Diusianya yang tak lagi muda, Sabrina terpaksa mengakhiri biduk rumah tangganya yang sudah terajut 20 tahun lebih lamanya.
Rangga tega bermain api, semenjak 1 tahun pernikahnya dengan Sabrina. Dari perselingkuhan itu, Rangga telah memiliki seorang putri cantik. Bahkan, kelahirannya hanya selisih 1 hari saja, dari kelahiran sang putra-Haikal.
"Tega sekali kamu Mas!" Sabrina meremat kuat kertas USG yang dia temukan dalam laci meja kerja suaminya.
Merasa lelah, Sabrina akhirnya memilih mundur.
Hingga takdir membawa Sabrina bertemu sosok Rayhan Pambudi, pria matang berusia 48 tahun.
"Aku hanya ingin melihat Papah bahagia, Haikal! Maafkan aku." Irene Pambudi.
..........................
"Tidak ada gairah lagi bagi Mamah, untuk menjalin sebuah hubungan!" Sabrina mengusap tangan putranya.
Apa yang akan terjadi dalam kehidupan Sabrina selanjutnya? Akankah dia mengalah, atau takdir memilihkan jalannya sendiri?
follow ig @Septi.Sari21
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Sementara di lain tempat, tepatnya di Perusahaan Pambudi Official,
Kini Rayhan tampak mondar mandir tak jelas. Dan entah mengapa, sejak tadi pagi, apapun yang karyawannya kerjakan, selalau saja tidak benar.
"Tuan, semua data sudah benar! Dan Karyawan tidak jadi dilemburkan." Edward menunduk segan, berdiri didepan pintu.
"Siapa yang berani memutuskan?!" Rayhan menatap tajam.
"Tuan Frans, Tuan!"
Mendengar nama orang kepercayaannya itu, seketika Rayhan langsung diam. Ia sejak tadi berdiri disamping korden dinding kaca, dan sesekali menatap kedepan.
"Tuan, Mbak Sabrina kan izin hari ini!" Spontan Edward menutup mulutnya.
Rayhan mendengus kesal, lalu segera berjalan menuju kursi kebesarannya. Ia tampak jenuh, merasa muak, yang jelas hari-harinya seakan mendung tanpa kehadiran Sabrina.
"Edward, sini!" Rayhan melambai kecil, menyuruh Asistennya mendekat.
"Ada apa, Tuan?"
"Cari tahu kenapa alasan Sabrina tidak masuk hari ini!" pekik Rayhan.
"Tuan, maaf sebelumnya. Bukanya Mbak Sabrina sudah mengirim izin kepada Anda?!" Edward masih ingat betul, bagaimana ucapan Bosnya waktu lalu.
"Itu masalahnya! Sabrina hanya bilang jika ada urusan penting. Saya tanya, dia tidak membalas kembali pesan saya!" Ekspresi Rayhan saat ini sudah mirip sekali dengan ABG yang sedang jatuh cinta. Ia dibuat pusing oleh satu wanita.
"Tuan, kalau saran saya ... Mending Tuan langsung ke rumah Mbak Sabrina saja!" Edward sejujurnya tidak yakin akan ide gilanya itu. Tapi, cinta memang butuh perjuangan. Tidak hanya diam, dan langsung berhasil. Apalagi wanita, pasti ingin diyakinkan.
"Saya kesana bawa apa? Saya sudah lama nggak berhubungan dengan wanita, Edward!" Rayhan tampak pusing sendiri.
"Tuan, biasanya wanita suka dengan bunga mawar!"
Ide gila Edward, rupanya tampak ditimang oleh Rayhan saat ini. "Bunga Mawar?" Ia manggut-manggut, lalu segera bangkit.
"Tuan, Anda mau kemana? Ini belum jamnya pulang?!" Hardik Edward menatap bingung.
"Kamu lupa saya siapa?!" Rayhan menajamkan matanya, hingga membuat pemuda didepannya itu meringsut. "Sudah, ayo!" lanjutnya, dan langsung berjalan keluar.
Edward kembali menepuk jidatnya, karena jujur, ia lupa jika saat ini ia sedang berbicara dengan pemilik perusahaan tersebut.
*
*
Mobil yang Edward bawa, kini melaju kencang, membelah keramaian Kota Surabaya. Dan selang beberapa menit, mobil mewah itu telah berhenti didepan toko bunga terbesar dikotanya.
Rayhan segera turun, ia berjalan menuju toko itu, dan tampak sedang berbincang-bincang dengan pelayan toko disana. Setelah itu, Rayhan kembali lagi masuk kedalam mobil.
Tak lama kemudian, seorang pelayan membawa satu buket besar yang berisikan bung mawar. Sampul yang bewarna hitam, semakin menambah kesan elegant bagi mata yang memandang.
"Terimakasih," ucap Rayhan setelah buket tadi berhasil duduk tenang disebelah bangkunya.
Edward membolakan mata, sembari membalikan badan. "Astaga Tuan ... Itu terlalu besar, Tuan! Seharusnya setangkai saja."
Dengan wajah tenangnya, Rayhan hanya membalas, "Kalau cuma setangkai, di pot depan rumah Sabrina juga ada!"
Edward kembali menegakan badanya, dengan lirihan nafas pasrah. Ia sedikit menggelengkan kepala, lalu kembali menjalankan mobilnya. 'Begini susahnya, debat sama orang tua!'
Selang beberapa menit menempuh perjalanan, kini mobil Rayhan sudah memasuki komplek kontrakan Sabrina. Akan tetapi, Edward terpaksa berhenti agak berjarak, karena ia melihat ada sebuah mobil mewah yang kini berhenti, tepat didepan gerbang rumah Sabrina.
"Tuan, sepertinya Mbak Sabrina sedang ada tamu," ucap Edward menunjuk kearah mobil didepannya.
"Ya sudah, kita tunggu dulu!" Jawab Rayhan dengan pandangan menajam kedepan.
Sementara didalam rumah, Sabrina kini tengah berdiri tenang, ketika mantan suaminya~Rangga, ia melayangkan sorot mata tidak terima atas perceraian yang dilakukan Sabrina.
"Kita bisa bicarakan semuanya baik-baik, Dek! Lihat Haikal ... Dia sudah tumbuh dewasa, apa nggak malu melihat orang tuanya bercerai! Apa kata orang, Dek?!" Rangga masih berusaha meyakinkan Sabrina, mesti diacuhkan oleh mantan istrinya.
Sabrina mendesah lirih, benar-benar energinya terkuras. "Untuk apa malu?! Perceraian itu bukan sesuatu yang hina! Adanya Haikal sudah dewasa, jadi dia sudah tahu mana yang terbaik untuk rumah tangga orang tuanya. Dia putraku, aku sudah bertaruh nyawa melahirkannya! Jadi, aku tidak akan membiarkan seseorang menyakiti metalnya, termasuk KAMU, MAS!" Bentak Sabrina.
"Aku masih mencintaimu, Dek! Kenapa kamu tega berbuat seperti ini padaku! Bahkan, aku saja tidak tahu dimana surat gugatanmu! Aku mohon, aku ingin rujuk kembali." Rangga berjalan mendekat, menggapai tangan Sabrina dengan wajah melasnya.
Sabrina dengan cepat mengambil tanganya. Sejujurnya ia terkejut dengan kedatangan Rangga sore ini. Karena sebelumnya, tidak ada yang Sabrina beri tahu, selain mertuanya~Bu Farida.
Wajah cantik itu mengulas senyum getir, merasa ingin muntah mendengar kalimat cinta dari mulut Rangga. Cinta yang seperti apa yang mantan suaminya itu maksud? Cinta palsu yang berlapis penghianatan, mungkin itu maksud ucapan Rangga.
"Rasa cintaku sudah hilang, semenjak aku mengetahui kebohonganmu, Mas! Dulu memang aku mendambakan kalimat itu setiap harinya. Tapi kini, aku muak mendengar semua kepalsuanmu! Sekarang lebih baik kamu pergi dari rumahku! Dan kupertegas sekali lagi, jika kita sudah resmi bercerai!" Sabrina menajamkan mata, sambil mendorong tubuh Rangga agar segera keluar.
Blam!!
"Dek, tolong buka dulu! Aku belum selesai bicara! Dek," Rangga terus saja menggebrak pintu rumah itu. Wajah tampan itu terlihat sangat lelah, namun penuh dengan hal yang belum tersampaikan. Yang jelas, ia benar-benar menyesal.
"Dek, aku pasti akan datang lagi kesini! Aku nggak akan membiarkan kamu didekati pria manapun!" Teriak Rayhan setelah memundurkan beberapa langkah.
Setelah itu ia beranjak kembali menuju mobilnya.
"Tuan, itu sepertinya Pak Rangga?!" Edward bersuara, memfokuskan tatapanya kedepan.
Rayhan juga ikut memajukan setengah badanya kedepan. Kedua alisnya bertaut, tampak sibuk menerka, mengapa karyawanya barusan keluar dari rumah Sabrina. Apa mereka saling kenal sebelumnya?
Begitu mobil milik Rangga sudah jalan kembali, Edward langsung menjalankan mobilnya, berhenti tepat didepan gerbang Sabrina.
Rayhan bersiap turun bersama Edward yang membawa buket raksasa tadi. Kini mereka sudah berdiri didepan pintu, bersiap menunggu kedatangan Sabrina.
Ceklek!!
Kedua mata Sabrina membola sempurna, kala melihat ada buket bunga besar, dan juga kedatangan Bosnya.
"Pak Rayhan, ada apa ya?" kata Sabrina sedikit bingung.
"E-em ... Ini, ini buket bunga untukmu, Sabrina! Terimalah!" Mendapat tatapan isyarat dari Rayhan, Edward sudah mengangkat buket tadi, namun ditahan oleh tangan Sabrina.
Sabrina masih terlihat kebingungan. Wajahnya terlalu lelah harus menerka-nerka kembali. Rasanya terlalu frustasi, karena ia bukan lagi gadis muda, yang dengan bahagianya mendapat kejutan.
"Tunggu sebentar! Ini dalam rangka apa ya Pak Rayhan, kok saya dikasih buket mawar besar banget?!"
'Matilah kau, Tuan! Emangnya Mbak Sabrina gadis belia, apa. Sudah saya bilang, ide saya ini sesat!' Edward sejujurnya ingin tertawa keras melihat wajah tegang Bosnya saat ini.
...lanjut thor 💪🏼
di tunggu boncapnya thor lanjut.
lanjut thor💪🏼