalahpahaman.
Masalahnya, yang ia tabrak itu bukan cowok biasa. Itu adalah Zara Ai Kalandra yang sedang menyamar sebagai saudara laki-lakinya, Rayyanza Ai Kalandra.
Rui mengira hatinya sedang goyah pada seorang pria... ia terjebak dalam lingkaran perasaan yang tak ia pahami. Antara rasa penasaran, kekaguman, dan kebingungan tentang siapa yang sebenarnya telah menyentuh hatinya.
Dapatkah cinta berkembang saat semuanya berakar pada kebohongan? Atau… justru itulah awal dari lingkaran cinta yang tak bisa diputuskan?
Ikutin kisah serunya ya...
Novel ini gabungan dari Sekuel 'Puzzle Teen Love,' 'Aku akan mencintamu suamiku,' dan 'Ellisa Mentari Salsabila' 🤗
subcribe dulu, supaya tidak ketinggalan kisah baru ini. Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terasa serius...
Malam ini, kepala Haru dipenuhi misteri yang menghantuinya. Entah kenapa... Entah kenapa... Terasa serius untuk dipikirkan.
Seseorang yang mirip dengan Ray, ternyata adik Ray dan dia seorang gadis. Dan saat gadis itu jatuh pingsan di pelukannya, dia melihat bekas keunguan di lengannya. Jelas cubitan dari Asaki tadi siang.
Haru masih ingat betul ekspresi Zara waktu menahan rasa sakit itu. "Lucu juga sih." Dan sekarang, bekas itu muncul di lengan... adik Ray.
"Aku harus tahu identitasnya. Siapa dia? Siapa namanya?" Haru duduk di meja belajarnya, mengetuk-ngetukkan jari di atas sebuah buku sketsa yang belum ia kembalikan.
Buku milik Zara.
"Haaaah..."
Kebiasaannya yang suka menghela nafas untuk menenangkan batinnya. Ia membuka lembar demi lembar buku itu. Gambarnya detail. Karakter-karakternya sangat familiar.
"Apa dia penggemar manga buatan Bunda?" gumamnya sambil menatap lebih dekat. "Nggak mungkin kebetulan. Ini mirip banget."
Setiap halaman memperlihatkan gaya visual yang menyerupai karya manga online milik ibunya.
"Dia jago juga. Kalau disandingin sama Bunda... bisa jadi kolaborasi maut, tuh," ujarnya pelan. Ujung bibirnya terangkat, membentuk senyum tipis.
"Mungkin... besok gue beliin buku sketsa baru, sebagai permintaan maaf dari Asaki."
Haru berencana menunjukkan hasil sketsa Zara kepada Ibundanya. Ia mulai melangkah menuju ruang kerjanya. Ketika ia mengetuk, tak ada sahutan dari dalam.
Tapi seperti biasa, pintu itu tak terkunci. Bunda Nuuha memang tak pernah repot membuka pintu bagi siapa pun. Haru sudah terbiasa masuk begitu saja.
Matanya langsung menangkap sosok ibunya yang tengah tenggelam dalam dunia digital: layar komputer menyala terang, tablet gambar menyala dengan sketsa-sketsa berwarna.
Gaya duduknya santai. Satu kaki terangkat di atas kursi, celana pendek tipis menampakkan sebagian pahanya, dan poni rambutnya dikuncir ke atas, memperlihatkan kening mulus yang membuatnya tampak jauh lebih muda dari usianya.
Terlalu muda. Terlalu cantik.
Haru menggaruk tengkuknya, canggung oleh pikirannya sendiri. Sesuatu yang sering muncul saat ia memandangi wajah ibunya terlalu lama.
“Kenapa aku harus punya ibu yang seperti ini sih?” batinnya berontak, menahan rasa tak nyaman yang seharusnya tak pernah muncul. Rasa yang menyebalkan...
...seperti rasa suka yang salah tempat.
"Bunda," sapanya setelah pintu dibuka.
Bunda Nuuha menoleh, senyum hangatnya memecah atmosfer janggal. "Haru, kemarilah. Kamu harus lihat ilustrasi Bunda. Menurutmu ini luar biasa, kan?"
Haru tersenyum kecil, mencondongkan tubuh tingginya ke arah ibunya yang duduk. "Ya... selalu luar biasa. Setiap hari."
Tanpa ragu, Nuuha menarik leher putranya lalu mengecup pipinya. "Putra kesayangan Bunda. Terima kasih ya."
Sekilas, dunia Haru bergetar. Ada rasa syukur, ada hormat. Tapi juga ada sesuatu yang ingin segera ia enyahkan dari dalam dadanya.
“Aku ingin segera punya istri," pikirnya. “Supaya perasaan-perasaan aneh ini bisa hilang.”
Sebab sebesar apa pun rasa itu muncul, Haru tahu satu hal: Ia sangat menghormati ibunya.
Inara Nuuha, seorang wanita dengan dunia kecilnya sendiri. Mengidap introvert akut, membuatnya lebih nyaman berada dalam ruang tertutup yang ia sebut "kamar sekaligus semestaku."
Semua bermula saat ia memiliki seorang rival bernama Sora Naomi. Ibu dari Dan Danish Diantoro. Naomi adalah calon tunangan dari pria yang akhirnya menjadi suami Nuuha. Namun, cinta pria itu justru berpihak padanya, bukan Naomi.
Keputusan itu membawa konsekuensi. Nuuha menjadi sasaran bullying, hinaan, dan cercaan, terutama dari lingkungan yang memihak Naomi. Trauma itu terus membekas, menjadikannya sosok yang menarik diri dari dunia luar.
Kesedihannya makin dalam ketika putra pertamanya meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis yang janggal. Sejak saat itu, Nuuha memilih mengurung diri. Dengan luka yang belum sembuh dan masa lalu yang tak pernah benar-benar pergi.
Tapi, sekarang dia bahagia di dalam dunia kecilnya sendiri bersama suami dan putra kesayangannya.
../Facepalm/