Keyra Alzein terpaksa mengubah penampilannya menjadi cupu, merelakan diri menjadi bahan bully-an di SMA Dirgantara demi misi kebebasan dan kejanggalan kematian saudara kembarnya yang bunuh diri satu tahun yang lalu.
Namun, siapa sangka ia malah jatuh cinta pada sosok Ketos seperti Devano.
Disaat Keyra yakin akan perasaannya, satu kenyataan pahit mengusik dimana ia tahu bahwa Devano adalah cinta pertama Arin.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Ikrar ditolak?
Selesai acara, Devano mendekati Keyra. Ia sudah jengah dicueki gadis itu sedari tadi seolah mereka sepasang manusia asing yang berada di tempat yang sama.
"Keyra, Gue mau ngomong!" ujar Devano.
"Ya, tinggal ngomong."
Devano mendekus sebal, "nggak di depan temen, Lo!"
"Ckk!" Keyra berdecak.
Devano menarik tangannya untuk menepi, jauh dari hingar bingar ramai keluarga.
"Mau ngomong apa?" desak Keyra.
Devano duduk, kedua tangannya memegang bahu Keyra yang setengah terbuka karena dress yang dikenakannya.
Mendadak Devano bingung, ia mau ngomong apa? Sebenarnya, ia cuma ingin Keyra tak mencuekinya, itu saja.
Namun, untuk mengungkapkan hal itu rasanya susah, sangat susah.
"Dev, gue sibuk ya! Gue kesini sama Aron."
"Apa dia pacar lo? Sampai segitunya elo nempel sama dia?" tanya Devano yang lebih mirip introgasi.
"Hm, gue gak mengiyakan sih! Tapi dari orok gue emang udah deket banget sama dia, mungkin nunggu waktu yang tepat."
Devano malah mengguncang kedua pundak Keyra bahkan mencengkramnya, mata Devano menatap wajah itu lamat tanpa kedip.
"Gue gak akan biarin lo jadian sama dia."
Keyra melotot sempurna, cengkraman tangan Devano sangat kuat di bahunya.
"Kenapa?" tanya Keyra. Ia sudah sangat malu jika dihadapkan dengan Devano. Jatuh cinta? Rasa-rasanya cowok itu bukan kriteria yang ia cari selama ini.
"Karena,---"
"Keyra, ayo pulang?" ajak Aron, lalu seketika terdiam saat melihat sahabatnya sedang bersama Devano.
"Oh shitt!" umpat Aron dalam hati. Kak Alina mengajaknya ngobrol ngalor ngidul sepanjang tol tadi ternyata malah memberi ruang untuk Devano mendekati Keyra.
"Sebent,---"
"Keyra pulang bareng gue!" sela Devano.
"Gak bisa dong, Keyra dateng bareng gue! Pulang pun harus sama gue," ujar Aron mencoba tenang.
"Rumah kalian nggak searah, gue yang akan anter Keyra! Lagian sekarang dia udah resmi jadi cewek gue," aku Devano.
Keyra semakin melotot tak percaya, "stop! Kalian ini kayak bayi tau nggak, childish banget. Gue pulang sendiri," putus Keyra memotong debat mereka.
"Dan Lo, Dev! Sejak kapan kita jadian? Lo nembak aja belum ya!" omel Keyra tak terima langsung mendapatkan status tanpa ikhrar lebih dulu.
"Keyra pulang sama gue," ujar Aron tak menyerah.
"Gue ada yang mau dibahas sama dia, jadi biarin Keyra pulang sama gue."
"Lo kan bisa besok-besok, udah gue bilang kalau Keyra tanggung jawab gue!" kekeh Aron.
Bram menatap perdebatan mereka bertiga dari kejauhan bersama Satria.
"Mana nih bang kandidat yang cocok kira-kira," kelakar Bram meminta pendapat Satria.
"Aron kayaknya, Pa!"
"Papa dukung Devano," balas Bram.
"Dia lebih punya banyak peluang buat deket dengan adik kamu, sekelas kan mereka!" jelas Bram.
"Apa??"
"Hm, mereka satu sekolah dan satu kelas."
"Tapi kan Aron dan Keyra udah deket dari orok, Pa!"
Bukan menghampiri dan meredam perdebatan Aron, Keyra dan Devano. Dua pria beda generasi ini malah sibuk bertaruh dan mengutarakan pendapat seolah sedang mengamati hubungan ketiganya.
"Gawat, udah malem aja! Papa pulang, ya?" pamit Bram.
Satria mengangguk, "hati-hati, Pa!"
"Ajak calonmu kesini, maaf Papa waktu itu belum bisa ikut ke Jogja."
"Santuy, Pa! Sebelum resmi pokoknya nanti abang bawa ke papa."
"Beres!" Bram mengacungkan jempolnya, lalu menghambur memeluk putra sulungnya.
"Hati-hati kalau balik Jogja, Papa usahakan ikut anter ke stasiun. Tapi gak janji soalnya Papa sering ingkar," ujar Bram.
Satria sekali lagi mengangguk, "jangan janji Pa, janji itu hutang! Ntar papa banyak hutangnya," kelakar Satria.
Bram terkekeh pelan, ia lantas menghampiri putrinya dan memutus perdebatan dua remaja yang berebut jadi ojeknya Keyra.
"Sayang, ayo pulang! Pamit dulu sama Tante Elen," ujar Bram. Sontak ketiganya langsung terdiam.
"Nah, gue pulang sama Bokap! Puas kalian," ujar Keyra.
Aron menggaruk tengkuknya, sementara Devano seketika menepuk jidat. Teringat kalau ia pun berangkat bersama kedua orang tuanya dengan mobil. Lantas ia meringis malu dan pamit untuk sekedar basa-basi dengan Papanya Keyra.
"Hati-hati, Om! Keyra," ujar Devano.
Aron hanya mencibir kelakuan galagasi Devano dengan gerakan bibir tanpa kata.
"Sayang, mereka melupakan Papa kali? Sampai ngotot mau nganter kamu gitu, jangan-jangan lagi bersaing buat dapetin anak Papa yang cantik ini," goda Bram.
"Ishhh enggak lah, Pa! Nggak mungkin, Devano itu nyebelin, kang rusuh. Kapan hari, Key telat sekolah, Key kena semprot sadisnya dia, suruh lari lapangan sepuluh kali," gerutu Keyra mengingat perlakuan Devano yang semena-mena. Namun, ia juga ingat betapa pria itu terus membela saat ia dibully Moza dan teman gengnya.
Mengingat itu mendadak Keyra tersenyum tipis, lalu tadi? Devano akan menyatakan cinta kah? Kenapa tadi menunjukkan sikap posesif karena ia dekat dengan Aron.
"Hayoloh, senyum-senyum sendiri!" goda Bram.
Keyra langsung mengerucutkan bibirnya.
"Papa,---"
***
Pagi hari di depan rumah Bram, Aron sudah stay dengan cool diatas motor kesayangan demi menjemput Keyra dan mengantarkannya ke sekolah. Seperti biasa, Keyra sama sekali tak menolak Aron, ia malah langsung naik ke jok belakang seolah hal seperti itu memang sudah jadi kebiasaannya setiap hari.
"Pegangan, nanti lo jatuh Baby!" kelakar Aron.
"Ishhh, gapapa jatuh juga! Ada Lo," jawab Keyra asal.
Aron tersenyum dibalik helm yang dipakainya.
Sampailah mereka di depan gerbang SMA Dirgantara. Aron dengan sigap membantu melepas helm di kepala Keyra dan membawanya ikut serta seolah Aron sedang cosplay jadi babang ojol.
Menunggu Aron menghilang, Devano diam-diam udah siap menyapa si manis bar-bar Keyra dengan menyamai langkah gadis itu masuk.
"Kalian telat," ujar Pak Reyhan menatap Keyra dan Devano bergantian.
"Engg,--"
"Ehhh, jam bapak yang keliru!" sambungnya lagi lalu menggelengkan kepala dan berlalu.
"Ish Pak Rey, kirain beneran! Aku kan jadi mikir, Aron bakalan lebih telat kalau aku telat."
Devano sontak menarik tangan Keyra agar mengikutinya.
"Apaan sih, Dev! Gak jelas," gerutu Keyra akan tetapi kakinya mengikut pelan langkah lebar Devano.
"Gue mau ngomong! Gak bisa gue tahan-tahan lagi, semakin lo nolak gue semakin gue bakal sering ganggu elo, resek-in elo, bahkan kalau perlu gue bakal datang ke rumah elo setiap hari," ujar Devano tanpa jeda.
"Apa?" santai Keyra.
"Lo mau gak jadi pacar gue?" bukan di tempat romantis, bukan di caffe, atau minimal di taman ala-ala pasangan muda lainnya. Devano meminta Keyra menjadi pacarnya di tengah lapangan.
Sontak keduanya langsung menjadi pusat perhatian semesta.
"Atas dasar apa?" Keyra menaik turunkan alisnya. Menatap biasa Devano, sebisa mungkin menetralkan debar jantungnya saat ini karena terkejut.
Jika Arin atau cewek lain tanpa ragu berucap ya, lain dengan Keyra. Devano merasa tertantang dengan gadis bar-bar dan ia berharap tak mendapat penolakan.
"Atas dasar..."
Ting!!!
Bunyi bel masuk tanda pelajaran akan dimulai berbunyi, Keyra langsung meninggakan Devano tanpa kata dan tak berniat menjawab bualan cowok itu.
"Key, jawab dulu!"
"Rara..."
Bahkan ketika mereka berada di kelas, Devano masih terus menagih jawaban setengah berbisik di belakangnya.
manissss bangeeeet 😘😘😘😘
terima kasih ka
maaf ya ka mimah aku banyak nuntut.abis suka bgt sama sama devano dan keyra.pokoknya novel2 ka mimah keren2 semua 👍👍👍👍👍
Key ngmbeknya jangn lama2 keburu Devano di gondol yg lain😁😁🤣
seperti temen ku yang kembar. ya begitu sikap dan sifatnya. 🤭🤭🤭
kalau ngambek suka ngilang ya, 😁😁😁
CATAT ITU!!!!!!