NovelToon NovelToon
DEWA PERANG NAGA TERLARANG: Menantu Sampah Yang Mengguncang Langit

DEWA PERANG NAGA TERLARANG: Menantu Sampah Yang Mengguncang Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Balas Dendam / Robot AI / Anak Yang Berpenyakit / Kultivasi Modern
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Zen Feng

Baskara—menantu sampah dengan Sukma hancur—dibuang ke Jurang Larangan untuk mati. Namun darahnya membangunkan Sistem Naga Penelan, warisan terlarang yang membuatnya bisa menyerap kekuatan setiap musuh yang ia bunuh. Kini ia kembali sebagai predator yang menyamar menjadi domba, siap menagih hutang darah dan membuat seluruh kahyangan berlutut. Dari sampah terhina menjadi Dewa Perang—inilah perjalanan balas dendam yang akan mengguncang sembilan langit!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zen Feng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 10: PEMBURU DINGIN& KEMUNCULAN RAJA KERA DARAH

BAB 10: PEMBURU DINGIN & KEMUNCULAN RAJA KERA DARAH

Baskara melangkah menyusuri lorong gua yang lembap. Langkahnya sunyi, nyaris tak menyentuh tanah.

Auranya telah berubah total.

Hilang sudah ketergesaan yang sembrono. Hilang sudah amarah yang meledak-ledak tanpa arah. Hilang sudah keserakahan bodoh yang hampir merenggut nyawanya kemarin.

Kini, setiap gerakannya terukur. Napasnya teratur, seirama dengan denyut kegelapan di sekitarnya. Efisien. Mematikan.

Mata hitamnya—yang kini mampu memvisualisasikan aliran energi berkat Ranah Pengumpulan Prana—memindai kegelapan dengan fokus setajam silet.

Mencari. Menganalisis. Merencanakan.

[Tuan... Anda terasa berbeda.]

"Berbeda?"

[Lebih... tenang. Lebih terkontrol. Seperti predator sejati, bukan lagi binatang rabies yang menyerang bayangannya sendiri.]

Baskara menyunggingkan senyum tipis—senyum antara malu karena tindakan sembrononya dan bangga telah berubah.

"Aku hampir mati kemarin, Sistem. Aku menelan pelajaran yang sangat mahal. Akan sangat bodoh jika aku tidak belajar darinya."

Ia berhenti di persimpangan tiga lorong. Memejamkan mata, merasakan denyut energi di udara.

Lorong kiri: Aura lemah, kemungkinan Binatang Roh B4 atau B5. 'Terlalu rendah. Risiko tidak sebanding dengan hasil.'

Lorong tengah: Aura kacau, banyak titik kehidupan kecil. Sarang koloni. 'Berbahaya jika dikepung. Lewati.'

Lorong kanan: Aura tunggal, padat, dan stabil. Kemungkinan B6. Sempurna.

"Kanan."

Ia menyelinap ke lorong kanan. Teknik [Langkah Bayangan] kini ia gunakan bukan hanya untuk kecepatan, tapi untuk meredam suara dan menyembunyikan hawa keberadaan.

[Target terdeteksi 200 meter di depan. Kalajengking Kristal (Crystal Scorpion). Ranah Pengumpulan Prana Bintang 6.]

[Peringatan: Racun kristalnya bisa membekukan aliran Prana jika masuk ke darah.]

"Titik lemah?"

[Cangkang perut lebih tipis. Tapi Anda harus membalikkannya dulu. Capit dan ekor adalah ancaman utama.]

"Dimengerti."

Baskara melambat saat jarak tersisa 50 meter.

Di sana.

Seekor kalajengking raksasa seukuran kuda poni, tubuhnya dilapisi kristal transparan yang memantulkan cahaya redup gua. Capitnya sebesar kepala manusia, dan di ujung ekornya terdapat jarum kristal yang berpendar biru samar—tanda racun mematikan.

Monster itu sedang sibuk mencabik bangkai Tikus Petir (Thunder Rat).

Baskara tidak langsung menyerang. Ia mendekam di balik batu stalagmit, 30 meter jauhnya. Mengamati.

Lima menit berlalu. Ia mempelajari pola makan makhluk itu. Bagaimana capitnya bergerak, bagaimana ekornya menjaga keseimbangan.

[Tuan... Anda tidak menyerang?]

"Belum. Aku sedang membaca ritmenya."

[...Ini benar-benar berbeda dari kemarin.]

Sepuluh menit. Lima belas menit.

Akhirnya, Baskara melihat celah itu—momen ketika si kalajengking terlalu asyik mengorek isi perut mangsanya. Capitnya turun, ekornya rileks sesaat.

'Sekarang!'

Ia melesat. Tanpa suara. Tiga puluh meter dilahap dalam tiga detik.

Kalajengking Kristal bereaksi—tapi terlambat sepersekian detik. Capitnya baru terangkat setengah jalan—

Baskara sudah meluncur di bawah tubuhnya. Satu pukulan vertikal yang diperkuat Prana menghantam perut lunak monster itu.

KRAK!

Cangkang perut retak. Kalajengking itu menjerit melengking.

Ekor beracun menyabet ke bawah—Baskara berguling ke samping, menghindar dengan selisih tipis sehelai rambut. Capit kiri mencoba menjepit—Baskara melompat mundur.

Monster itu terluka fatal. Cairan hijau merembes deras dari perutnya. Ia mencoba kabur, tapi Baskara tidak memberi ampun.

Satu tendangan sapuan yang kuat membalikkan tubuh raksasa itu hingga terlentang.

Baskara melompat ke atas dada terbukanya. Tangannya menukik lurus seperti tombak, menembus jantung.

JLEB.

Kalajengking itu mengejang sekali, lalu mati.

[Target Tereliminasi! Pembunuhan Bersih. Kerusakan Diterima: 0%. Kultivasi +300.]

Baskara menarik napas panjang. Tidak ada luka. Stamina terjaga.

"Serap."

Ia meletakkan tangan. Energi mengalir masuk—bukan seperti banjir bandang liar kemarin, tapi seperti aliran sungai yang dikendalikan bendungan. Perlahan. Stabil.

[Penyerapan Selesai. +300 Kultivasi. Total: Bintang 3 (45%).]

"Bagus. Sekarang penyelarasan Prana."

Ia langsung duduk bersila di samping bangkai, bermeditasi selama 30 menit untuk memastikan energi itu menyatu sempurna dengan fondasinya.

Tidak ada jalan pintas. Tidak ada risiko bodoh.

HARI PERTAMA - SORE

Enam jam kemudian, Baskara menemukan mangsa kedua.

Macan Kumbang Bayangan (Shadow Panther) - Bintang 6.

Predator yang bisa menghilang dalam kegelapan. Licik dan sabar. Tapi kali ini, ia bertemu lawan yang jauh lebih sabar.

Pertarungan itu adalah permainan catur mematikan.

Sepuluh menit berlalu tanpa kontak fisik berarti. Hanya gerakan tipuan, hindaran, dan reposisi. Macan itu mencoba menyergap dari segala arah, tapi Baskara selalu satu langkah di depan berkat deteksi aura.

Akhirnya, macan itu melakukan kesalahan. Ia menyerang dari bayangan dinding di belakang Baskara—satu-satunya tempat yang sengaja dibiarkan terbuka oleh Baskara sebagai umpan.

Saat macan itu muncul, Baskara berputar dan melepaskan [Ledakan Prana] tepat di wajahnya sebelum ia sempat memadat sepenuhnya.

BOOM!

Macan itu terlempar, bingung dan terluka. Baskara mengakhiri riwayatnya dengan satu serangan bersih ke leher.

[Target Tereliminasi! Taktik Sempurna. Kultivasi +350.]

"Serap."

Meditasi satu jam. Fondasi semakin kokoh.

Malam itu, Baskara tidur di ceruk gua tersembunyi. Empat jam tidur nyenyak. Dua jam latihan kontrol Prana.

Hari pertama: 2 Pembunuhan. Nol Luka. Progres Stabil.

HARI KEDUA

Target hari ini lebih berat.

Katak Magma (Magma Toad) - Bintang 7.

Level musuh di atas Baskara. Kemarin, ia mungkin akan menyerang langsung dan berakhir hangus menjadi arang. Hari ini? Ia menggunakan otak.

Baskara menghabiskan 30 menit membangun saluran air darurat dari mata air gua.

Saat persiapan selesai, ia memancing Katak Magma itu. Ketika monster api itu melompat marah, Baskara menjebol bendungan buatannya.

BYUURRR!

Air dingin membanjiri tubuh magma yang panas.

CESSSSSS!

Uap panas meledak. Katak itu menjerit, kulit batunya retak karena perubahan suhu drastis (thermal shock). Baskara hanya perlu menunggu sampai musuhnya lumpuh, lalu menghabisinya dengan mudah.

[Target Tereliminasi! Strategi Lingkungan Efektif. Kultivasi +400.]

Siang harinya, giliran Gagak Petir (Thunder Crow) - Bintang 7.

Baskara menunggu 3 jam penuh tanpa bergerak sedikit pun di balik batu, menahan keram otot, menunggu momen burung itu mendarat untuk istirahat. Kesabaran itu terbayar dengan satu serangan penyergapan yang mematahkan leher burung itu seketika.

[Target Tereliminasi! Kultivasi +400.]

Sore harinya, meditasi panjang.

[Penyelarasan Selesai. TEROBOSAN! Ranah Pengumpulan Prana Bintang 3 → Bintang 4!]

Baskara membuka mata. Kekuatannya meningkat drastis, tapi fondasinya tetap kokoh seperti batu karang.

HARI KETIGA

Dua Golem Batu (B6) dihancurkan dengan taktik pecah dan taklukkan (memisahkan mereka di lorong sempit).

Seekor Ular Viper Racun (B7)—musuh paling berbahaya—dibunuh dengan persiapan matang: memakan herbal penawar racun sebelumnya dan menyerang dari titik buta (blind spot).

Malam hari ketiga.

[Penyelarasan Selesai! TEROBOSAN KEDUA! Ranah Pengumpulan Prana Bintang 4 → Bintang 5!]

Dalam tiga hari, Baskara naik dua tingkat. Tanpa cedera serius. Tanpa bahaya kematian.

"Ini..." Baskara menatap tangannya yang dialiri Prana padat. "Ini rasanya menjadi kuat yang sesungguhnya."

[Saya bangga pada Anda, Tuan. Benar-benar bangga. Anda telah berevolusi dari petarung jalanan menjadi ahli bela diri.]

Baskara menatap api unggun kecilnya. Wajah Larasati menari di dalam jilatan api.

"Empat hari lagi," gumamnya. "Aku butuh setidaknya Bintang 7 atau 8 untuk merasa aman kembali ke permukaan. Besok... kita cari mangsa yang lebih besar."

HARI KEEMPAT - PAGI

Baskara bergerak lebih dalam ke sistem gua. Mencari tantangan Bintang 8 atau 9 awal.

Satu kilometer perjalanan.

Tiba-tiba, ia merasakannya.

Bukan sekadar aura. Ini adalah TEKANAN.

Seperti gravitasi bumi tiba-tiba melipatgandakan bobotnya. Udara menjadi berat, kental, dan berbau besi berkarat—bau darah tua yang mengering.

Baskara membeku di tempat. Setiap insting bertahan hidupnya berteriak bahaya.

[TUAN! Aura sangat kuat terdeteksi! SANGAT BERBAHAYA!]

"Aku... merasakannya..."

Tanpa berpikir panjang, Baskara mengaktifkan [Langkah Bayangan] dalam mode stealth maksimal. Tubuhnya melebur dengan kegelapan gua, aura-nya ditekan hingga titik nol.

Ia bergerak perlahan—sangat perlahan—menuju sumber tekanan itu.

Bukan karena ingin konfrontasi. Ia perlu tahu. Perlu memahami ancaman sebesar apa yang bersarang di kedalaman jurang ini.

300 meter.

200 meter.

100 meter.

Tekanan semakin kuat. Napas Baskara menjadi dangkal. Keringat dingin membasahi punggungnya. Tapi ia terus maju dengan sangat hati-hati, memanfaatkan setiap bayangan, setiap celah batu.

Akhirnya, ia menemukan posisi persembunyian sempurna—di balik formasi batu besar yang memberikan pandangan ke area terbuka di depan.

Dari sana, ia mengintip.

Dan melihat... DIA.

Di tengah gua luas dan besar yang diterangi kristal bercahaya redup, dikelilingi puluhan Blood Ape yang lebih kecil, berdiri seekor monster yang membuat semua Spirit Beast yang pernah Baskara lawan terlihat seperti anak kucing.

Tingginya hampir 4 meter. Tubuhnya adalah gumpalan otot murni yang terlihat seperti dipahat dari batu merah gelap—bukan merah natural, tapi merah seperti darah kering yang menempel di granit.

Bulu hitam kemerahan menutupi sebagian tubuhnya, bergerak pelan meskipun tidak ada angin, seolah hidup sendiri.

Lengannya yang panjang menjuntai hingga hampir menyentuh tanah. Masing-masing jari sebesar lengan manusia dewasa. Cakar hitam di ujung jari-jari itu sepanjang pedang pendek, berkilat tajam di cahaya kristal yang redup.

Tapi yang paling mengerikan adalah auranya.

Aura merah pekat yang menguar dari tubuhnya seperti asap api neraka. Setiap makhluk di sekitarnya—bahkan Blood Ape lain yang jauh lebih kecil—menjaga jarak hormat, kepala tertunduk.

Ini bukan hanya monster kuat.

Ini adalah RAJA.

[Target teridentifikasi...] Suara Sistem berbisik dengan nada yang Baskara tidak pernah dengar sebelumnya—nada yang penuh kewaspadaan ekstrem.

[KING BLOOD APE.]

[Ranah Pengumpulan Prana Bintang 9—PUNCAK ABSOLUT.]

[Setengah langkah menuju Ranah Inti Emas.]

Baskara menelan ludah. Tangannya bergetar sedikit—bukan karena takut, tapi karena tekanan aura yang begitu masif.

[Analisis Kemampuan Lengkap:]

Kekuatan Fisik: 500% di atas level Anda saat ini.

Kecepatan Serangan: 400% di atas Anda.

Pertahanan: Kulit memiliki kepadatan setara armor baja berlapis berlian. Tahan serangan Inti Emas Bintang 3 tanpa luka.

Regenerasi: Ekstrem. Organ hancur pulih dalam 30 menit.

[Teknik Khusus:]

Blood Rage Mode: Statistik naik 300% saat marah. Kebal rasa sakit.

Territorial Dominance: Intimidasi melumpuhkan musuh Bintang 7 ke bawah.

Pack Commander: Memanggil 50+ Blood Ape dalam radius 2KM.

[Inteligensi: SANGAT TINGGI. Setara manusia dewasa. Ini bukan binatang biasa—ini penguasa wilayah.]

[PERINGATAN KRITIS: Peluang kemenangan: 0.00%.]

[Peluang bertahan hidup lebih dari 30 detik: 12%.]

[REKOMENDASI: MUNDUR SEGERA! JANGAN TERLIBAT!]

Baskara merasakan keringat dingin mengalir di pelipis.

Tangannya begitu gatal ingin melayangkan tebasan ke arah monster itu.

Namun, pelajaran kemarin masih segar di benaknya. Arogansi hampir membunuhnya. Keserakahan hampir meledakkan tubuhnya dari dalam.

Ia mengambil napas perlahan, mengontrol degup jantungnya yang memburu.

'Tidak,' bisiknya dalam hati. 'Aku bukan orang bodoh yang sama lagi. Sistem benar. Monster ini... adalah bencana berjalan.'

"Sistem... kau benar," bisik Baskara sangat pelan, nyaris tanpa suara. "Aku tidak akan mengulang kesalahan kemarin. Kita mundur. Pelan-pelan."

[...Tuan, keputusan yang bijak. Sangat bijak.]

Baskara mulai bergerak mundur. Mundur dengan sangat hati-hati. Setiap langkahnya diperhitungkan. Setiap napasnya diredam. [Langkah Bayangan] dipertahankan dengan kontrol sempurna.

10 meter mundur.

20 meter.

30 meter.

King Blood Ape tidak menyadari kehadirannya. Monster itu masih duduk di atas batu besar seperti takhta, memakan sesuatu—mungkin sisa mangsa.

'Sedikit lagi... sedikit lagi dan aku aman—'

GRAAAAHHH!!!

Auman keras meledak DARI BELAKANG!

Baskara refleks berputar—tubuhnya bergerak sebelum otaknya sempat berpikir—

Dua Blood Ape melompat dari lorong belakangnya! Lebih kecil dari King, tapi tetap raksasa—masing-masing setinggi 2.5 meter, otot membengkak, mata merah menyala.

Patroli! Sialan, mereka patroli dan menemukan penyusup!

Waktu bergerak lambat.

Baskara bisa melihat semua detailnya—

Blood Ape pertama, tubuh lebih besar, mencengkeram batu besar untuk dilempar.

Blood Ape kedua, sedikit lebih kecil dan muda, bergerak lebih cepat, cakar teracung untuk mencabik.

Tidak ada waktu berpikir.

Tidak ada waktu strategi.

Tidak ada waktu untuk lari.

Hanya REFLEKS MURNI.

[LANGKAH BAYANGAN]!

Blur.

Ia tidak mundur. Ia MENYERANG KE DEPAN—menggunakan momentum lompatan Blood Ape untuk melawan dirinya sendiri.

Tangan kanan berubah—[CAKAR PENELAN NAGA 30%]—cakar hitam bersisik muncul, lebih besar dan lebih tajam dari sebelumnya.

Blood Ape pertama melempar batu raksasa—

Baskara menebas horizontal dengan cakar naga—

SLASH!!!

Batu terbelah dua bersih. Momentum tebasan berlanjut—memotong leher Blood Ape pertama yang terbuka lebar.

SPLURT!

Darah menyembur. Kepala hampir putus, hanya tersambung sedikit kulit. Tubuh raksasa itu jatuh dengan bunyi gemuruh.

[Blood Ape Tereliminasi! Kultivasi +450!]

Tapi belum selesai!

Blood Ape kedua sudah sampai dari samping—cakar teracung ke arah wajah Baskara!

Baskara merubah arah dengan kaki kiri sebagai poros. Tangan kiri—yang masih normal—mengumpulkan Prana dalam sepersekian detik.

[LEDAKAN PRANA]!

BOOOOM!!!

Gelombang energi merah meledak dari telapak tangannya, menghantam dada Blood Ape kedua dari jarak nol.

CRACK! CRACK!

Tulang rusuk remuk seperti ranting kering. Sternum hancur. Organ dalam bergeser. Jantung berhenti berdetak akibat dampak gelombang kejut.

Blood Ape kedua terlempar 7 meter, menghantam dinding gua, lalu meluncur ke tanah—tidak bergerak lagi.

[Blood Ape Tereliminasi! Kultivasi +400!]

Dua Blood Ape. Mati dalam 10 detik.

Baskara berdiri di antara dua mayat, napas berat, adrenalin memuncak. Tangan kanannya masih dalam bentuk cakar naga, menetes darah yang bukan miliknya.

"Ha... ha... ha..."

Napasnya memburu. Tapi tidak ada luka. Refleksnya sempurna. Eksekusinya bersih.

[TUAN! INI BURUK! LIHAT YANG KEDUA! LIHAT WAJAHNYA DENGAN TELITI!]

Suara Sistem penuh panik memotong euforia singkat Baskara.

Baskara menatap mayat Blood Ape kedua—yang lebih kecil—dengan lebih teliti.

Matanya melebar perlahan.

Pola bulu. Struktur wajah. Proporsi tubuh yang sedikit berbeda—bukan dewasa penuh, tapi bukan bayi juga. Remaja.

Dan yang paling jelas—aura yang tersisa di mayat itu.

Sangat mirip dengan King Blood Ape di gua besar. Terlalu mirip untuk kebetulan. Pola energi yang identik. Seperti... darah dagingnya.

Seperti... keturunan langsung.

"Tidak... jangan bilang ini—"

[ITU ANAKNYA! Itu anak King Blood Ape! Pola genetik auranya 92% cocok! Tuan, ini SANGAT BURUK! Anda baru saja membunuh Pangeran wilayah ini! KITA HARUS LARI SEKARANG!]

"Sial... SIAL!"

Baskara langsung berputar, hendak melesat dengan [Langkah Bayangan]—

Tapi tubuhnya membeku.

Membeku total.

Bukan karena takut.

Tapi karena TEKANAN AURA yang tiba-tiba menghantamnya seperti gunung runtuh di atas bahu.

Udara menjadi kental seperti aspal cair. Napas tercekat. Jantung seperti dicengkeram tangan raksasa tak kasat mata.

Dan kemudian—

Dari kegelapan di belakangnya—

THUD.

Suara langkah kaki mendarat. Berat. Mantab. Seperti palu hakim yang memutuskan hukuman mati.

Lantai gua retak di bawah tekanan itu.

Baskara merasakan bulu kuduknya berdiri tegak. Setiap sel di tubuhnya berteriak bahaya. Insting bertahan hidup memekik dengan volume yang belum pernah ada sebelumnya.

Perlahan—sangat perlahan—ia berbalik.

Dan melihat...

Di kegelapan gua, berdiri siluet raksasa.

Sepasang mata merah menyala di kegelapan. Bukan merah biasa. MERAH DARAH SEGAR yang berpendar dengan intensitas mengerikan.

Napas monster itu berat. Setiap hembusan terdengar seperti drum perang yang memukul tulang rusuk Baskara dari dalam.

Dan aura...

Oh, aura-nya.

Jika sebelumnya aura King Blood Ape terasa seperti tekanan berat, kini aura itu berubah menjadi NIAT MEMBUNUH MURNI.

Pekat. Tajam. Mematikan.

[King Blood Ape... Ranah Pengumpulan Prana Bintang 9 puncak...] Sistem berbisik dengan suara yang gemetar.

[Niat membunuhnya... begitu pekat... Tuan, dia tahu. Dia tahu Anda yang membunuh anaknya. Dan dia tidak akan berhenti sampai Anda hancur berkeping-keping.]

Monster itu melangkah keluar dari bayangan.

Cahaya kristal gua menerangi tubuhnya sepenuhnya.

Bulu hitam kemerahan kini berdiri tegak, masing-masing helai seperti jarum baja. Otot-otot di lengan dan dada membengkak, bergerak seperti ular yang siap menyerang.

Cakar di kedua tangannya—sepanjang pedang pendek—menggores lantai batu saat ia berjalan, meninggalkan parit dalam di granit keras.

Taring sebesar lengan manusia terlihat jelas dari mulutnya yang sedikit terbuka. Ada sesuatu yang menetes dari taringnya. Bukan air liur.

Darah.

Darah yang mengalir dari gusi karena amarah yang begitu intens hingga membuat tubuhnya kelebihan beban.

Tapi yang paling mengerikan adalah tatapannya.

Mata merah itu tidak berkedip. Tidak bergerak. Terkunci pada Baskara dengan fokus absolut.

Tatapan yang mengatakan:

KAU. AKAN. MATI.

[Tuan...] Sistem berbisik. [Saya... tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kekuatan kita terlalu jauh di bawahnya. Bahkan jika kondisi anda prima dan gunakan semua teknik, semua energi, peluang survival... 15%. Mungkin kurang.]

"Lima belas persen..." Baskara bergumam pelan. Suaranya lebih tenang dari yang ia harapkan, meski kakinya gemetar. "Berarti... masih ada peluang."

[Tuan, jangan gila. Lima belas persen itu—]

"Lebih baik dari nol."

King Blood Ape mengangkat kepala perlahan. Membuka mulut lebar.

GRAAAAAAAAAAAHHHHH!!!

Auman yang membuat jiwa gemetar.

Auman yang mengatakan:

INI ADALAH AKHIRMU.

Dan kemudian—

King Blood Ape MENYERANG!

[BERSAMBUNG KE BAB 11]

1
Meliana Azalia
Hahahaha 🤣
Ronny
Alamak ngerinyoo, lanjut thor🔥
Heavenly Demon
anjayy manteb manteb keren ni Baskara
Zen Feng
Feel free untuk kritik dan saran dari kalian gais 🙏
Jangan lupa like dan subscribe apabila kalian menikmati novelku 😁😁
Ren
mantab saya suke saya suke /Drool/
Ren
kedelai tidak jatuh di lubang yang sama dua kali👍
Ren
nasib orang lemah dimana mana selalu diremehin 😭
apang
toorrrrr si wibawa harus dimatiin ya
Ronny
Nekat si mc nekat banget
Heavenly Demon
suka banget pembalasan dendamnya, mntabss
Heavenly Demon
pembalasan dendam yang satisfying
Heavenly Demon
mantab dari cupu jadi suhu
Abdul Aziz
anjay seru banget figtnya ga cuma ngandelin otot tapi otak juga, brutal parah 😭 jangan sampe berhenti di tengah jalan thor, harus sampe tamat ya!!!
oya untuk tingat ranah bisa kamu jelasin lebih detail thor di komen agak bingung soalnya hehe
Abdul Aziz
gila gila bener bener brutal! mantab👍
Abdul Aziz
hoho balas dendam pertama
Abdul Aziz
lanjut lanjut thor gila fightnya brutal banget keren👍👍👍
Abdul Aziz
anjai modyar kan lo hampir aja
Abdul Aziz
kena batunya lo bas, keras kepala si lo
Abdul Aziz
huahahaa🤣 otaknya uda sengklek
Abdul Aziz
blak blakan banget ini mesin 🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!