Cecil seorang anak brokenhome yang selalu di hantui dengan perasaan takut menikah. Ia bersahabat dengan Didit yang ternyata mendekati Cecil bukan hanya sekedar sebagai sahabat. Bukan semakin terkontrol, Rasa kecewa yang mendesak Cecil ingin menjauhi siapa pun yang ingin membantunya. Apa yang membuat Cecil semakin kecewa dengan didit? Bisakah Didit meluluhkan hati Cecil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjamenanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Masa Depan
Aku langsung tancap gas ke tempat kursus tapi bukan tempat kursus yang biasanya. Kali ini, belajar bahasa inggris. HPku kumatikan. Aku fokus belajar. Pulangnya, kali ini hanya ada cafe-cafe yang ga ramah dikantongku. "50.000 minum bisa 2-3 macem jajan.nggak deh!"
Aku keliling dilingkungan dekat tempat kursus, nggak ada pedagang kaki lima. Akhirnya aku cari ke tempat kursusku yang pertama. Kulihat mobil Didit. Aku langsung percepat laju motorku. Aku melaju ke alun-alun. Lumayan jauh jaraknya kalau nanti balik ke rumah. Waahh.. Lebih banyak yang jualan dan malah rame pengunjung. Ku parkir motorku. Aku jalan keliling membeli jajan ini,itu dan minum. Waktu cari bangku, aku melihat dua orang yang lagi pacaran. Kayak gak asing.
Dari belakang, Aku jalan pelan-pelan.
"Gea,ken. Ngapain?" Mereka kaget menengok ke belakangku.
"Ya udahlaah lanjutin" aku meninggalkan mereka yang kepergok pacaran. Keliatan kepala Gea nempel dibahu Ken. Ken mengeluh rambut Gea dengan panggilan "sayang"
Ketemu bangku kosong. Mereka nyusul, duduk disebelahku. "Aku gak mau jadi obat nyamuk. Kalian cari bangku kosong lainnya" tanganku nunjuk bangku kosong yang ada disamping. Mereka nyengir.
"Yang belum tau cuma kamu." Kata mereka.
"Selamat" aku menyruput minumanku.
"Kamu juga selamat, sudah tunangan" aku keselek.
"Aku mau kuliah diluar kota. Ada kampus yang kakakku dulu pengen kesana"
"Terus didit?" Aku menelan air yang ada dimulutku
"Memang Aku ini siapanya Dia?" Gea menatap Ken.
"Bukannya bundamu sama Tante Dini udah setuju?" Aku geleng-geleng
"Masa depanku, Aku yang atur. Wanita jaman sekarang itu harus pinter, punya karir" mereka menyandarkan bahu ke bangku taman, gak nyangka dengan pemikiranku.
"Emang kalian mau nikah setelah lulus SMK?" tanyaku
Mereka sesaat diam "Eeh kami juga bakalan kuliah diluar kota. Aku bakal kuliah dikota tempat tinggal nenekku. Terus Gea juga neneknya sekota sama nenekku. Jadi kami bakalan kesana" jelas ken, Gea mengangguk.
"Eh ini jam berapa?" Tanyaku. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. "Aku balik dulu.ya"
Sampai tengah jalan motorku mogok.
"Mogok?" Aku noleh, Arga. Arga juga terkejut
"Ngapain kamu disini?" Aku lihat dia keluar dari sebuah rumah.
"Ini rumahku. Belum lulus udah lupa rumahku." Rumah arga deket alun-alun pinggir jalan. Aku nyengir.
"Ini udah malem. Orangtuaku juga udah tidur, kamu pake aja motorku. Masuk dulu. Ku ambilin kunci dulu" aku ragu masuk gerbang rumah arga, soalnya banyak teman-temannya nongkrong di teras.
"Masuukk.. kita ga gigit.kok!" Teriak salah satu mereka. Aku hanya senyum mengangguk. Arga lari masuk ke dalam. Gak lama dia keluarin motornya ke gerbang dimana aku nunggu.
"Kebetulan temen-temenku nginep sini, salah satunya bisa betulin motor. Senin kalau sudah bener, aku bawa ke sekolah. Ok?" Dia serahin motornya. Dia masukin motorku ke rumahnya.
"Makasih, Ga" dia mengangguk
"Hati-hati"
Sampai rumah bunda lagi-lagi nunggu di ruang tamu. "Duduk bentar" aku duduk disamping bunda
"kamu beneran mau nikah setelah lulus smk?" Muka bunda berubah khawatir.
Aku ketawa "aku kira bunda bener-bener ngusir aku"
Aku nunduk "Bund.. aa..aku.. boleh ga kuliah ditempat yang kakak pengen?" Aku memberanikan ngliat bunda.
Bunda memeluk "Bunda pikir kamu udah nyerah."
sesaat beliau diem "Ga apa-apa. Tapi tetep kamu bilang itu ke Didit."
Aku lihat bunda "didit bersikap seperti itu karena kamu gak kasih jawaban pasti. Dia bingung, kamu kadang kasih harapan, kadang Dia ngerasa harus nunggu atau memang ditolak. Mamanya memang berharap kamu jadi menantunya. Tapi balik lagi, semua itu keputusanmu" bunda mengelus rambutku. "Sekarang istirahat."
"Tokk. Tokkk..tokk" Aku Bangun dengan malas membuka pintu, gak ada orang. Waktu mau nutup pintu, pintu ketahan.
"Aku pake kursi roda, mbakkk!" Didit udah dipintu. Aku bantu dorong kursi rodanya ke ruang tamu. Dengan kondisi belum mandi, langsung duduk di sofa. Kliatan muka jijik didit.
"Entar kalo kamu beneran nikah sama Aku, tiap hari juga Kamu liat Mukaku kayak gini."
Didit merhatiin dari rambut ke bawah. Rambutku yang dikuncir tapi udah acak-acakan. piyama atas lengan pendek dan celana panjang.
"Gak papa. Cantik kok. Benerin itu kancingnya. Keliatan" dia nunjuk belahan dadaku. Aku buru-buru pasang kancingnya.
"Oh ya!" kita ngomong bareng.
"Kamu dulu." Kata Didit.
"Semalem Aku sudah ngobrol sama Bunda, Aku bakalan kuliah di luar kota. Kampus itu tempat impian Kakakku. Kalau emang kita jodoh, pasti gakkan kemana. Aku bakalan fokus belajar. Aku bener-bener minta maaf, gak bisa nongkrong lagi sama kalian. Tapi Aku janji, setelah ujian baru bisa nongkrong seperti biasa"
Dia tersenyum " Aku juga bakal kuliah di singapura sambil berobat. Papaku sudah atur semua. Aku nyari Kamu sebenernya juga mau pamit. Setelah ujian, Aku langsung pergi ke Singapura. Jadi gak bisa ikut nongkrong lagi."
Kami saling pandang terdiam.
"Iyaa,, kalau emang jodoh kita bakalan ketemu. Tapi, kamu udah ga marah lagi.kan?"
Aku menggeleng. Entah kenapa justru lega.
"Itu aja, Aku balik yaa. Udah ditunggu" aku masih diam di sofa, melihat dia dibantu drivernya masuk mobil. Dan dari saat itu, Aku sudah nggak pernah ketemu Didit. Disela-sela libur kursusku, sesekali aku nongkrong dengan Vino, Arga, Ken, Gea, Fanya, Sammy. Vino dan arga mereka tetap akan setia melanjutkan sekolah dikota ini sedangkan yang lain diluar kota dengan kota-kota yang berda kecuali dua pasangan itu. Sama dengan didit, sammy akan kuliah di singapura.
...****************...