NovelToon NovelToon
Zero Point Survival

Zero Point Survival

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Mengubah Takdir / PUBG / Perperangan / Game
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yudhi Angga

Rangga, seorang pria biasa yang berjuang dengan kemiskinan dan pekerjaan serabutan, menemukan secercah harapan di dunia virtual Zero Point Survival. Di balik kemampuannya sebagai sniper yang tak terduga, ia bercita-cita meraih hadiah fantastis dari turnamen online, sebuah kesempatan untuk mengubah nasibnya. Namun, yang paling tak terduga adalah kedekatannya dengan Teteh Bandung. Aisha, seorang selebgram dan live streamer cantik dari Bandung, yang perlahan mulai melihat lebih dari sekadar skill bermain game.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Angga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12 : Puncak dan Awal Baru

Kemenangan tunggal Ren di babak semifinal menggema di seluruh komunitas Zero Point Survival. Namanya kini tak hanya trending, tetapi menjadi legenda instan. Namun, bagi Rangga, kemenangan itu datang dengan beban berat: timnya kini hanya tinggal ia dan Aisha. Tekanan untuk babak final, melawan tim "Apex" yang tak terkalahkan, terasa mencekik.

Final: Antara Harapan dan Kenyataan

Suasana di lobi final turnamen adalah tingkat kegilaan yang berbeda. Layar-layar holografik menampilkan wajah-wajah pro player tim "Apex" yang serius, dengan rekor tak terkalahkan mereka terpampang di samping. Hadiah utama turnamen pun diumumkan, memicu gelombang desas-desus di antara penonton: Juara 1 akan membawa pulang Rp 500.000.000, Juara 2 Rp 200.000.000, dan Juara 3 Rp 100.000.000. Sebuah nominal fantastis yang mampu mengubah hidup Rangga selamanya.

"Kita sudah sampai di sini, Ren," Aisha berbisik di sampingnya, suaranya lebih tegang dari biasanya. "Kita tidak punya apa-apa lagi untuk kalahkan. Lakukan saja yang terbaik."

Ren mengangguk. Tangannya memegang senapan sniper virtualnya erat-erat, seolah mencari kekuatan dari sana.

Pertandingan final berlangsung di map "Metropolis Hancur", area perkotaan dengan gedung-gedung pencakar langit yang runtuh. Ini adalah arena yang kompleks, penuh tempat persembunyian dan jalur flank.

Tim "Apex" membuktikan mengapa mereka tak terkalahkan. Mereka bergerak seperti satu kesatuan, setiap langkah, setiap tembakan, terkoordinasi dengan sempurna. Ren berusaha keras, menembak dari berbagai posisi, menjatuhkan musuh satu per satu. Ia berhasil melancarkan beberapa headshot kunci yang membuat tim "Apex" terhuyung. Notifikasi "PLAYER DOWN! HEADSHOT!" berkali-kali muncul di langit, menunjukkan dominasinya.

Namun, Aisha dan Ren kalah jumlah. Aisha bertarung gigih di garis depan, memprovokasi musuh, memberikan Ren celah tembak. Ia menjatuhkan satu anggota "Apex", namun akhirnya ia sendiri tumbang.

"TEAMMATE DOWN! AISHA HAS BEEN ELIMINATED!" Notifikasi itu muncul, dan kali ini, rasa sakitnya lebih dalam. Aisha telah melakukan yang terbaik. Kini Ren sendirian lagi.

"PLAYERS REMAINING: 3" – angka itu menusuk pandangannya. Ren terdesak di sebuah rooftop gedung yang hancur. Tim "Apex" yang tersisa: Tank mereka yang kebal, dan Assaulter mereka yang lincah, mengepungnya dari berbagai arah.

Ren tahu, ini adalah akhir. Dia tidak bisa menghindar selamanya. Dia hanya bisa memberikan perlawanan terakhir yang paling mematikan.

Ia mencoba mencari posisi, namun Tank "Apex" sudah menembak dari bawah, menghancurkan covernya. Ren harus bergerak, mencari angle yang pas. Ia berlari, melompat dari satu atap ke atap lain. Ia mencari kesempatan untuk melakukan magicnya sekali lagi.

Ren melihat mereka. Tiga anggota tim "Apex", berjejer saat mencoba menyeberang jembatan yang runtuh. Ini adalah gambaran yang sangat mirip dengan quadra kill-nya di perempat final. Insting sniper-nya berteriak, ini adalah kesempatannya.

Ren mengambil posisi, menahan napas. Ia membidik...

DORRR!

Peluru melesat. Namun, Tank "Apex" secara tak terduga bergerak sedikit, hanya sepersekian inci. Peluru itu meleset dari sasaran headshot pertamanya, hanya mengenai bahu. Dua musuh di belakangnya juga luput.

"MISSED!" Sebuah notifikasi kecil muncul, sebuah keanehan yang langka bagi Ren.

Seketika, "Apex" menyadari posisinya. Tembakan balasan menghantamnya. Ren mencoba menembak lagi, namun Assaulter "Apex" sudah ada di dekatnya. Peluru-peluru menghantam tubuh Ren. Ia merasakan hentakan keras di seluruh tubuhnya.

"PLAYER DOWN! REN HAS BEEN ELIMINATED!"

Layar virtual menjadi gelap.

"WINNER WINNER CHICKEN DINNER! APEX!"

Tim "Phantom Strikers" berhasil meraih Juara 2 di Turnamen Online Zero Point Survival. Hadiah Rp 200.000.000.

Ketenaran yang Tetap Bercahaya

Meskipun kalah di final, nama "Ren" tetap bersinar terang. Komentar-komentar membanjiri media sosial. Mayoritas memuji performa luar biasa Ren, menyebutnya sebagai rookie terbaik di turnamen.

"Salut buat Ren! Semifinal quadra kill satu peluru, final bikin pro player kewalahan! Juara 2 itu sudah luar biasa!"

"Tim Phantom Strikers memang keren, apalagi Ren! Gak sia-sia gue follow dia!"

Tentu, ada beberapa komentar negatif yang muncul dari haters atau penggemar tim lawan. "Ren cuma beruntung di semifinal," atau "Tetap aja kalah sama Apex, mentok cuma segitu." Namun, suara-suara negatif itu tenggelam dalam lautan pujian. Angka follower Instagram Ren terus merangkak naik, menembus angka 3 juta dalam hitungan hari. Tawaran sponsorship dari perusahaan gaming gear, minuman energi, hingga platform streaming terus berdatangan.

Tak lama setelah turnamen, Aisha kembali menghubungi Ren. "Ren, kamu lihat sendiri kan? Ketenaranmu gila-gilaan! Ini bukan cuma hobi lagi, ini bisa jadi karir! Aku tahu kamu keberatan soal live stream kemarin, tapi ini kesempatan emas. Aku bisa bantu kamu menyiapkan semuanya. Aku bahkan bisa datang ke tempatmu untuk mengajarimu langsung."

Rangga terdiam. Ia menatap layar ponselnya, membaca pesan Aisha. Hatinya bergejolak. Rasa malu dan takutnya masih ada, namun nominal Rp 200.000.000 itu, ditambah tawaran sponsorship, adalah jumlah uang yang tak pernah ia bayangkan. Ini bisa mengubah hidupnya. Bukan hanya finansial, tapi juga memberinya kesempatan untuk benar-benar mengejar passion yang ia temukan.

Akhirnya, ia mengambil keputusan. Ia harus mengatasi rasa malunya. Ini adalah masa depan Ren.

"Baik, Teteh Aisha," balas Ren. "Aku... aku akan menerima tawaran live stream itu. Terima kasih banyak. Kapan... kapan Teteh bisa datang?"

Transformasi Rangga: Sebuah Awal Baru

Dengan uang hadiah dari turnamen, Rangga tidak hanya melunasi semua utang-utangnya, tetapi juga melakukan investasi besar untuk masa depannya. Ia segera mencari dan pindah kosan ke tempat yang lebih layak, sebuah kamar yang lebih luas dan terang, jauh dari kesan sempit dan suram sebelumnya. Ini adalah langkah pertamanya untuk membangun ruang bagi "Ren" di dunia nyata.

Lalu, ia menghabiskan sebagian besar sisa uangnya untuk membeli setup PC gaming impian. Sebuah komputer rakitan dengan spesifikasi tertinggi, monitor gaming beresolusi tinggi, kursi gaming yang nyaman, mikrofon studio, dan webcam berkualitas. Kamar kosannya kini bertransformasi menjadi gaming station profesional, cerminan dari ambisinya untuk berkarir sebagai gamer. Ia juga secara resmi menerima tawaran sponsor dari salah satu perusahaan gaming gear yang menghubunginya. Ia adalah seorang gamer profesional.

Beberapa hari kemudian, ponsel Rangga bergetar. Sebuah pesan dari Aisha: "Aku sudah di depan kosanmu, Ren."

Rangga menelan ludah. Jantungnya berdebar kencang, kali ini bukan karena adrenalin game, melainkan karena percampuran antara kegugupan, rasa malu, dan antisipasi. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Rambutnya masih sedikit acak-acakan, kulitnya sedikit pucat, dan ia masih mengenakan kaos rumahan sederhana. Ini adalah Rangga. Bukan Ren.

Ia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Ini saatnya. Ini adalah langkah pertama menuju jembatan antara dua dunianya.

Rangga membuka pintu kosan. Di depannya, berdiri seorang perempuan muda dengan senyum ramah, persis seperti avatar Aisha di game, namun jauh lebih hidup. Rambut hitam panjangnya tergerai, dan matanya memancarkan kecerdasan yang sama.

"Hai, Ren," kata Aisha, senyumnya mengembang. "Aku Aisha."

Rangga hanya bisa mengangguk, lidahnya terasa kelu. Ia tersenyum canggung. "Hai, Teteh Aisha. Aku... Rangga."

1
angin kelana
awalnya blom tau menarik atw enggak lanjut aja cusss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!