NovelToon NovelToon
Nikah Muda Karena Terpaksa

Nikah Muda Karena Terpaksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Damian pemuda urakan, badboy, hobi nonton film blue, dan tidak pernah naik kelas. Bahkan saat usianya 19 tahun ia masih duduk di bangku kelas 1 SMA.

Gwen, siswi beasiswa. la murid pindahan yang secara kebetulan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah milik keluarga Damian. Otaknya yang encer membuat di berkesempatan bersekolah di SMA Praja Nusantara. Namun di hari pertamanya dia harus berurusan dengan Damian, sampai ia harus terjebak menjadi tutor untuk si trouble maker Damian.

Tidak sampai di situ, ketika suatu kejadian membuatnya harus berurusan dengan yang namanya pernikahan muda karena Married by accident bersama Damian. Akan tetapi, pernikahan mereka harus ditutupi dari teman-temannya termasuk pihak sekolah atas permintaan Gwen.

Lalu, bagaimana kisah kedua orang yang selalu ribut dan bermusuhan ini tinggal di satu atap yang sama, dan dalam status pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 Jadi Tutor, Damian?

Pagi ini Gwen terlihat lesu tidak seperti biasanya, bahkan ia bangun terlambat karena semalam tak bisa tidur, memikirkan jika selama dua tahun dia harus berurusan dengan si berengsek Damian, lagipula kejadian kemarin siang tak bisa membuatnya lupa, hingga semalam matanya tak mampu tertutup.

"Ah, bibir gue nggak perawan lagi. Semua ini gara-gara Damian." Gwen mengacak-acak rambutnya sendiri, hingga kamarnya terbuka dari luar. Menampakan sosok sang adik yang sudah memakai seragam SMPnya.

"Loh, Kak Gwen baru bangun? Ditungguin Ibu tuh di bawah. Belum mandi juga, ya?"

"Huh? Emang jam berapa sekarang, Dir?" tanyanya.

Dirly menunjuk jam dinding di kamar sang kakak, dan bola mata Gwen bergerak mengikuti telunjuk sang adik.

"Ya ampun, kenapa nggak bangunin Kakak sih, Dir?" Gadis itu langsung turun dari ranjang, menyambar handuk, lalu bergegas pergi ke kamar mandi yang terletak di samping dapur. Maklum keluarganya bukan orang kaya, jadi dia tidak memiliki kamar mandi di dalam kamar.

"Dari tadi aku ngetuk kamar Kakak nggak ada respon. Ya udah cepetan mandinya, ditunggu Ibu di bawah!" teriaknya kencang. Entah kakaknya itu dengar atau tidak.

Di dalam kamar mandi, Gwen menggosok bibirnya keras.

"Gue nggak mau terkontaminasi sama mulut busuknya si bodoh Damian, kenapa bisa sih gue menyentuh bibirnya tuh manusia purba."

Dia hampir menangis kemarin karena keperawanan bibirnya terenggut. Pacar saja dia belum punya, eh si Damian sudah merebut first kissnya.

"Itu, kan first kiss gue, harusnya itu kesan terindah gitu sama orang yang gue cinta. Bukannya sama Damian. Cakep sih kaya Linyi, tapi kelakukannya ke Lord Voldemort." Matanya menatap nanar ke cermin, memperhatikan bibirnya yang memerah karena digosok berulang kali.

Mendengus pasrah, dia memutuskan untuk mandi, atau dia akan terkena amukan Pak Yus karena datang terlambat, apalagi dia adalah ketua kedisplinan saat ini.

***

"Papa denger kamu bikin ulah lagi di sekolah, ya?"

Arthur bertanya pada putranya sembari menikmati sarapannya di pagi hari.

"Siapa yang bikin ulah? Nggak ada," jawab Damian agak ketus. Masalahnya ia tengah Badmood karena pacarnya kemarin marah-marah karena dia mengecup bibir Gwen, padahal dia tidak sengaja, dan si gila Jason malah memvideo dirinya. Katanya sih untuk koleksi, namun malah diunggah di status pribadinya. Katanya sudah diprivate itu status, tapi malah masih bisa dilihat oleh Alice.

"Kemarin Pak Yus laporan sama Papa, kamu bully anak orang lagi, bener itu?"

"Bohong ah, orang aku nggak ngapa-ngapain, juga? Pak Yus aja yang berlebihan."

"Jangan bohong, tuh kemarin sampai kemarin Pak Yus melantik ketua kedisiplinan yang baru. Di sekolah tuh heboh karena kamu kalah dari perempuan, tapi bagus deh Mama lega jika ada yang bisa jinakkin kamu." Jessica, ibunya menyambar, membuat mood Damian semakin buruk saja.

Dia sudah ingin melupakan kejadian kemarin, apalagi semalaman ia tak bisa tertidur karena mengecup bibir Gwen. Manis sih bibirnya, tapi galak.

"Mama pikir aku binatang buas harus dijinakin."

"Bukan hewan buas, tapi kamu susah diatur. Papa sudah ngasih kamu skors seminggu, masih saja kamu bikin ulah. Inget ya, Dam. Kamu itu udah nggak naik kelas sudah dua kali. Usia kamu juga udah sembilan belas tahun masih aja di kelas sepuluh, nggak malu kamu?"

"Ngapain malu, biasa aja tuh. Yang punya muka aku, kenapa Papa mesti malu."

"Damian!"

Darah pak Arthur mendidih, dia saja sudah sangat malu. Anak kepala sekolah sekaligus pemilik sekolah tersebut, justru tak pernah naik kelas selama dua tahun berturut-turut, di saat teman seangkatannya sudah di tahun terakhir SMA, Damian masih di kelas sepuluh.

"Papa nggak mau tahu, jika tahun ini kamu nggak naik kelas lagi, mending kamu Papa nikahin aja, beres. Sekolah juga nggak niat kamu, dan nggak ada gunanya,"

putus Arthur.

Bola mata Damian membulat mendengar kata pernikahan.

"Nggak, aku nggak mau nikah. Papa pikir nikah itu gampang apa? Nggak, nggak, malas aku kalau disuruh tanggung jawab sama anak orang. Belum lagi repot punya anak, ogah."

"Kalau nggak mau nikah makannya belajar yang bener biar naik kelas. Kamu itu anak laki-laki Mama dan Papa satu-satunya, kalau bukan kamu siapa yang mau mewarisi bisnis Papamu. Kakakmu itu perempuan, dia juga pasti nggak mau ngurus sekolah kita. Mau Mama hibahkan ke anak orang?" Jessica yang sudah kesal akhirnya membuat keputusan sendiri. Sudah jengah dengan sikap sang anak yang tak mau berubah.

"Enak aja, pokoknya tuh harta jangan dihibahkan sama orang, tapi aku juga males nikah muda. Ogah banget, yang lain bisa seneng-seneng eh aku suruh tanggung jawab ini itu. Males, pokoknya males. Udah ah, aku berangkat sekolah aja."

Menarik kursi ke belakang yang ia duduki, Damian segera melesat pergi keluar, bodo amat nanti dia tinggal nongkrong di belakang sekolah, daripada mendengar ocehan papa dan mamanya. Apalagi disuruh menikah, dia malas, tentu saja.

***

"Huh, apaan lo disuruh nikah sama Nyokap Bokap lo, Dam?" Axton hampir saja menyemburkan siomay yang baru saja dia makan, saking dia kaget mendengar ucapan Damian.

Pagi ini mereka memilih nongkrong di belakang sekolah daripada mengikuti apel pagi karena ada pelantikan ketua kedisiplinan yang baru, setelah dua tahun tak ada yang mau menjadi ketua kedisplinan karena takut dengan Damian.

"Males gue, gue masih suka maen-maen sama lo lo pada."

"Nikah tuh enak, Dam. Gimana sih lo. Tanya tuh si Jason yang kecanduan nonton, lo bisa mantap-mantap tuh tiap hari."

Damian menoyor kepala Axton yang bicara sembarangan. "Diem lo, otak gue nggak sekotor lo pada." Ia menyesap kembali nikotin yang terselip di bibir, menyemburkan asapnya hingga membumbung tinggi.

"Munafik lo, bilang nggak sekotor kita. Tapi, lo udah sering 'kan maen sama Alice?"

"Dia yang mau, ya gue nggak nolak, balik ke kelas yuk sebelum kita ke tangkep sama...."

Pritt

Suara tiupan peluit terdengar nyaring di belakang mereka. Keempatnya langsung menoleh ke belakang, di sana ada Pak Yustanto dengan wajah ala begalnya berdiri berkacak pinggang, dengan memelintir kumis yang sepanjang jalan kenangan.

"Busyet dah, Pak Raden dateng, njirr."

"Kalian berempat, ke lapangan cepat!" seru Pak Yus, wajahnya sudah mirip ketua genk begal sepeda di prapatan.

"Pak kita ke kelas aja, ya? Nggak usah ikutan apel pagi."

"Nggak ada tapi-tapian, ke lapangan, atau kalian saya suruh sikat tuh kamar mandi siswa mulai dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas."

Mereka berempat langsung memasang wajah ingin muntah, kamar mandi siswa bahkan sudah terkenal akan baunya yang bisa membuat Firaun bangun lagi, lalu melarikan diri.

"Iya deh Pak, iya."

"Kalian jalan duluan."

Mereka mengangguk, lalu berjalan lebih dulu menuju lapangan. Sampai di sana lapangan sudah penuh, dan ketua osis yang berdiri di tengah lapangan dengan microfon di depannya, dan Gwen sebagai ketua kedisplinan yang baru, berdiri disamping Damar, ketua osis.

Pak Yus yang baru datang, lalu menghampiri Damar dan Gwen, sementara empat murid berandalan itu berdiri di barisan paling belakang.

"Siniin, Mar microfonnya," titah Pak Yus. Damar lalu memberikan Microfon itu pada Pak Yus

Pak Yus berdiri memegang microfin mengamati barisan siswa, sebelum mulai bersuara. "Damian, Axton, Christ, Jason, maju ke depan!" Suara Pak Yus menggelegar.

Keempatnya berjalan lambat, hingga membuat Pak Yus kesal.

"Kalian ini, apa tidak makan tadi pagi. Jalan aja lambat, masih mending keong racun."

"Bawel banget itu si Pak Raden, heran gue," bisik Jason.

"Diem lo, mau dipelintir kek kumisnya," ujar Christ yang paling waras di antara mereka berempat.

Mereka berjalan, lalu berhenti di tengah lapangan seperti intruksi Pak Yus.

"Nah lihat tuh wajah-wajah yang bakal jadi beban negara. Sekolah belum bener udah banyak tingkah, disuruh apel pagi malah merokok di belakang sekolah, mau jadi apa kalian, huh!" teriak Pak Yus, seperti biasa ia akan memelintir kumisnya.

"Pak, jangan ngatain kita, dong." Damian mencibir.

"Emang Bapak salah? Nggak lho, Bapak nangkap basah kalian merokok di belakang sekolah, merokok boleh, silakan sepuas kalian, tapi kalau di sekolah kalian berurusan dengan Bapak. Bukan masalah kalian anak orang kaya, bisa beli rokok sehari lima bungkus. Tapi, itu kesehatan diperhatikan, kalian masih sekolah, masih muda, jangan merusak diri sendiri. Nanti kalau sudah berani merokok di sekolahan, besok itu berani mabok, mau jadi apa?"

Mereka berempat menunduk karena malu, kecuali Damian. Dia urat malunya sudah putus.

Pak Yus menatap mereka berempat kembali. Lalu kembali bicara. "Kalian berempat tahun ini harus naik kelas, kalau tidak kalian akan dikeluarkan dari sekolah, dan jangan harap ada sekolah lain yang mau nerima kalian."

"Huh? Pak jangan ngadi-ngadi, dong. Ini sekolah Papa saya, jangan seenaknya aja."

"Memang Bapak peduli, orang Papa kamu yang bikin keputusan. Maka dari itu, kalian harus naik kelas. Makannya, Pak Arthur sudah menunjuk tutor khusus untuk kalian berempat."

Keempatnya memandang Pak Yus penuh tanya. "Siapa, Pak. Jangan bilang dia alumni militer kaya di film-film," ujar Jason.

Pak Yus mendengus malas, lalu berbalik menatap Gwen penuh arti, Gwen yang ditatap seperti itu jadi merinding. Dia menyenggol lengan Damar yang berdiri di sisi kanannya.

"Mar, kok Pak Yus natap gue kaya gitu sih? Beliau nggak naksir gue, 'kan?

Damar terkekeh. "Kali aja dia naksir lo, Gwen. Dia bujang lapuk, noh usianya udah empat puluh lima tahun tapi belum nikah juga."

Gwen tiba-tiba merinding mendengar ucapan Damar, dan semakin merinding saat namanya dipanggil oleh Pak Yus untuk pergi ke hadapan pria itu.

Gwen berjalan lambat, hingga sekarang dia kini berdiri di samping Pak Yus, yang masih memelintir kumisnya.

"Ada apa, Pak?" tanyanya.

"Kamu juara umum terus 'kan di sekolah sebelumnya?"

"Iya, Pak."

Pak Yus mengangguk. "Kamu pernah dapat nilai di bawah tujuh puluh, nggak?"

"Nggak, Pak," jawab Gwen.

"Sombong," decih Damian lirih, dan mendapatkan pelototan tajam dari Gwen.

"Bagus, selain menjadi ketua kedisiplinan, kamu juga akan Bapak angkat menjadi tutor belajar mereka berempat, terutama Damian. Kamu harus sering kasih dia less privat."

"Huh!" seru Gwen, wajahnya berbah keruh.

Mengamati empat siswa yang sudah jelas terlihat jika masa depan meraka dipastikan suram.

"Kamu harus mau, ini sudah keputusan Pak Kepala sekolah."

Mampus, sekarang Gwen semakin terjebak dengan Damian. Ah, sialan kenapa nasibnya buruk sekali. Menjadi ketua kedisiplinan, dan sekaramg menjadi tutor bagi seorang Damian.

'Ini neraka, 'batin Gwen.

...***Bersambung***...

1
Lasmin Alif nur sejati
kenapa aku ikut deg degan ya 🤣🤣🤣🤣
Lasmin Alif nur sejati
ceritanya seru thorr, semangat terus nulisnya ya thorr🤭
Ciaaaa: Terima kasih banyak kak, author makin semangat nulis kisahnya🤩
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk yg banyak q ksih bunga lagi deh
kalea rizuky
q ksih bunga biar banyak up ya thor
Ciaaaa: hihii boleh dong, tapi sabar yaa author lagi ada kerjaan nanti di up lagi😊
total 1 replies
kalea rizuky
nah gt jangan mau di injak injak Gwen gue suka cwek. tegas g menye2
Lasmin Alif nur sejati
lanjut thor
Ciaaaa: sabar ya kak, masih mikir kata" yang akan di rilis😄
total 1 replies
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr
Lasmin Alif nur sejati
mau jadi suami bucin nantinya 🤣
Lasmin Alif nur sejati
kasihan sekali si gwen
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr💪
Ciaaaa: Terima kasih kak, silahkan baca bab selanjutnya🙏
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
jangan mau Gwen cowok bekas
kalea rizuky
dih Damian tukang celup ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!