NovelToon NovelToon
Not Love, But Marriage

Not Love, But Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Persahabatan / Dokter
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nōirsyn

"Mereka mengira pertemuan itu adalah akhir, padahal baru saja takdir membuka lembar pertamanya.”

‎Ameena Nayara Atmaja—seorang dokter muda, cantik, pintar, dan penuh dedikasi. Tapi di balik wajah tenangnya, ada luka tersendiri dengan keluarganya. Yara memilih hidup mandiri, Ia tinggal sendiri di apartemen pribadinya.

‎Hidupnya berubah ketika ia bertemu Abiyasa Devandra Alaric, seorang CEO muda karismatik. Yasa berusia 33 tahun, bukan seperti CEO pada umumnya yang cuek, datar dan hanya fokus pekerjaannya, hidup Yasa justru sangat santai, terkadang dia bercanda dan bermain dengan kedua temannya, Yasa adalah anak yang tengil dan ramah.

‎Mereka adalah dua orang asing yang bertemu di sebuah desa karena pekerjaan masing-masing . Awalnya mereka mengira itu hanya pertemuan biasa, pertama dan terakhir. Tapi itu hanya awal dari pertemuan mereka. satu insiden besar, mencoreng nama baik, menciptakan gosip dan tekanan sosial membuat mereka terjebak dalam ikatan suci tanpa cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nōirsyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

flashback

Malam hari di balkon apartemen Yara

‎Malam membalut langit Jakarta dengan cahaya lampu kota yang berkelip seperti bintang-bintang. Angin sepoi-sepoi berhembus pelan, menerpa rambut panjang Yara yang dibiarkan tergerai. Ia berdiri tenang di balkon apartemennya, menggenggam secangkir teh hangat. Wajahnya tampak adem, menatap lampu kota dengan mata yang tenang namun dalam. Di telinganya, alunan musik santai mengalir pelan dari earphone—menemani lamunannya.

‎Tiba-tiba, pikirannya melayang…

‎Flashback

‎Di sebuah ruang makan sederhana, Yara duduk bersama kedua orang tuanya. Di atas meja, makanan seadanya tersaji. Suasana hangat yang rapuh.

‎“Yah… Yara kan udah kelas 12, Yara boleh ikut les atau bimbel ngga? Yara mau ngejar cita-cita Yara buat masuk perguruan tinggi negeri,” ucap Yara pelan, memberanikan diri di sela-sela makan malam.

‎Pak Ikhsan—ayahnya, mendongak dengan ekspresi datar. “Ayah ngga ada uang. Kamu bisa belajar sendiri. Mandiri, Yara! Zaman udah canggih, bisa belajar lewat internet

‎ikhsan rahardian ayah yara yang suka bermain judi. padahal gajinya kisaran 8-9 juta, itu lumayan cukup untuk kebutuhan sehari-hari mereka. bahkan mungkin mereka bisa sedikit hidup mewah dengan gaji segitu, tapi ayah yara seorang yang kasar dan pelit.

‎"iya yah, tapikan belajar sendiri ngga semudah itu. kalau ada materi yang yara ngga paham kan yara ngga bisa tanya siapa-siapa, lagian kita juga ngga sesusah itu, les di sekolah cuman 3 juta yah. itu juga bisa nyicil selama setahun."

‎Braak!

‎Pak Ikhsan memukul meja dengan keras. "kalau saya bilang ngga ada ya ngga ada, kamu tau diri ya yara, saya sekolahkan saja sudah bersyukur, malah banyak minta"

‎Tanpa menunggu balasan, dia pergi meninggalkan ruangan.

‎ibunya yara langsung memeluk yara erat, dia tidak berani membela ketika pak ikhsan berbicara. karena selain kata-katanya yang kasar, pak ikhsan juga sering bermain tangan.

‎Yara yang sedang dipeluk diam saja, tidak menangis, tidak takut, dia seperti.... sudah terbiasa dengan ini semua, hatinya sudah beku.

‎seminggu kemudian ibunya meninggal dunia, hati yara hancur berkeping-keping, dunianya runtuh, ibunya yang selalu memeluk dan mengusap air matanya meninggalkannya seorang diri di dunia ini.

‎seminggu setelah ibunya di makamkan, ayahnya menikah lagi dan membawa istri baru beserta kedua anaknya tinggal bersama di rumah yara.

‎Yara sering sekali di suruh-suruh oleh ibu tirinya "tante dini" seperti mengerjakan rumah dan bahkan menyuruhnya melakukan hal sepele yang bisa dilakukan sendiri. Jika masih dalam batas wajar dia mau mengerjakan, tapi ketika sudah keterlaluan dia akan melawan, yara bukan anak yang hanya diam ketika ditindas.

‎Hidupnya hanya di penuhi ambisi dan belajar, bukan untuk menangis dan meratapi nasib!. Karna itulah dia tidak punya pacar hingga sekarang, dari kecil sampai SMA dia selalu di kurung diam di dalam rumah, membuatnya menjadi anak yang kurang percaya diri dan anti sosial, dan ketika dia kelas 12 hingga sekarang, hidupnya hanya fokus pada kerjaannya, membuatnya malas pacaran, ditambah karakter ayahnya yang membuat dia benci terhadap laki-laki, seseorang yang seharusnya mencintai dan melindunginya, malah sebaliknya. Dan yara tidak berpacaran karena sebuah tragedi....

‎Walau begitu, dia tetap ramah dan berteman kepada siapa saja. Bukan tipe orang yang cuek dan tidak peduli sekitar.

‎-----

‎Pagi hari di rumah sakit

‎Mentari pagi menyinari gedung rumah sakit dengan lembut. Di pelataran, ambulans lalu lalang, perawat bergegas, dan aroma antiseptik memenuhi udara. Di ruang tunggu, beberapa keluarga pasien terlihat menanti dengan raut cemas. Suasana sibuk tapi tidak gaduh, seakan pagi ini berjalan dalam irama kerja yang sudah sangat familiar bagi para tenaga medis. Di kantin, aroma kopi dan roti panggang mulai menyeruak, menandai awal hari yang panjang.

‎---

‎Jam makan siang di kantin rumah sakit

‎Yara, Adrian, Deva, Feli, dan Fio duduk di satu meja. Kantin cukup ramai, tapi meja mereka penuh tawa dan obrolan ringan. Namun di tengah keriuhan itu, Adrian terlihat diam, alisnya berkerut.

‎“Kenapa lu bro, berkerut aja tuh dari tadi dahi,” tanya Deva sambil menyeruput minuman.

‎“Ck… ini Papa. Nyuruh gua ke pesta teman-teman bisnisnya. Males banget. Mereka semua tuh penuh topeng, basa-basi dan ngomong manis cuma buat menjilat,” kata Adrian sambil memijit dahinya.

‎“Anjay kata-kata hari ini,” sahut Feli, tertawa kecil.

‎Yara menyikut pelan lengan Feli. “Ck, orang lagi serius juga.”

‎“Hehe…” Feli nyengir polos.

‎“Ya udah la mau gimana lagi. Namanya juga anak semata wayang juga, wkwk. Harus nerusin bisnis papa,” kata Fio santai.

‎Tiba-tiba Feli nyeletuk, “Oh iya, gimana kalau Kak Adrian ajak Yara aja? Biar dia tau gimana rasanya pesta orang kaya!”

‎“Dih, apa-apaan sih Fel,” sahut Yara cepat.

‎“Ya gapapa Fel,” kata Deva ikut nimbrung. “Sesekali cari hiburan lah. Siapa tahu dapet jodoh, ya kan?”

‎“Nah bener banget!” Fio menimpali. “Hidup tuh jangan datar mulu. Dateng ke rumah sakit, kerja, operasi, terus pulang. Sama kayak Kak Adrian. Kalian tuh cocok. Flat banget hidupnya.”

‎Adrian berfikir sejenak, dia memang sudah lama menyimpan perasaan pada yara, apalagi mama mau ketemu dengan calon menantu nya mungkin ini waktu yang tepat untuk memperkenalkan yara pada papa dan mama pikirnya.

‎"Yara, kamu mau ga temenin aku ke acara itu?" tanya adrian

‎"Eh?" Yara ga expect kak Adrian mengajaknya (kak adrian kok dengerin kata-kata bocah-bocah gendeng ini si) dalam hati Yara.

‎Dia gelagapan bingung mau jawab apa.

‎"Tuh kannn cieee udah diajak, mau ya Yar, gabole loh nolak ajakan orang, ngga sopan." kata Feli dengan nadanya yang sok bijak

‎"Aku juga pasti bosan dan jenuh disana yar. Setidaknya kalau ada kamu, pasti ada temen ngobrol" kata Adrian meyakinkan.

‎"I-iya oke deh kak" Yara hanya tersenyum paksa.

‎Adrian tersenyum.

‎----

‎to be continued

1
gathem Toro
sebenarnya Yasa itu dah cinta sama Yara cuma gengsi aja
Takagi Saya
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Kaylin
Gak kepikiran sama sekali kalau cerita ini bakal sekeren ini!
Fujoshita UnUHastaloshuesos
Gak bisa move on! 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!