Nayla Marissa berpikir jika pria yang dikenalnya tanpa sengaja adalah orang yang tulus. Pria itu memberikan perhatian dan kasih sayang yang luar biasa sehingga Nayla bersedia menerima ajakan menikah dari pria yang baru berkenalan dengannya beberapa hari.
Setelah mereka menikah, Nayla baru sadar jika dirinya telah dibohongi. Sikap lembut dan penuh kasih yang diberikan suaminya perlahan memudar. Nayla ternyata alat buat membalas dendam.
Mampukah Nayla bertahan dan menyadarkan suaminya jika ia tak harus dilibatkan dalam dendam pribadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 11
Nayla berangkat ke hotel diantar sopir suaminya. Ia tak mengetahui acara apa yang akan diadakan pria yang baru menikahinya sepekan lalu.
Nayla memasuki tempat acara dan mengedarkan pandangannya. Seorang wanita yang memakai jas hitam dan celana panjang hitam menghampirinya, Nayla diarahkan duduk di salah satu kursi yang di mana di meja telah tersedia berbagai makanan, minuman dan alkohol.
"Di mana suamiku?" Nayla yang sudah duduk bertanya sembari mencari keberadaan suaminya.
"Siapa suami, Nona?" tanya wanita itu dengan sopan.
"Kamu tidak mengenal aku?" Nayla balik bertanya.
"Maaf, saya hanya diperintahkan untuk menyambut dan mengarahkan anda saja!" jawab wanita itu.
Nayla mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarahnya karena dirinya tak diperkenalkan sebagai istri sah dari Kavi Wardhana.
"Jika ada butuh sesuatu, silahkan panggil saya, Nona."
"Siapa yang mengadakan pesta hari ini?" Nayla kembali bertanya.
"Tuan Kavi Wardhana, beliau merayakan hari ulang tahunnya," jawabnya lagi.
"Kenapa dia tidak memberitahu aku? Aku 'kan bisa memberikan kado. Dia memang tak menghargai aku sebagai istrinya!" batin Nayla geram.
Di meja bulat dengan 4 kursi, hanya Nayla yang berada sendirian di sana. Tak ada orang lain yang mengenalnya, dirinya seakan asing di acara ulang tahun suaminya.
Tempat acara sudah dipenuhi beberapa tamu undangan, Dhana muncul seorang diri dan berdiri dihadapan kue ulang tahun yang besar dan tinggi.
"Malam ini saya akan memperkenalkan kepada kalian dua orang wanita yang sangat sayangi!" ucap Dhana seraya melirik Nayla yang duduk di sisi kirinya.
Dua?
Siapa?
Apa ada wanita lain selain aku yang disayanginya?
Tidak! Bukan aku wanita yang disayangnya!
Pasti dia salah bicara!
Pertanyaan-pertanyaan itu menari-nari di kepala Nayla, selama ini suaminya menyimpan teka-teki yang sulit ditebaknya.
Lalu Dhana mempersilahkan 2 wanita yang disebutkannya untuk masuk ke ruangan. Nayla melihat 2 wanita dengan beda usia begitu tampak cantik dan anggun.
Dhana memeluk keduanya, bahkan salah satunya memberikan kecupan singkat di pipi pria itu.
Nayla mengepalkan kedua tangannya, ia begitu marah karena suaminya senang menerima kecupan.
Didampingi 2 wanita itu, pembawa acara meminta para tamu berdiri dan mereka menyanyikan lagu ulang tahun bersama-sama.
Selesai bernyanyi, Dhana meniup lilin dengan angka 3 dan 2. Kedua wanita itu juga kembali memeluknya bahkan Dhana merangkul pinggang salah satu wanita yang usianya tak jauh dari Nayla.
"Dia sengaja menyuruhku ke sini agar aku cemburu!" batin Nayla marah.
Nayla berusaha tak meluapkan amarahnya di acara spesial suaminya karena ia tak mau mempermalukan pria itu.
Nayla mengambil gelas dan menuangkan alkohol lalu meneguknya, ia tak peduli akan berakhir di mana. Perasaannya hancur dan kecewa, suaminya tega mengkhianatinya di depan matanya.
Dhana sama sekali tidak memperdulikannya, wanita yang lebih tua dari Dhana tak hentinya memeluk pria itu. Mereka saling melemparkan tawa membuat hati Nayla semakin perih.
Ditengah rasa kesal, marah dan emosi, pria muda ditaksir usianya sebaya Nayla duduk di sebelah wanita itu.
"Sendirian saja?"
Nayla menoleh ke samping dengan pandangan samar. "Apa kamu tidak lihat aku sendiri saja sini, hah??" ia meninggikan suaranya.
"Apa aku boleh temani kamu?" pria muda itu menawarkan dirinya.
"Siapa nama kamu?" tanya Nayla.
"Aku Erick," jawab pria itu.
"Sepertinya kamu bukan orang sini?" terka Nayla.
"Aku bukan orang sini," kata Erick.
"Pantas saja wajahmu berbeda!" ucap Nayla karena postur tubuh dan wajah Erick seperti orang-orang benua Eropa.
"Ya, begitulah. Karena ibuku adalah warga negara ini!" jelas Erick.
Nayla manggut-manggut paham, ia kembali meneguk minumannya.
"Sepertinya kamu mabuk, di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang!" Erick memegang bahu Nayla yang hampir terjatuh dari tempat duduknya.
"Aku bisa sendiri!" Nayla beranjak berdiri, tubuhnya sempoyongan dan penglihatannya samar.
Nayla yang telah mabuk, tak sengaja menjatuhkan sebuah gelas. Sehingga membuat dirinya menjadi pusat perhatian tamu lainnya termasuk suaminya.
Erick yang berada di dekat Nayla, memeluk tubuh wanita itu agar tak terjatuh. Kedekatan keduanya membuat Dhana cemburu.
"Antar aku pulang, aku tidak sanggup pulang sendirian!" ucap Nayla dengan suara berat.
"Di mana alamat rumahmu?" tanya Erick.