NovelToon NovelToon
Jenderal Reinkarnasi Kebangkitan Permaisuri Tak Dianggap

Jenderal Reinkarnasi Kebangkitan Permaisuri Tak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Romansa / Pembaca Pikiran / Balas dendam pengganti
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Fuan, seorang jenderal perempuan legendaris di dunia modern, tewas dalam ledakan yang dirancang oleh orang kepercayaannya. Bukannya masuk akhirat, jiwanya terlempar ke dunia lain—dunia para kultivator. Ia bangkit dalam tubuh Fa Niangli, permaisuri yang dibenci, dijauhi, dan dihina karena tubuhnya gemuk dan tak berguna. Setelah diracun dan dibuang ke danau, tubuh Fa Niangli mati... dan saat itulah Fuan mengambil alih. Tapi yang tak diketahui semua orang—tubuh itu menyimpan kekuatan langit dan darah klan kuno! Dan Fuan tidak pernah tahu caranya kalah...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Paviliun Aurora menjulang megah di kaki langit. Dinding-dindingnya terbuat dari kristal berlapis spiritual, memantulkan warna-warni pelangi yang menari tiap kali disentuh cahaya. Kapal spiritual yang membawa Fa Niangli dan Jiang Yuan mendarat perlahan di pelataran paviliun.

“Selamat datang di Festival Ramalan Malam ke-88,” sambut seorang wanita tua dengan jubah sutra ungu muda. “Saya Tetua Meilan, penjaga gerbang Paviliun Aurora.”

Fa Niangli menunduk sopan. Jiang Yuan menatap wanita itu sejenak. “Energinya kuat, tapi tersembunyi,” gumamnya pelan.

Para tamu dari berbagai sekte mulai berdatangan. Ada rombongan dari Sekte Gunung Salju, Sekte Pedang Petir, bahkan sekelompok kultivator penyair dari Paviliun Langit Hijau.

“Kita bagaikan semut di pasar gula spiritual,” kata Fa Niangli pelan sambil memperhatikan sekeliling.

Jiang Yuan tersenyum kecil. “Kita yang bawa semutnya.”

---

Festival berlangsung dalam tiga tahap:

Perjamuan Malam Langit – ajang ramah tamah antar sekte.

Panggung Ramalan – di mana para tamu mendapat potongan wahyu masa depan.

Pertemuan Pemimpin – sesi tertutup antar kepala sekte.

Saat perjamuan malam, meja-meja melayang di udara, dengan makanan yang secara otomatis muncul saat diinginkan. Fa Niangli meminta sup jamur roh... dan tiba-tiba semangkuk muncul, bersama ayam kecil panggang di sebelahnya.

“Aku merasa Xiao Kuai mengawasi dari jauh,” keluh Fa Niangli.

“Kalau tiba-tiba terdengar ‘kuek’, kita kabur,” timpal Jiang Yuan.

---

Panggung Ramalan dibuka oleh Tetua Meilan. “Setiap peserta akan menerima satu simbol melalui Cahaya Awan Takdir. Arti dari simbol itu bisa menjadi petunjuk, peringatan, atau janji.”

Satu per satu peserta maju. Ketika giliran Fa Niangli, cahaya menyelimuti tubuhnya. Dari dalam cahaya, muncul sebuah simbol berbentuk... bulan separuh dengan naga putih melingkar di sekitarnya.

Seketika, panggung bergemuruh. Beberapa tetua berbisik panik.

“Itu... simbol Pemurni Langit. Sudah berabad-abad tak muncul...”

Jiang Yuan melangkah maju, tapi Fa Niangli mengangkat tangan menahannya.

“Aku baik-baik saja,” katanya.

Jiang Yuan lalu maju dan menerima simbolnya. Sebuah matahari redup dengan api biru di tengahnya muncul. Tetua Meilan terpaku. “Simbol itu... hanya dimiliki keturunan pelindung utama dalam legenda Sekte Langit Tertinggi.”

Fa Niangli menatap Jiang Yuan. Untuk pertama kalinya, hatinya sedikit bergetar.

---

Malam menjelang pertemuan pemimpin. Fa Niangli dan Jiang Yuan duduk di balkon paviliun, ditemani secangkir teh herbal yang mengepul.

“Apa kau merasa aneh, Yuan?” tanya Fa Niangli

“Anugerah dan kutukan biasanya datang dalam bentuk yang sama,” jawab Jiang Yuan tenang. “Tapi jika kita berjalan bersama... aku tidak keberatan.”

Fa Niangli pura-pura tidak mendengar, tapi pipinya agak merah.

Pagi berikutnya, kabut tipis menyelimuti Paviliun Aurora. Di dalam aula tertinggi, para pemimpin sekte duduk melingkar di bawah lambang kristal bercahaya. Suasana tampak tenang, tapi setiap senyum mengandung ujung pisau.

Fa Niangli duduk di sisi timur aula, di samping Jiang Yuan. Jubah biru langitnya tampak mencolok, dan simbol Pemurni Langit yang muncul semalam—meski tak dibahas terang-terangan—membuat sebagian besar pemimpin menatapnya dengan waspada... dan kagum.

Tetua Meilan membuka pertemuan dengan senyum tipis. “Festival Ramalan Malam bukan hanya tradisi, tapi juga jembatan. Dunia kultivator tak bisa terus terpecah. Maka kami mengusulkan: pembentukan Aliansi Pelindung Langit.”

Beberapa kepala sekte mengangguk. Pemimpin Sekte Gunung Salju, lelaki kurus berambut putih bernama Shuang Lie, angkat suara, “Kami butuh pemimpin yang tak hanya kuat... tapi juga membawa harapan. Dan menurut ramalan semalam, kami percaya Sekte Langit Tertinggi layak memimpin aliansi ini.”

Ruangan sunyi seketika. Semua mata mengarah pada Fa Niangli.

Jiang Yuan membisikkan, “Apa kau siap menjawab itu?”

Fa Niangli berdiri perlahan. “Saya menghargai kehormatan ini. Tapi kami baru kembali ke dunia setelah sekian lama. Menerima posisi terlalu cepat justru bisa merusak keseimbangan.”

Beberapa pemimpin terkejut. Yang lain tersenyum simpul, mengira Fa Niangli hanya bersikap rendah hati.

“Namun,” lanjut Fa Niangli, “kami tak akan tinggal diam bila ketidakadilan dan kekacauan melanda dunia kultivator. Sekte Langit Tertinggi akan jadi penjaga... bukan penguasa.”

Para pemimpin mulai berdiskusi hangat. Sekte Langit Tertinggi mendapatkan simpati dan dukungan, tapi juga mulai menuai kecemburuan dari pihak-pihak yang merasa tergeser.

---

Saat makan siang, beberapa sekte mulai mendekati Fa Niangli.

Sekte Merak Petir menawarkan pertukaran murid. Sekte Kuali Murni ingin kerja sama penelitian spiritual. Sekte Pedang Petir mencoba ‘kebetulan’ mengajak sparring teknik.

Fa Niangli melayani semuanya dengan senyum dan diplomasi. Tapi saat ia kembali ke paviliun pribadinya...

Ia mendapati hadiah besar: seekor burung spiritual berwarna emas dengan pita merah muda melingkari sayapnya.

“Dari... Sekte Kupu-Kupu Perak,” kata Jiang Yuan sambil membaca catatan kecil.

Fa Niangli mengangkat alis. “Hadiah, atau mata-mata?”

Saat itu, burung spiritual tiba-tiba membuka paruh dan berkata: “Selamat datang di dunia diplomasi absurd. Cuit.”

Jiang Yuan: “...Burung ini jujur sekali.”

---

Di malam hari, Fa Niangli dan Jiang Yuan duduk di balkon puncak paviliun. Bintang-bintang di langit tampak lebih dekat dari biasanya.

“Kau menolak tawaran memimpin aliansi,” kata Jiang Yuan. “Kenapa?”

Fa Niangli menatap langit. “Karena aku ingin tumbuhkan kekuatanku dan sekteku dulu. Bukan membangun menara di atas pondasi rapuh.”

Jiang Yuan mengangguk. “Kau bijak... tapi dunia akan menunggu. Atau... menguji.”

Fa Niangli tersenyum. “Kalau mereka ingin menguji, aku tak keberatan. Tapi jangan kaget kalau jawabannya... adalah tawa.”

Setelah beberapa hari menghadiri Festival Ramalan Malam, Fa Niangli dan Jiang Yuan kembali ke Lembah Langit Tertinggi. Kapal spiritual mereka melayang turun dengan anggun, menembus awan tipis dan cahaya pagi.

Tapi sebelum sempat menginjakkan kaki di dermaga lembah, suara ledakan kecil terdengar dari arah aula utama.

“BOOM!”

“Gyaaah! Tong Lian!! Itu bukan serbuk herbal! Itu bubuk petir naga!!”

Jiang Yuan memandang ke arah ledakan. “Apakah itu... sambutan?”

Fa Niangli menepuk kening. “Itu pasti salah satu dari ‘ide’ sambutan kejutan mereka.”

---

Begitu mereka tiba di halaman, ketiga murid sudah berdiri berbaris... sebagian gosong.

Tong Lian membawa kue bulat setengah meleleh. Mo Qingluan menggandeng ayam spiritual Xiao Kuai yang kini mengenakan jubah mini. Zhu Feng berdiri dengan bendera besar bertuliskan: “Selamat datang Guru! Kami (hampir) tidak menghancurkan lembah!”

“Kami menyiapkan sambutan mewah!” kata Tong Lian penuh semangat.

Fa Niangli mengangkat alis. “Mewah atau... meledak?”

Mo Qingluan menyodorkan teh herbal. “Yang ini tidak meledak kok.”

Zhu Feng menunduk. “Kami ingin menunjukkan kalau kami bisa menjaga tempat ini... meski sedikit bau gosong.”

Fa Niangli tertawa kecil. “Kalian bertiga... sudah cukup menjaga hatiku tetap hangat.”

---

Malam itu, seluruh anggota sekte berkumpul di aula untuk makan malam sederhana. Jendral Fa dan Ibu Fa juga hadir. Bahkan Yuyu membawa camilan spiritual buat semua.

“Ayah,” kata Fa Niangli sambil mengangkat cangkir teh, “terima kasih telah mempercayai kami menjaga lembah ini.”

Jendral Fa mengangguk. “Selama kau tersenyum seperti itu... aku tahu, tempat ini akan selamat.”

Ibu Fa menambahkan, “Dan kalau mereka berani mengacau lagi, bilang ke ibumu. Aku masih bisa gunakan sendok besi tua.”

Semua tertawa.

---

Setelah makan malam, Tong Lian menarik Jiang Yuan ke samping.

“Kau... eh... menyukai guru kami?”

Jiang Yuan terkejut. “Kenapa tanya begitu?”

“Kami butuh tahu apakah kami akan punya Guru Ayah atau tidak, supaya bisa siapkan pesta kecil... atau kabur dari dapur.”

Jiang Yuan menahan tawa. “Kalau saat itu tiba, aku pastikan kalian jadi tamu utama.”

Tong Lian menepuk dada. “Baik! Tapi kalau kau menyakitinya, kami punya... kuali berisi serbuk naga.”

---

Fa Niangli berdiri di balkon lembah malam itu. Angin berhembus pelan. Cahaya dari aula memantul di matanya yang jernih.

“Aku kembali ke rumah. Dengan keluarga yang aneh... tapi hangat.”

Di kejauhan, burung spiritual dari Sekte Kupu-Kupu Perak masih mondar-mandir di langit, tampaknya tersesat. “Cuit. Aku tidak dibayar cukup untuk ini.”

Bersambung

1
Nitnot
penulis kesayanganku ga pernah gagal.. sukaaa
inda Permatasari: terima kasih bunda 🌹
total 1 replies
Osie
makin seru dna perjalanan masih panjang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Eehh si tong lian nih aya2 wae
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Hhmm kirain udah mulai buka gerbang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Baguuss ada lucuna juga 💞💞
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
/Joyful//Facepalm//Facepalm/ Aya2 wae
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Rasana beda dari novel2 mu sebelumna thor
Dewiendahsetiowati
Tong Lian murid yang paling nyleneh sendiri dan bikin suasana ceria🤣🤣
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Waahh 😃 calon jodoh ni kayana
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Wahh kejutan menanti
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Siapa lagj tuh
Wahyuningsih
klau jln critanya bisa d tebak gk srulah y gk thor dtnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma2 semedinya thor ntar lumutan loh 😁😁 sellu jga keshtn tetp 💪
Ai Shiteru
novel pertama yang alurnya susah aku tebak, biasanya bisa ketebak baru awal2 baca, tapi ini luar biasa ceritanya, terima kasih thor.
Osie
fa niangli capek bgt ya
Osie
tong lian emang saingan ma tong makan nih/Facepalm/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Sudah dibuktikan mao apa lagi coba 😏
Dewiendahsetiowati
Tong Lian mesti bikin kisruh dan aneh sendiri
Cindy
lanjut kak
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Mereka hanya iri
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ujian na bikin dilema
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!