Jennaira adalah putri kandung dari keluarga bangsawan Bakari. Ia terlahir dari rahim istri kedua Aston Bakari yang bernama Jenny. Ibu kandung Jennaira tersebut adalah cinta pertama Aston. Jenny terlahir dari trah rakyat jelata, bukan berdarah bangsawan.
Kebahagiaan Aston hancur setelah kematian Jenny secara mendadak.
Suatu malam, Jennaira (21 tahun) sedang berjalan kaki menuju ke sebuah klub malam terbaru di kotanya. Ia punya pekerjaan gelap yakni mencuri dompet-dompet orang kaya.
Jennaira terkejut melihat sebuah sedan mewah mengalami kecelakaan tunggal di depan kedua matanya. Ia berlari ke TKP untuk menolong.
Akan tetapi, Jennaira begitu terkejut melihat wajah seorang wanita muda yang ditolongnya itu ternyata mirip sekali dengan wajahnya.
"Kenapa wajahnya mirip sekali dengan wajahku? Apa aku punya saudara kembar?" batin Jenna.
Bagaimana bisa Jennaira, putri kandung dari putra mahkota Keluarga Bakari bisa tinggal berjauhan dari keluarga aslinya yang kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Pelukan Hangat
"Tentu saja aku putrimu, Dad. Masa hantu. Hehe..." jawab Jenna seraya terkekeh.
Jenna tetap santai menanggapi reaksi Daddy Aston yang serius. Namun tak lama tawa Jenna itu pun selesai berganti tatapan datar nan biasa ke arah sang daddy.
"Lupakan soal tadi," ucap Daddy Aston sengaja berkilah.
Ia menarik napasnya sejenak. Ia berusaha melupakan seliweran pertanyaan yang hinggap di kepalanya terkait perubahan pada tingkah laku Sovia saat ini.
"Apa Daddy sibuk?" tanya Jenna sengaja mengalihkan suasana yang sempat tegang sebelumnya.
"Kenapa?"
"Ini sudah hampir jam makan siang. Apa Daddy enggak lapar?" tanya Jenna yang seakan memberi kode pada Daddy Aston untuk makan siang bersama. Dan kode itu ditangkap jelas oleh Daddy Aston.
"Daddy masih sibuk," jawab Daddy Aston singkat.
Secara tersirat, jelas bahwa Daddy Aston menolak ajakan makan siang bersama tersebut.
"Ya, aku melihatnya dengan jelas." Jenna meresponnya dengan santai tanpa beban.
Namun Jenna sedikit mencibir di ujung kalimatnya bahwa kesibukan Daddy Aston hanyalah sebuah alasan klise.
Sebagai seorang CEO, Jenna tentu tau pasti ada sedikit waktu hanya untuk sekedar makan siang bersama. Itu pun tak setiap hari terjadi. Sangat jarang.
Tak ada kesedihan yang tampak di raut wajah Jenna atas penolakan ayahnya tersebut. Jenna kembali berfokus pada rencana semula bahwa ia harus tetap berakting cantik menjalankan segala misi yang sudah disusun sedemikian rupa olehnya selama menjadi Sovia Bakari.
"Jika kamu sudah tau, kenapa masih juga bertanya?" ketus Daddy Aston yang mendadak suaranya naik satu oktaf.
"Sengaja ingin tau seberapa pentingnya aku buat daddy," sahut Jenna seraya tersenyum smirk sangat tipis.
"Apa udara di Negara Y begitu buruk?" tanya Daddy Aston sengaja menyindir Jenna.
Daddy Aston merasa kurang suka dengan kalimat Jenna sebelumnya tentang betapa pentingnya sang anak dirinya sebagai seorang ayah.
"Semua normal saja. Kalau buruk, pasti banyak orang di sana sudah mati!" jawab Jenna terdengar sarkas.
"Kamu adalah putriku. Bahkan mommymu adalah cinta pertama daddy. Tentu kamu sangat penting dalam hidup Daddy. Hal konyol seperti ini kenapa masih kamu pertanyakan?"
"Ah, lupakan. Kembali ke topik utama. Kenapa Dad panggil aku ke sini?" sahut Jenna.
Daddy Aston pun akhirnya berbicara tegas perihal janji Sovia yang lalu bahwa tidak akan ma_buk lagi. Namun ternyata Sovia melanggarnya.
"Jaga sikapmu di luar sana. Dad gak mau kamu merusak nama baik keluarga kita yang sudah terbangun dengan baik selama ini secara turun-temurun," tegas Daddy Aston.
"Apa cuma itu yang mau Dad bilang padaku?"
"Kamu mengerti kan apa yang Dad ucapkan tadi?"
"Ya, Dad. Aku sangat mengerti dan bisa mendengarnya dengan jelas," balas Jenna dengan tegas pula.
"Syukurlah kalau kamu paham. Dad tak mau kamu buat ulah. Ingatlah jika kamu yang akan menggantikan posisi Daddy di sini,"
"Kalau tak ada yang dibicarakan lagi. Aku mau pergi,"
"Mau ke mana kamu?"
"Mau tidur. Aku kangen kasurku," jawab Jenna asal ceplos. "Daripada bengong di kantor Daddy. Lebih baik aku pulang," imbuhnya.
"Baiklah kalau begitu. Nanti sopir yang akan mengantarmu pulang,"
Jenna pun berdiri dari tempat duduknya. Namun Daddy Aston memilih tetap duduk dan melanjutkan fokusnya untuk melihat lembaran kertas di atas meja kerjanya.
Daddy Aston kembali bersikap cuek seperti biasanya. Jenna melihat hal itu.
"Apa Daddy selalu bersikap cuek begini pada Sovia? Atau sikapnya yang seperti ini gara-gara Sovia ketahuan ma_buk di Negara Y?" batin Jenna yang masih menerka-nerka tentang hubungan yang terjalin selama ini antara Daddy Aston dengan Sovia. Apakah harmonis atau tidak ?
"Apa Daddy tak mau mengantarku sampai ke depan?" pinta Jenna secara tiba-tiba.
Daddy Aston sontak mendongakkan kepalanya dan menatap Jenna secara intens. Sejujurnya ia cukup terkejut mendengar permintaan sang putri. Tak biasanya Sovia meminta hal seperti ini. Seringnya Sovia akan pergi tanpa berpamitan apapun padanya.
"Bisa. Dad akan antar kamu," ucap Daddy Aston mengiyakan permintaan Jenna.
Entah mengapa dorongan di hatinya mengatakan jika tak ingin menolak permintaan putrinya tersebut. Terlebih ia melihat jelas sorot mata Jenna memintanya dengan tulus.
Daddy Aston semakin terhipnotis akan perubahan dalam diri Sovia Bakari yang saat ini. Lebih menyejukkan batinnya.
Sebenarnya Jenna ingin sekali menggandeng lengan sang ayah ketika berjalan bersama. Namun hal itu berusaha ia tahan karena tak mau memberikan perubahan yang terlalu menc0lok ketika dirinya menyamar menjadi Sovia.
Tap...tap...tap...
Derap langkah sol sepatu keduanya bergema di lorong yang sepi menuju lift khusus yakni lift CEO. Tak ada ruang kerja karyawan lain di sana. Kebetulan lantai ruangan CEO terletak di paling atas. Di sana hanya ada ruangan CEO yang dihuni oleh Daddy Aston.
Meja sekretaris kantor dan asisten pribadinya yakni Suryo berada satu lantai tepat di bawah lantai ruangan CEO.
Kini Jenna dan Daddy Aston telah berada tepat di depan pintu lift khusus CEO.
"Cukup sampai di sini saja, Dad."
"Katamu ingin Daddy antar sampai depan. Apa bukan di depan lobby?"
"Enggak perlu. Daddy juga masih sibuk. Aku enggak mau ganggu kesibukan daddy di kantor," ucap Jenna.
"Baiklah. Hati-hati di jalan," ucap Daddy Aston yang merasa hari ini dirinya sendiri banyak berubah dalam berinteraksi dengan Sovia.
Biasanya Daddy Aston irit bicara dan jarang perhatian pada Sovia. Justru kini dirinya memberikan perhatian yang secara normal terjadi antara ayah dan anak pada umumnya. Sampai-sampai mau mengantarkan Jenna ke depan pintu lift CEO.
Tring...
Pintu lift khusus CEO pun terbuka. Jenna berjalan satu langkah hendak masuk ke dalam lift, tiba-tiba ia berhenti dan membalikkan tubuhnya untuk menghadap ke arah Daddy Aston yang masih setia berdiri di depan pintu lift.
Seketika...
Grepp...
Jenna tiba-tiba memeluk hangat tubuh Daddy Aston. Sontak Daddy Aston terkejut dengan sikap Sovia. Hal yang tak pernah dilakukan Sovia padanya. Sebuah pelukan hangat.
Daddy Aston sendiri juga terbilang jarang memeluk Sovia. Terakhir kali dirinya memeluk Sovia secara hangat kala putrinya itu berulang tahun yang ke-17.
Setelah itu, hubungannya dengan Sovia menjadi sangat dingin dan berjarak. Terlebih sejak Sovia mulai mengenal dunia malam, sering ma_buk dan bergonta-ganti kekasih. Berujung hidup foya-foya dan sangat boros.
Walaupun hartanya tak akan habis hanya sekedar membiayai hidup hedon Sovia, namun Daddy Aston tak akan membiarkan hal negatif terus bertumbuh subur pada diri putrinya itu.
Dirinya sudah berjanji di depan makam Jenny. Jika suatu hari menemukan keberadaan putri mereka, akan ia jaga segenap jiwa dan raga. Daddy Aston juga berjanji memberikan cinta dan kasih sayang penuh pada anak kandung mereka tersebut.
Daddy Aston segera tersadar dan ingin melepaskan pelukan Sovia. Ia berpikir Sovia berubah sikap menjadi lebih lembut seperti ini karena ada sesuatu yang diinginkan putrinya itu. Semisal mobil mewah atau menambah jumlah kartu kreditnya.
Namun Jenna masih enggan melepaskan diri. Justru ia semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh sang ayah.
"Aku masih ingin memelukmu sebentar saja, Dad. Please..." pinta Jenna terdengar sendu.
Deg...
Jantung Daddy Aston semakin berdetak kencang dan tak karuan usai mendengar rengekan Jenna tersebut.
"Kenapa pelukannya mirip seperti ketika Jenny memelukku?" batin Daddy Aston yang mulai merasakan perbedaan antara sosok Sovia yang dulu dengan yang sekarang.
Bersambung...
🍁🍁🍁
*next chapter kita berpetualang masuk ke dalam Mansion Tropical.
tidak bertele-tele
akhirnya kebenaran akan terungkap segala misteri akan aston dapatkan semangat......