NovelToon NovelToon
Takdir Anak Yang Tidak Dianggap

Takdir Anak Yang Tidak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Menjadi Pengusaha
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Miftahur Rahmi

Seorang perempuan bernama Zainab Rahayu Fadillah memutuskan menikah dengan seorang pria bernama Hasan Bahri. Dia menerima pinangan itu, dikarenakan keluarga sang suami adalah keluarga dari turunan turunan seorang tuan guru di sebuah kota.
Zainab dan keluarga, jika mereka adalah dari keturunan baik, maka sikapnya juga akan baik. Namun kenyataannya bertolak belakang. Dunia telah menghukum Zainab dalam sebuah pernikahan yang penuh neraka.
Tidak seperti yang mereka pikirkan, justru suami selalu membuat huru hara. Mereka hampir setiap hari bertengkar. Zainab selalu dipandang rendah oleh keluarga suami. Suami tidak mau bekerja, kerjanya makan tidur dirumah. Namun penderitaan itu belum selesai, adik ipar dan juga ponakannya juga sering numpang makan di rumah mereka, tanpa mau membantu dari segi uang dan tenaga. Zainab harus berjuang sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berkebun

Akhirnya, Mel dan Fatur bangun dari tidurnya setelah melewati berbagai drama. Keduanya mandi, berpakaian dan akhirnya duduk bersila makan dihamparan tikar anyaman.

Pagi itu, mereka masih makan lauk ayam dari pemberian sang kakek. Zainab cuma memanaskan saja.

Keduanya makan dengan lahap. Zainab, memandang kedua wajah anaknya dengan tersenyum.

“Kapan semua penderitaan ini akan berakhir? Aku ingin melihat, kedua anakku bahagi Tuhan...” lirihnya dalam hati.

Setelah keduanya selesai makan, keduanya bergegas memakai sepatunya dan Zainab memberikan uang jajan dua ribu rupiah untuk anak itu. Masing-masing mereka mendapat seribu rupiah.

Keduanya segera mengkayuh sepedanya, hingga menghilang dipersimpangan jalan. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Zainab kembali bekerja membelah pinang. Ia akan menjualnya sore nanti.

Uang hasil jual pinang, akan ia pergunakan untuk membeli bibit sayuran. Ia berencana, akan menanam sayuran dibelakang rumah mereka.

Tidak terasa, hari sudah semakin siang. Kedua anaknya, telah pulang. Keduanya berlari mendekati sang ibu. Fatur dan Mel mengambil parang dan mulai membelah pinang.

“Ganti baju dan makan dulu, baru bantu Ummi...” tegur Zainab.

Keduanya langsung berlari masuk kedalam rumah, walaupun diwajah keduanya memperlihatkan rasa kecewa.

Keduanya makan dengan lahap. Sedangkan Hasan, tidak tahu rimbanya. Dari pagi hingga siang ini, tidak terlihat batang hidungnya.

Setelah makan, keduanya kembali mendekati ibunya. Keduanya mulai membantu sang ibu membelah pinang. Sesekali mereka bercerita.

Saat sore hari, seseorang pembeli pinang mendatangi rumah Zainab. Zainab menjual pinangnya. Mata Fatur dan Mel berbinar, saat melihat sang pembeli menghitung uangnya, yang akan diberikan pada ibunya.

Saat sudah diterima oleh Zainab, keduanya langsung memeluk sang ibu, dengan wajah berbinar. Zainab yang paham maksud sang anak, segera memberikan uang lima ribu rupiah pada dua anaknya.

Keduanya berbinar menerima uang itu, lalu segera berlari kekedai membeli jajanan. Zainab hanya tersenyum lega, saat melihat sang anaknya cukup bahagia, dan bisa melupakan apa yang telah terjadi.

Beberapa hari kemudian, Zainab mulai mengerjakan rencanannya akan menanam sayuran dibelakang rumahnya. Ia membeli bibit kangkung, bayam, dan juga kacang panjang. Ia mulai menebas rerumputan dibelakang rumahnya. Setelah siap, ia mulai menabur benih itu. Ia juga tidak lupa menanam cabe.

Setiap pagi dan sore, Zainab menyirami kebun kecilnya. Sesekali, Mel dan Fatur ikut membantu dan berakhir main air. Saling menyiram satu sama lain.

Tawa, ceria kedua anak itu menyatu dengan suara gemercik air. Hari itu, dibelakang rumah yang dulunya dipenuhi rumput liar, kini nampak menjadi kebun kecil, yang memberikan harapan pada keluarga kecil itu.

“Mel, jangan terus menyirami abangmu. Nanti, masuk angin nak...” tegur Zainab sambil tersenyum melihat wajah kebahagian dari kedua anaknya.

“Kan, ummi nyuruh siram tanaman. Mel, pikir abang itu juga tanaman,” jawab Mel dengan polos, diiringi tawa puas menyirami sang abang.

Zainab hanya mengelengkan kepalanya, melihat tingkah kedua anaknya. Ia, sedang mencabut rumput liar yang tumbuh disela-sela tanamannya.

Tangannya nampak terampil, meski tangannya terlihat kasar dan penuh luka kecil. Setiap gerakan tangannya, ada harapan yang ia panjatkan.

“Aku tidak akan menyerah...”

“Aku punya dua anakku, yang harus aku bahagiakan...” lirihnya.

Hari demi hari, tanamannya kini tumbuh subur. Sebagaian tanaman itu, untuk lauk dan sebagain untuk dijual dikedai. Kebun itu tidaklah besar, namun cukup untuk dijual di kedai dan dijadikan lauk.

Mel dan Fatur bertugas memetik hasil panen itu. Sesekali keduanya juga membawa sayuran itu untuk ditumpangkan kekedai.

Uang hasil jual sayuran itu, Zainab pergunakan untuk membeli beras, ikan dan keperluan dapur lainnya. Tidak lupa, ia juga memberikan jajan pada kedua anaknya. Bahkan jajan anaknya, bisa melebihi dua kali lipat, dari uang jajan biasanya yang sering diberi oleh Zainab. Kedua anak itu, sangat gembira. Sesekali keduanya membeli jajan, dan makan bersama teman-temannya.

Zainab juga membelikan kedua anaknya baju baru. Dua anak itu nampak semakin bahagia.

Sore itu, setelah mendapatkan hasil penjualaan sayuran dikedai. Zainab pulang kerumah, memasukkan uangnya dalam sebuah dompet.

“Assalamualaikum, Ngah...” ucap Sumi diambang pintu. Ngah adalah singkatan dari ongah, panggilan untuk anak kedua dalam tutur orang Melayu Rokan Hilir. Riau.

“Walaikumsalam... Ada apa Sum?” tanya Zainab dengan ramah.

“Gini Ngah... Aku boleh nggak minjam duit ongah dulu, aku mau buat modal jual pakaian... Masih kurang, nanti bulan depan Sumi janji deh bakal bayar deh...”

“Mau minjam berapa Sum?” tanya Zainab lagi.

“200 ribu rupiah aja kak. Cuma, untuk menutupi yang kurang kok...”

Zainab pun memberikan uang 200 ribu kepada Sumi. Sumi pun segera meninggalkan rumah Zainab. Sumi adalah anak ketiga dari Bu Yati.

Yati dan Sumi pun pergi ke Tanjung Balai membelikan berbagai macam pakaian, dan kain. Namun dari hari kehari, dari bulan kebulan, uang yang dijanjikan oleh Sumi juga tidak pernah dibayar.

Bahkan saat Zainab meminta uang itu untuk beli beras, selalu saja mengatakan tidak ada.

Orang berhutang selalu bersikap seolah-olah tersakiti. Orang yang dihutangi akan seperti pengemis, meminta uangnya kembali. Begitulah kejamnya hidup. Orang-orang selalu bersikap semaunya.

Pertolongan orang miskin dengan tenaga, akan kalah dengan pertolongan orang kaya, walaupun cuma omong doang.

Zainab masih ingat, saat ia menagih hutang Sumi. Sumi berkata. “Maaf Ngah... Aku belum ada uang... Orang-orang banyak berhutang, banyak juga yang belum bayar... Ongah sabar aja, pasti aku bayar kok...” ujar Sumi dengan santai.

Hari itu, Zainab datang kerumah mertuanya dan bertemu dengan Sumi untuk menagih hutangnya. Dirumah tidak ada beras, uang itu ia rencanakan untuk membeli beras untuk makan sore ini. Sayuran ia juga sudah habis panen, baru mau ditanami.

Hakim yang mendengar itu, ia memanggil Zainab mendekatinya.

“Zainab, sini sebentar...” panggil Hakim.

Zainab hanya menghela napas berat, ia ketiga kalinya ia meminta hutang itu pada Sumi, namun tetap saja tidak ada.

Zainab mendekati mertuanya dengan langkah perlahan.

“Ini ambilah, untuk beli beras....” ucap Hakim memberikan uang kepada Zainab. Zainab bernapas lega, dan tersenyum bahagia.

Akhirnya masih ada orang yang berbaik hati padanya. Uang yang ia berikan pada Zainab itu adalah uang dari sedekah orang-orang padanya. Bahkan sang istri juga sering mendapat sedekah uang, gula, dan sejenisnya.

Zainab pulang dengan wajah sumringah...

 Sesampainya dirumah, ia segera menanak nasi. Ia membeli ikan murah, dan memasaknya.

Sedangkan dirumah Hakim. “Kenapa Kakek kasi sih ongah duit itu, mending kasi ke Sumi. Biar Sumi belikan lauk yang enak-enak untuk kakek....” ujar Sumi tidak suka dengan sikap Kakeknya yang memberikan uang itu kepada Zainab.

“Biar saja, ia bisa beli beras, kalau nggak, mau makan apa nanti ia...” jawab sang Kakek.

“Itu masalah ia sendiri Kek, bukan masalah kita... Ia yang punya anak, harusnya lebih pinter nyari duit buat makan anak... Ia aja yang pemalas.” ucap Sumi lagi.

“Sudahlah, Sumi... Kakekmu kan memang lebih sayang pada cucu dari anak lelakinya... Apapun sering dibeli untuk anak Zainab, sedangkan saat kalian kecil, Kakekmu jarang membelikan sesuatu untuk kalian...” timpal Yati.

Hakim tidak menjawab. Ia langsung pergi meninggalkan Yati dan Sumi dengan wajah yang masih kesal.

...****************...

Jangan lupa subscribe, like, komen, beri hadiah, dan vote bintang 5 ya teman-teman😘 sebelumnya, terimakasih udah mampir. Jangan boom like ya teman-teman😘

1
Miu Nih.
aku hadir kakak untuk mendukungmu...
salam kenal ya, jgn lupa mampir di 'aku akan mencintaimu suamiku' 🤗🤗

aku akan datang kalo udh UP lagi 😉
MifadiruMzn: ok kak
total 1 replies
Abu Yub
Aku mampir lagi thor/Pray//Ok//Good/
Abu Yub
Ngak usah ngomong
Abu Yub
sumber suara
Abu Yub
Lanjut/Ok/
Abu Yub
jangan nakal
Abu Yub
seharian
Abu Yub
Aku datang lagi thor
Abu Yub
Fatur
Abu Yub
selesai makan
Abu Yub
zainab
Abu Yub
Aku datang lagi thor/Ok/
Abu Yub: ok dedek/Ok/
MifadiruMzn: ok kakak, nanti aku mampir ya
total 2 replies
Abu Yub
pada tahun
Abu Yub
saat pagi
MifadiruMzn: pagi kakak
total 1 replies
MifadiruMzn
Jangan lupa vote, like dan komen ya teman-teman/Rose//Heart/
Abu Yub
wanita paruh baya yang masih gadis
Neonaaaaa
lanjut terus Thor🔥🔥🔥
jangan lupa untuk mampir juga yaaa makasihhh
MifadiruMzn: oke kak, nanti saya mampir ya
total 1 replies
MifadiruMzn
/Casual/
Anonymous
Lanjut Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!