Setelah Di Khianati Sahabat Dan Kekasih

"Hai Jemima, apa kabar mu?"

"Kamu bisa lihat sendirikan? Minggir!"

Keluar dari toilet, saat hendak kembali ke ruang guru, Jemima malah berpapasan dengan Rarasita di koridor sekolah yang sepi. Karena bel masuk sudah berbunyi.

"Hei, santai aja. Mari kita mengobrol sebentar, kita kan sahabat, masak kamu gak kangen sama sahabat mu ini. Aku kangen banget lho sama kamu," Rara hendak meraih tangan Jemima, tapi dengan cepat Jemima menepis tangan itu.

"Minggir! Bel masuk sudah berbunyi, aku harus mengajar," Jemima masih berusaha menghindar, karena dia sudah sangat muak melihat wajah sok polos Rarasita.

"Tenang aja. Kamu gak usah panik begitu. Ayah aku kan kepala sekolah di sini, jadi santai aja, Ayah aku gak akan marah kalau kamu telat mengajar. Kamu mau menjadi guru honorer di sini saja bisa aku urus, bisa aku bujuk ayah ku agar menerima mu, apalagi ini, aku cuma mau mengobrol sebentar sama kamu," Rarasita tersenyum tipis dengan gaya sedikit angkuh.

Jemima sampai sampai tak mengenali lagi sosok sahabat nya itu, dulu Rarasita suka berpakaian sederhana, cara bicaranya pun lembut tanpa keangkuhan, tapi sekarang pakaian Rara cukup terbuka memamerkan lekuk tubuhnya, bagaimana selayaknya pakaian gaul anak Jakarta. Mungkin karena sudah menetap cukup lama di Jakarta sehingga membuat Rara ikut terpengaruh pergaulan Jakarta.

"Oke, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Jemima.

Kini mereka sudah berdiri saling berhadapan.

"Emm ... Jadi begini, sebenernya aku sudah suka Rakha dari lama, tepatnya saat kita masih duduk di bangku sekolah. Aku begitu mengagumi nya dan aku sangat iri padamu karena kamu bisa berpacaran dengan Rakha si siswa paling populer di sekolah, aku sering berkhayal bisa jadi kamu, bisa di cintai Rakha. Dan sekarang aku bahagia sekali karena aku sudah berhasil mendapatkan Rakha, aku sudah berhasil merebut nya dari kamu, aku sudah berhasil meraih impian ku. Akulah pemenangnya. Hahahaha. Kamu tahu apa yang sudah kami lakukan di Jakarta?"

Jemima menggeleng, wajahnya memerah menahan amarah mendengar pengakuan Rarasita.

Rara mendekatkan mulutnya di dekat telinga Jemima, lalu dia berbisik.

"Aku dan Rakha sudah tidur bersama, kami sudah berhubungan selayaknya suami istri. Kamu tau gimana rasanya? Ah ... Rasanya nikmat sekali. Jiwa kelelakian Rakha jangan di ragukan lagi, pokoknya mantap! Hahaha ... Jemima, kamu harus tau, sebenernya selama ini aku terpaksa jadi sahabat mu, aku ingin jadi sahabat mu karena aku ingin mendapatkan Rakha, karena ingin tahu bagaimana kabar Rakha setiap harinya dari kamu karena kamu kan sering curhat tentang Rakha kepada ku. Hahaha kamu itu polos sekali Jemima, pantes saja kamu miskin karena mau maunya kamu dimanfaatkan oleh aku dan Rakha. Terimakasih karena selama aku dan Rakha kuliah, kamu sudah sering membantu kami mengerjakan tugas, sehingga kami bisa lulus dengan cepat mendapatkan nilai terbaik. Dan sekarang kami sudah mendapatkan pekerjaan yang kami cita-citakan, aku jadi sekretaris dan Rakha jadi wakil manajer. Sekali lagi terimakasih banyak mantan sahabat ku. Hahaha ..." ujar Rarasita panjang lebar seraya tertawa.

Jemima tak tahan lagi mendengar ocehan yang menyakiti hatinya, refleks tangannya bergerak mendorong tubuh Rara cukup kuat, hingga Rara terjerembab ke lantai.

"Aduh ... pinggul ku sakit sekali!" teriak Rara, teriak cukup keras sehingga mengundang perhatian orang orang.

Para murid diminta untuk tetap berada di dalam kelas, sementara para guru berjalan keluar menuju sumber suara, termasuk Ayah Rara.

"Sakit sekali!" lagi, Rara berteriak.

Jemima hendak membantu, tapi malah di tolak.

"Gak usah sok baik, pergi kamu!" tolak Rarasita.

Begitu para guru sampai, mereka kaget melihat Rara yang berteriak kesakitan sambil memegang pinggul nya.

Yang lebih membuat mereka kaget saat melihat Jemima hanya diam saja melihat Rara.

Beberapa orang guru membantu Rara berdiri, sementara beberapa orang lagi menatap Jemima dengan tatapan benci dan amarah.

"Kamu apakan anakku?" tanya Ayah Rara dengan wajah garang penuh amarah.

"Aku mendorong nya," jawab Jemima jujur.

"Kurang ajar!"

"Plak!" sebuah tamparan keras mendarat sempurna di pipi Jemima.

Wajah Jemima tertoleh ke samping, dia merasa sakit, panas, nyeri dan nyut-nyutan di bagian pipi.

"Ayah, pinggul ku sakit sekali," rengek Rarasita.

Ayah Rara sangat memanjakan anak semata wayangnya itu, sehingga ia tidak terima seorangpun menyakiti putri nya.

"Mulai hari ini kamu tidak usah mengajar di sini lagi. Apa seperti ini sikap seorang guru? Secara tidak langsung kamu sudah mencontoh tindakkan tidak terpuji. Kalau terus saya biarkan kamu tetap mengajar, bisa bisa kamu bersikap kasar pada para murid!" bentak Pak Tobari ( Ayah Rara ).

"Apakah tindakan anda menampar saya bukan tindakan kasar? Seharusnya anda tanyakan dulu kenapa saya bisa mendorong putri tercinta anda! Tapi ... Sudahlah. Rasanya percuma, saya jelaskan tak ada gunanya karena saya yakin tak ada yang percaya sama perkataan saya. Saya akan pergi dan tidak akan mengajar di sini lagi!" balas Jemima menatap Pak Tobari. Netra nya berkaca-kaca, sakit sekali hati Jemima. Ayah kandung nya saja tidak pernah menamparnya nya, sekarang dia malah mendapat perlakuan kasar dari orang lain.

Jemima perlahan mundur, lalu dia membalikkan badannya, dia berjalan cepat menuju ruang guru, mengumpulkan semua barang barangnya untuk di bawa pulang.

Orang orang di sekolah menatapnya dengan tersenyum sinis, namun ada satu dua orang yang menatap nya dengan tatapan prihatin .

Selesai mengemasi barang, Jemima mengucapkan salam perpisahan pada muridnya.

"Maafkan ibu ya, ibu tahu selama mengajar mungkin ibu pernah memarahi kalian atau sering memberikan PR yang memberatkan kalian. Tapi percayalah ibu melakukan itu karena ibu ingin kalian menjadi anak yang pintar, ingin kalian menjadi anak yang sukses di kemudian hari. Ibu pamit. Tetap jadi anak baik ya," ucap Jemima sembari menahan tangis.

Para murid berhamburan memeluk Jemima, mereka sangat menyayangi ibu guru cantik mereka itu karena mereka tahu Bu Guru Jemima adalah Ibu guru yang baik.

Bu Guru Jemima merupakan guru favorit di sekolah.

"Bu, walaupun Ibu tidak mengajar lagi di sekolah ini, izinkan aku tetap belajar mengaji sore hari di rumah Ibu. Aku sangat menyayangi Ibu," ucap salah satu murid yang rumah nya paling dekat dengan rumah Jemima.

Lalu para murid menangis melepas kepergian Jemima.

Pun Jemima, ia ikutan terisak-isak, dia sungguh tak kuasa menahan air matanya.

"Dasar drama queen," ucap Rarasita yang menyaksikan itu.

Rarasita sudah menghubungi Rakha, dia mengatakan kalau Jemima sudah bersikap kasar padanya.

Dan Rakha akan menjemput Rara di sekolah.

Rakha sangat marah mendengar calon istri nya di dorong oleh Jemima.

Bersambung.