Nayura, gadis SMA yang belum pernah mengenal cinta, tiba-tiba terikat janji pernikahan di usia yang penuh gejolak. Gavin juga remaja, sosok laki-laki dingin dan cuek di depan semua orang, namun menyimpan rasa yang tumbuh sejak pandangan pertama. Di balik senja yang merona, ada cinta yang tersembunyi sekaligus posesif—janji yang mengikat hati dan rasa yang sulit diungkapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadin Alina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 : Akad
Setelah mempertimbangkan dan mendengarkan alasan kuat keluarga Mahendra yang meminta pernikahan anak mereka untuk di percepat. Akhirnya, Rio menyetujui hal tersebut.
“Ya sudah, kalau memang ini yang terbaik. Kita akan laksanakan pernikahannya besok.” Ucap Rio melalui sambungan telepon.
Ya, beberapa menit yang lalu Ismail menghubungi dirinya. Karna keterbatasan waktu dan jarak, mereka tidak bisa bertemu langsung untuk membicarakan pernikahan anak-anak mereka.
Gavian—putra Ismail meminta pernikahan untuk di majukan sebelum tanggal yang sudah mereka tetapkan.
“Terimakasih banyak atas pengertiannya, Rio.” Ucap Ismail tulus, sebab Rio mau berlapang hati menerima permintaan putranya
Rio dibuat terkekeh kecil, sebelum panggilan berakhir. Mereka telah sepakat bahwa, besok pernikahan akan diadakan.
Rio segera memberitahu Elda untuk mempersiapkan hari esok dan...memberitahu Nayura.
Flashback on
Motor sport berwarna hitam yang di kendari oleh Gavian melaju kencang sebelum berbelok tajam di perempatan jalan. Awalnya, ia ingin ke markas sepulang dari butik tadi. Namun, pikirannya menjadi kacau gara-gara mendengarkan Elda yang menyebutkan nama “Nay”.
Ya, sampai detik ini Gavian masih memikirkan siapa pemilik nama tersebut. Dan entah mengapa semakin ia pikirkan, bayangan wajah Nayura semakin nyata di dalam benaknya.
Akhirnya, dari pada makin pusing Gavian memutuskan untuk pulang dan berbicara pada Ruri.
Tidak butuh waktu lama, motor sport berwarna hitam itu sudah sampai di perkarangan rumah berlantai tiga. Setelah memarkirkan motornya, Gavian masuk ke dalam rumah melalui pintu samping yang terdapat di dekat garasi.
Ceklek!
“Sudah pulang, Den?” sapa Mpok Iyem yang tengah memasak di dapur.
Gavian menganggukkan kemudian melangkah lebih masuk untuk mencari Ruri.
Ia telah mencari Ruri di seluruh ruangan mulai dari ruang tamu, ruang tengah, hingga ia menuju kamar Ruri dan Ismail.
Tok!
Tok!
Tok!
“Ma, mama ada di dalam?” tanya Gavian sedikit berteriak, ia menempelkan telinganya ke pintu.
Namun, karena kamar ini kedap suara, ia tidak mendengarkan apapun. Dengan sedikit ragu ia membuka pintu.
“Aku masuk, ya!” ijin Gavian kemudian memutar hendle pintu dan mendorong pintu tersebut.
Tampak Ruri yang tengah duduk di tepi ranjang, sibuk memandangi ponsel yang ada di genggamannya. Gavian semakin mendorong pintu untuk lebih masuk.
Gavian tanpa banyak bicara langsung mendudukkan diri di sebelah Ruri, menyandarkan kepalanya ke bahu sang mama. Hal itu, membuat Ruri kaget dan bingung sekaligus.
“Pasti ada maunya.” Terka Ruri setengah bercanda, meskipun benar adanya. Ia hafal tabiaat putranya ini.
“Ma, aku mau nikahnya besok.” Ucap Gavian tanpa basa-basi.
Mata Ruri mengerjap cepat dengan kepala yang mencerna ucapan Gavian barusan. Ruri memperhatikan raut wajah Gavian yang tampak serius.
“Kenapa di percepat?” tanya Ruri, tentunya ingin tahu alasan Gavian.
Antara percaya dan tidak sih, sebenarnya. Mengingat...Gavian yang tidak memiliki keinginan untuk menikah. Ya, walaupun juga nggak nolak waktu itu, tetapi, kok tiba-tiba banget minta di nikahkan besok. Kan, aneh!
“Lebih cepat lebih baik.” Jawab Gavian tenang, namun penuh tekad.
Ruri terdiam sejenak
Hal itu membuat Gavian berpikiran kalau Ruri tidak percaya sepenuhnya dengan ucapannya.
Gavian menegakkan tubuhnya “Ma, intinya aku mau besok nikahnya. Aku pusing mikirin cewek itu terus.” Aku Gavian pada akhirnya. Ia penasaran dengan sosok yang Elda ucapakan di butik tadi.
Ia tidak mau pusing dan gelisah dalam waktu yang lebih lama lagi. Sumpah, Gavian tidak pernah seresah ini dalam hidupnya.
“Pu-pusing gimana?” tanya Ruri, heran dengan Gavian yang tingkahnya mendadak berubah begini.
Gavian menghela nafas panjang, ia bingung harus memberitahu Ruri bagaimana. “Intinya aku mau besok nikahnya. Titik!” putus Gavian kemudian melangkah keluar dari kamar Ruri.
“Gavian!” panggil Ruri.
Namun, Gavian tidak menghiraukan panggilan tersebut. Ia tetap melangkah menuju kamarnya. Pokoknya ia harus menikah besok titik.
“Lama-lama gue bisa gila beneran karena tuh, cewek.” Gumam Gavian.
Flashback off
Mentari pagi yang hangat, menyapa penghuni bumi. Menumbuhkan harapan baru, untuk menjalani hari yang lebih baik. Namun, berbeda dengan seorang gadis yang baru berusia tujuh belas tahun, Nayura Zoe Izora.
Ia berharap waktu bisa berhenti sejenak, agar ia bisa kabur dari kenyataan bahwa…ia akan segera menjadi seorang istri.
Dengan piyama motif Doraemon ia duduk di depan meja rias dari setengah jam yang lalu. Sarapan pagi yang hangat bersama keluarga, harus terlewatkan dengan segala keribetan hidup.
Ya, Nayura bosan duduk dengan segala alat make up yang silih berganti singgah di wajahnya.
Keputusan Rio semalam membuat dirinya nyaris tidak bisa tidur. Berkali-kali ia menguap.
“Ngantuk, ya?” tanya perias, sebut saja namanya Amoy.
“Iya kak.” Jawab Nayura sedikit tersenyum, malu karena dari tadi di perhatikan.
“Nggak papa, nanti malam bisa tidur pulas, kok!” ucap Amoy dengan senyum menggoda.
Sontak Nayura mengernyit, tidak paham. Loading memikirkan maksud perkataan Amoy.
Jleep!
Tubuhnya menegang, saat otaknya sudah mampu mencerna perkataan Amoy barusan. Tangan Nayura saling meremas satu sama lain, menyalurkan perasaan yang tiba-tiba jadi nggak enak.
“Oh my god, nanti malam pasti gue tidur bareng suami. Mana mungkin gue akan tertidur nyenyak!” teriak nelangsa batin Nayura.
Gini amat hidupnya, tubuhnya masih sakit mendadak di suruh nikah, seharusnya minggu depan.
Mau nolak tapi, kasihan juga melihat wajah memelas Elda. Nggak bisa apa, Nayura hidup seperti sedia kala. Pergi sekolah, ngerjain tugas dan pulang.
Huufftt
Ceklek!
Reflek bola mata Nayura melirik ke arah pintu. Tampak bibi Munaroh masuk dengan membawa nampan.
“Aduh, ayu pisan Non!” puji bibi Munaroh yang jadi pangling melihat cantiknya calon manten pagi ini. padahal riasannya belum selesai, lho!
“Ikh bibi, jangan gitu dong! Aku kan jadi, salting!” Nayura menoel pinggang bibi Munaroh dengan wajah yang senyum malu-malu kucing.
Bibi Munaroh tertawa mendengarkan anak majikannya yang terang-terangan ngaku salting di puji. “Ini non, di minum dulu.” Ujarnya menyimpan segelas susu di atas meja rias. Tak lupa, ia juga menyiapkan camilan untuk Amoy.
“Silahkan di cicipi, mbak!” ucap bibi Munaroh dengan ramah, Amoy tersenyum seraya berkata “Makasih mpok!”
Bibi Munaroh menganggukkan kepala kemudian undur diri. Di luar masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan.
“Boleh minum nggak, kak?” tanya Nayura melirik Amoy yang menganggukkan kepala.
“Cantik banget kamuu!” puji Amoy berbinar, melihat wajah cantik Nayura yang baru saja selesai ia rias.
Nayura tersenyum kemudian memperhatikan pantulan dirinya melalui cermin. Benar kata Amoy, ia terlihat sangat cantik dengan riasan tipis, sesuai permintaannya.
Amoy membantu Nayura mengenakan kebaya berwarna putih tulang yang dipadukan dengan rok batik yang tampak elegan.
Ceklek!
“Apa sudah siap?” tanya Elda yang baru saja mendorong pintu kamar Nayura.
Ia di buat gagal fokus “Astaga---“ Elda membekap mulutnya dengan sebelah tangan, kagum melihat kecantikan putrinya.
“Kamu cantik, banget!” puji Elda mengelus lengan atas Nayura.
“Udah dari dulu kali, Ma!” sombong Nayura
Plak!
“Sakit Ma!” daramatis Nayura padahal, nggak ada sakit sama sekali.
“Mama naboknya pelan, lho!” Elda mengusap-usap lengan Nayura yang barusan ia tabok.
“Mama kesini mau ngapain?” tanya Nayura membuat Elda tersadar akan tujuannya.
“Itu, calon suami kamu udah datang. Nanti, setelah akadnya selesai baru kamu turun.” Beritahu Elda.
Deg!
Jantung Nayura berdebar kencang kala mendengar kata “suami” membuat atmosfer di kamar Nayura terasa panas.
“Nanti, kamu di jemput sama Keysha.” Lanjut Elda kemudian, ngeloyor pergi. Ia harus menyaksikan secara langsung calon mantunya mengucapkan ijab qabul. Oh iya, Keysha itu sepupunya Nayura, anak dari kakaknya Elda.
“Jangan gugup gitu, tarik nafas...lepaskan.” Kata Amoy yang melihat raut ketegangan di wajah cantik Nayura.
Nayura hanya menganggukkan kepala, bagaimana bisa ia tetap tenang sedangkan, beberapa saat lagi ia akan ganti status. Jadi istri orang 😭.
“Ya Tuhan, secepat inikah Engkau mengabulkan doa ku?” tanya batin Nayura, mengingat ucapannya yang sering meminta untuk segera ganti status.
Tetapi bukan langsung jadi istri juga, ia dulu berharap tidak jomblo lagi, dengan memiliki pacar.
Namun, Tuhan begitu baik kepada dirinya. Mengabulkan doanya dengan memberikan Nayura langsung seorang suami.
Di ruang tamu...
Dekorasi sederhana namun elegan, memenuhi ruangan tersebut. Hanya anggota keluarga dan orang terdekat yang menghadiri akad nikah ini.
Yaps, pernikahan Nayura memang sengaja di rahasiakan. Mengingat jika mereka masih sekolah dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Seorang remaja laki-laki berjas putih tulang tampak tenang menjabat tangan penghulu.
“Saya terima nikah dan kawinnya Nayura Zoe Izora binti bapak Rio Fernandes dengan mahar uang sebesar lima ratus juta dan satu set perhiasan di bayar tunai!”
Hening sejenak
“Bagaimana saksi?” tanya pak penghuu, menolehkan kepala ke kiri dan ke kanan.
“Sah!” teriak para saksi tentunya terharu, bahagia dan deg-degan saat prosesi ijab qabul.
...----------------...
Gavian
Nayura
always always bagus!!
hebat!!! Udah cocok itu open comision
kondangan kita! Semur daging ada gak?
Setiap komentar dan dukungan kalian, sangat berharga bagiku. Membakar semangat untuk terus menulis🔥
Happy reading 🤗